🔥 Diskusi Menarik

Bunuh Diri

Halo, dok. Salam kenal. Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca ini.


Perkenalkan, saya mahasiswi tahun ke-7 di PTN terbaik di pulau saya, usia saya 25 tahun.


Saya baru saja putus dengan pacar saya dan sering kali memikirkan untuk bunuh diri karena merasa tidak ada tujuan hidup lagi. Ditambah dengan masalah hidup saya seperti skripsi, ayah yang sakit & bangkrut, tidak punya uang, dll.


Saya pacaran 7 tahun dengan mantan saya. Saya memberikan perawan saya ke dia. Tahun 2017 saya pernah hamil dan diaborsi menjelang bulan ke-4. Mantan saya sering main tangan ke saya sejak 2016. Saya merasa stress dan rasanya tidak ingin melanjutkan hidup lagi. Saya sangat menyayangi mantan saya dengan segala kekurangannya, karena meskipun jahat dia satu-satunya orang yang selalu mengerti & menemani saya . Dia baru akan memukul saya jika kami bertengkar hebat, biasanya rentan waktunya antara 3 sampai 12 bulan sekali.


Yang paling parah saat 2018, saya dipukuli sampai tidak bisa berjalan. Saya didorong hingga jatuh, dipukul dibagian pipi ke telinga, telinga saya berdenging, saya ditendang berkali-kali dari paha dalam, betis, dan tangan (yang saya gunakan untuk melindungi tubuh saya). Seluruh badan & wajah saya lebam. Mulut bagian dalam saya sempat berdarah tapi hanya sebentar. Setiap saya membalas omongannya ketika bertengkar dia akan langsung main tangan. Tapi jika kami tidak sedang bertengkar, kami sangat baik-baik saja.


Saya tidak pernah membagikan ini ke siapapun sehingga semua teman-teman saya pun mengiranya saya dan mantan selalu harmonis.


Saya sudah tidak ingin melanjutkan hidup lagi. Ditambah setiap malam saya merasa sangat putus asa. Sangat sulit bagi saya untuk melewati setiap malam setiap harinya. Saya tidak bisa tidur karena dada saya rasanya sesak sekali dan rasanya semakin parah setiap harinya.


Kadang saya juga mendengar suara-suara di dalam kepala saya. Awalnya hanya seperti suara orang yang ramai. Saya kira saya hanya "bermimpi" karena sering kali terjadi ketika saya mau tidur. Tapi makin kesini saya seperti mendengar perintah untuk melakukan sesuatu, seperti bunuh diri, mengambil pisau cutter & melukai diri sendiri, dll. Saya baru tahu belakangan kalau itu ternyata halusinasi. Saya sudah lama mendiamkannya karena saya kira itu hanya hal yang biasa ketika otak sedang aktif-aktifnya.


Kalau boleh saya ingin diresepkan obat agar tenang & bisa tidur. Tapi kalau pun tidak, mungkin saya memang harus pergi saja dari dunia ini. Jujur saya sudah tidak kuat kalau harus tanpa dia, karena jujur hanya dia orang yang selalu membantu & menemani saya bagaimana pun situasi saya.

4
61k
1 komen

1 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.


Saya bisa mengerti kondisi anda. Saya turut prihatin dan sedih atas apa yang anda alami.

Memikirkan berbagai hal dalam satu waktu tentu akan terasa berat dan akan menghabiskan energi, sehingga akan mudah merasa lelah dan tidak bersemangat, bahkan kebingungan untuk menemukan hal yang dapat membantu anda menghadapi permasalahan. Dengan demikian, anda perlu meluangkan waktu berdialog dengan diri sendiri, mencoba menguraikan permasalahan anda satu persatu. Sebaiknya menentukan skala prioritas anda saat ini dan memanajemen waktu dengan efektif (misalnya fokus pada penyelesaian tugas akhir dan merawat ayah/ fokus untuk bekerja dahulu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari). Temukan hal yang dapat membangkitkan motivasi anda untuk menyelesaikan yang telah anda mulai.


Anda dapat menggunakan energi yang anda miliki untuk mengendalikan hal yang dapat dikontrol, seperti mengendalikan respon (pikiran, perasaan, perilaku, dan sebagainya) terhadap stimulus/ kondisi yang tidak menyenangkan yang anda peroleh dari lingkungan. Selain itu, anda dapat menuliskan jurnal harian secara berkala setiap hari sebagai bentuk katarsis atau peluapan emosi. Temukan pula minimal 3 hal yang dapat anda syukuri setiap harinya (hal besar, maupun hal kecil dan sederhana) sehingga anda dapat menemukan makna hidup sekecil apapun itu dan dapat melihat dari sudut pandang lain.


Berdasarkan cerita yang anda sampaikan, bahwa hubungan yang anda jalani merupakan hubungan yang kurang sehat karena terdapat kekerasan fisik dan psikis bagi salah satu pihak. Tentunya pola perilaku yang dilakukan pasangan anda akan terus berulang kecuali yang bersangkutan menyadari dan bersedia mengevaluasi pengelolaan emosi dan perilakunya. Fase perilaku tersebut seperti siklus, misalnya saat ini ia bersikap romantis, lalu beberapa waktu kedepan masuk ke fase tenang, pada saat ada konflik akan melakukan perilaku yang serupa, kemudian masuk ke fase menyesali dan meminta maaf, dan akhirnya kembali ke perilaku romantis, dan seterusnya.

Perlu diingat bahwa adanya ketergantungan secara emosional kepada pasangan tanpa disadari akan memberikan toleransi yang besar kepada perilaku pasangan termasuk perbuatan kekerasan. Anda berhak bahagia, dan mengambil keputusan untuk kehidupan anda sendiri. Anda dapat memulai dengan mengembangkan self love (memaafkan dan berterima kasih kepada diri sendiri). Self love bertujuan agar lebih mengenali potensi diri yang dapat dikembangkan, serta menerima kelemahan sebagai bagian dari diri. Dengan demikian, anda dapat menjadi versi terbaik dari diri anda. Namun, jika dirasa masih kesulitan menghadapi situasi ini, sebaiknya segera memeriksakan diri ke psikolog/ psikiater agar tertangani dengan tepat.


Saya bisa memahami kondisi yang anda alami saat ini, semoga jawaban di atas dapat membantu, serta membantu pula agar anda lebih siap menghadapi kenyataan yang terjadi. Bagaimanapun kondisi anda, anda tetap berharga


1 tahun yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.