🔥 Diskusi Menarik

Bagaimana Aku Beradaptasi dengan DM 1 Sejak Kecil

Pertama kali aku tahu bahwa aku kena penyakit diabetes tipe 1, aku ngerasa bingung. Aku nggak tahu apa-apa. Aku ngerasa capek banget dengan rutinitas obat dan segala macamnya, tapi yang bikin aku lebih sedih adalah ngeliat orang tua nangis-nangis karena kondisi aku.


Proses aku menerima dan terbiasa dengan kondisi ini butuh waktu cukup lama. Aku juga anak biasa yang sering protes ini dan itu. Awal-awal aku diabetes, pola makan aku masih berantakan karena aku nggak suka makanku diatur-atur. Suruh makan ini, makan itu, dan harus tepat waktu. Belum lagi setiap sebelum makan aku harus suntik insulin.


Waktu itu dosis insulin yang diresepin dokter ke aku yakni 10 unit insulin untuk sarapan, 10 unit untuk makan siang, dan 10 unit untuk makan malam. Kebayang kan gimana capeknya ngikutin rutinitas ini?!

Dengan dosis insulin segini, asupan karbohidrat aku juga harus sesuai hitungan. Cuman di awal-awal itu Mama masih belum terbiasa dengan hitungannya. Kurang akurat dalam menghitung ini membuat asupan karbohidrat di makanan aku masih di bawah anjuran. Aku jadi sering mengalami Hypoglycemia atau gula darah rendah (ketika Gula Darah berada di angka <75).


Untuk mengatasi ini dengan cepat, dosis insulin akhirnya ditambah sampai Mama bisa menyesuaikan perhitungan rasio karbohidrat yang harus aku makan setiap harinya.


Setiap hari aku lihat bagaimana usaha Mama untuk belajar dan memikirkan makananku agar sesuai. Dia belajar menghitung rasio karbohidrat, belajar mengenai diabetes, sampai beli buku panduan gizi yang isinya pengetahuan mengenai karbohidrat di setiap bahan makanan. Misalnya dalam 1 butir telur, 100 gram nasi ada kandungan apa saja, buah-buahan, dan lain-lainnya.


Semakin hari, makanan yang aku makan juga semakin enak, tidak pernah lagi ada makanan yang terasa hambar. Aku sampai saat ini bisa enjoy makan makanan sehat dengan menu yang enak-enak.


Mama betul-betul jadi supporter nomor 1.

Saat aku belum bisa suntik insulin sendiri, Mama datang ke sekolah hanya untuk menyuntik aku. Aku juga selalu bawa bekal yang enak ke sekolah.


Aku sekarang sudah bisa dilepas dari supervisi orang tua karena mereka percaya aku bisa menangani penyakit aku sendiri ketika di luar rumah.


Kadang aku masih merasa kesal dengan kondisi ini ketika ketika aku jalan bareng teman-teman dan mereka makan seenaknya sedangkan aku harus cek gula darah, menyuntik, dan proses lainnya, tapi memang ini jalan yang aku harus tempuh dan dengan dukungan orang tua serta komitmen aku, akhirnya aku bisa terima kondisi aku sekarang.

Apakah teman-teman di sini punya pengalaman serupa?

3
42k
0 komen

0 komentar

Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.