🔥 Diskusi Menarik

Anak balita sering menangis

Hello sahabat sehat. Anak say sekarang tepat berusia 2 tahun dan sudah kurang lebih dua bulan ini selalu bangun tengah malam sampai 2 x atau lebih, dan dia tidak mau sama ibunya, maunya selalu sama ayahnya bahkan kalau pisah sebentar saja pasti nangis histeris. Kira kira apa ya penyebabnya?🙏

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
2
2

2 komentar

Halo Sapwan, terima kasih untuk pertanyaannya.


Perilaku tersebut merupakan hal yang wajar terjadi pada anak. Biasanya perkembangan emosi anak belum stabil sehingga mudah menangis/ tantrum. Bahkan terkadang anak merasa memiliki kedekatan emosional pada salah satu orang tuanya sehingga merasa khawatir ketika berjarak dengannya. Namun, tidak bisa dipungkiri apabila anak menangis secara berlebihan dapat membuat orang tua kebingungan dan merasa kesal menghadapi perilaku anak tersebut. Perlu diketahui bahwa, dengan memarahi, memukul, memaki atau melabeli anak “cengeng” hanya akan memperburuk kondisi anak. Anda hanya perlu tetap tenang dan jangan terbawa emosi dalam menghadapinya.

Anak menangis sebagai respon yang ditunjukkan bahwa anak sedang merasa tidak nyaman, merasa lapar, kecewa, sakit, lelah, butuh perhatian, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan cara anak berkomunikasi karena belum mampu mengelola dan mengenali emosinya dengan baik. Pada situasi lain, anak menangis merupakan cara anak untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Anak akan mengasosiasikan dan mengkondisikan sesuatu berdasarkan pengalaman yang didapatkannya, sehingga anak akan mengulang perilaku serupa di kemudian hari agar orang dewasa di sekitarnya memenuhi keinginan anak.


Beberapa hal yang dapat anda lakukan dalam mendampingi anak anda, yaitu anda perlu membantu anak mengenali situasi yang memicunya mudah menagis. Luangkan waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan anak, seperti bermain peran atau membacakan dongeng sambil mengajari anak cara mengenali dan mengelola emosinya, serta cara mengungkapkan keinginan tanpa harus menangis berlebihan/ tantrum. Berikan pelukan hangat setelah anak berhenti menangis, kemudian menatap matanya sambil berbicara dengan intonasi lembut, misal “kamu merasa sedih/ marah/ kecewa ya? Tenang ada mama/ papa di sini bersama kamu”. Setelah anak berhenti menangis, anda dapat memberikan apresiasi, seperti pujian agar anak mengulang perilaku baiknya di kemudian hari.

Jangan ragu untuk memeriksakan anak anda ke psikolog anak jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.

1 tahun yang lalu
Suka
Balas

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.


Berdasarkan informasi yang Anda berikan, ada beberapa kemungkinan penyebab anak balita sering menangis dan tidak mau berpisah dengan ayahnya. Beberapa kemungkinan penyebabnya antara lain:
  1. Keterikatan emosional dengan ayah: Pada usia balita, anak seringkali mengembangkan keterikatan emosional yang kuat dengan salah satu orang tua, dalam hal ini ayahnya. Ini adalah hal yang normal dan bisa menjadi penyebab anak menangis saat berpisah dengan ayahnya.

  2. Perasaan tidak nyaman: Anak mungkin merasa tidak nyaman atau cemas saat berada di luar kehadiran ayahnya. Ini bisa disebabkan oleh perubahan rutinitas atau lingkungan yang tidak familiar. Anak juga mungkin merasa lebih aman dan nyaman saat berada di dekat ayahnya.

  3. Kebutuhan perhatian: Anak balita seringkali membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang konstan. Jika anak merasa bahwa ayahnya memberikan perhatian lebih banyak daripada ibunya, maka anak mungkin lebih cenderung ingin berada di dekat ayahnya.

  4. Fase perkembangan: Pada usia 2 tahun, anak sedang mengalami banyak perubahan dalam perkembangannya. Mereka mulai mengembangkan kemandirian dan eksplorasi, namun juga masih membutuhkan keamanan dan dukungan dari orang tua. Ini bisa menyebabkan kebingungan dan ketidaknyamanan, yang mungkin ditunjukkan dengan menangis saat berpisah dengan ayahnya.

Untuk mengetahui penyebab yang lebih spesifik, penting untuk memperhatikan pola tidur dan perilaku anak secara keseluruhan. Jika masalah ini terus berlanjut dan mengganggu kualitas hidup anak dan keluarga, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau psikolog anak untuk evaluasi lebih lanjut dan saran yang lebih spesifik.

Semoga informasi ini membantu! Jika Anda memiliki pertanyaan lain, silakan beri tahu saya.

1 tahun yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan