backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Perkembangan Terbaru Varian Virus Corona Penyebab COVID-19

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 16/12/2021

    Perkembangan Terbaru Varian Virus Corona Penyebab COVID-19

    Varian virus corona penyebab COVID-19 terus bertambah seiring meningkatnya jumlah mutasi yang perlu diwaspadai. Varian-varian baru hasil mutasi virus SARS-CoV-2 ini terbagi ke dalam dua kelompok, yakni Variant of Interest dan Variant of Concerns. Seperti apa perkembangan varian virus corona penyebab COVID-19 ini?

    Nama untuk setiap varian virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19

    WHO Beri Nama Setiap Varian corona virus untuk Cegah Stigma

    Mutasi adalah proses terjadinya kesalahan acak yang berlangsung saat virus memperbanyak diri di dalam tubuh manusia. Kumpulan mutasi ini akan mengubah beberapa bagian struktur atau kode genetik virus dari wujud aslinya, hasil perubahan inilah yang kemudian disebut dengan varian. 

    Pada perkembangannya, dalam satu varian sangat mungkin terdapat beberapa hasil mutasi atau perbedaan struktur dari wujud aslinya. Kumpulan mutasi genetik yang tersusun dalam varian baru bisa membuat virus memiliki sifat sedikit berbeda dari wujud aslinya dalam menginfeksi tubuh manusia.

    Seiring meluasnya penyebaran COVID-19, mutasi virus terus terjadi dan menimbulkan munculnya berbagai jenis varian baru. Beberapa varian muncul dengan membawa sifat-sifat baru yang membutuhkan perhatian khusus. Di antara yang perlu diwaspadai dari kemunculan beberapa varian baru adalah sifatnya yang diduga lebih mudah menular dan kemampuannya menghindari perlawanan dari antibodi. 

    Kemunculan varian baru SARS-CoV-2 sebelumnya dinamai dengan kode-kode tertentu. Namun pejabat, peneliti, ataupun media lebih sering menyebutnya dengan nama wilayah, tempat pertama kali varian tersebut ditemukan. Contohnya adalah varian B.1.1.7, varian ini pertama kali dideteksi di Inggris pada September 2020 sehingga banyak yang menyebutnya UK varian atau varian mutasi Inggris. 

    Para ahli menilai penyebutan suatu penyakit dengan membawa nama wilayah atau negara dapat memicu rasisme ataupun xenofobia. Ed Feil, profesor di bidang evolusi mikroba di University of Bath, Inggris menilai hal ini juga berpotensi membuat negara-negara tidak tertarik memburu temuan varian baru karena menemukannya dapat merusak citra negara mereka.

    “Padahal tidak ada jaminan juga bahwa nama geografis ini akurat karena varian dapat dengan mudah menyebar sebelum berhasil ditemukan,” jelas Feil dalam tulisan opininya di The Conversation.

    Pemberian nama atau sebutan khusus pada setiap varian virus corona penyebab COVID-19 menjadi langkah penting untuk mengakhiri praktik stigmatisasi penyebutan varian dengan nama negara di mana ia pertama kali dideteksi.

    Setiap varian yang diberi nama ini juga dimasukkan ke dalam daftar tingkatan kategori yakni variant of interest (VOI), varian of concern (VOC), dan alerts for further monitoring.

    Varian COVID-19 dalam kategori VOI

    WHO Beri Nama Setiap Varian corona virus untuk Cegah Stigma virus untuk Cegah Stigma

    Variant of interest (VOI) merupakan klasifikasi untuk varian yang memenuhi  salah satu dari kriteria di bawah ini.

    • Perubahan genetiknya diperkirakan dapat memengaruhi sifat lebih mudah penularan dan keparahan penyakit.
    • Terdapat bukti varian ini menjadi penyebab penularan COVID-19 di beberapa cluster atau telah terdeteksi di beberapa negara.

    Varian yang masuk daftar ini berarti memerlukan satu atau lebih analisis lebih lanjut termasuk identifikasi urutan kode genetik dan penyelidikan epidemiologis untuk menilai seberapa mudah penularannya.

    Daftar varian yang masuk dalam kategori VOI, update 2 September 2021

    1. Eta atau B.1.525, pertama kali dideteksi di beberapa negara diantaranya Inggris dan Nigeria pada Desember 2020.
    2. Theta atau P.3, dideteksi pertama kali di Filipina pada Januari 2021.
    3. Iota atau B.1.526, dideteksi pertama kali di Amerika Serikat pada November 2020.
    4. Kappa atau B.1.617 dideteksi pertama kali di India pada Oktober 2020.
    5. Lambda atau C.37 dideteksi pertama kali di Peru pada Desember 2020.
    6. Mu atau B.1.621 dideteksi pertama kali di Kolombia pada Januari 2021.

    Varian COVID-19 dalam kategori VOC

    Varian of concern (VOC) yang berarti jenis varian virus penyebab COVID-19 yang perlu diwaspadai dengan ketat. Varian yang masuk dalam daftar VOC ini adalah varian yang sebelumnya telah memenuhi kriteria VOI lalu terbukti memiliki sifat yang berpengaruh terhadap salah satu atau lebih dari poin berikut:

    • Varian lebih mudah menular atau memiliki perubahan yang merugikan dalam epidemiologi COVID-19.
    • Menyebabkan peningkatan virulensi atau terdapat perubahan yang mempengaruhi tingkat keparahan penyakit. 
    • Menyebabkan penurunan efektivitas dalam penanganan yang saat ini tersedia, baik dalam tindakan diagnosa, terapi, maupun vaksinasi.
    • Sejauh ini, studi menunjukkan gejala yang ditunjukkan tidak berbeda, yakni demam, hilang penciuman dan pengecapan, dan batuk. Bahkan, ada beberapa pasien yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.

    Varian of concern (VOC) mungkin memerlukan satu atau lebih tindakan aktif demi kesehatan masyarakat. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberitahuan kepada WHO, upaya lokal atau regional untuk mengendalikan penyebaran, penelitian efektivitas vaksin yang tersedia terhadap varian ini, serta perawatan terhadap pasien yang tertular varian ini. 

    Pusat pencegahan dan pengendalian penyakit Amerika (CDC) menyebut kemungkinan perlu pengembangan teknik diagnosa baru jika varian ini memiliki karakteristik tertentu.

    Daftar varian yang masuk dalam kategori VOC, update 7 Desember 2021

    1. Alpha atau B.1.1.7, varian ini pertama kali dideteksi menyebar secara luas di Inggris pada September 2020.
    2. Beta atau B.1.31, varian ini pertama kali dideteksi di Afrika Selatan pada Mei 2020.
    3. Gamma atau P.1, varian ini pertama kali dideteksi di Brasil pada November 2020.
    4. Delta atau B.1.617.2, varian ini pertama kali dideteksi di India pada Oktober 2020.
    5. Omicron atau B.1.1.529, varian ini pertama kali dideteksi di Afrika Selatan pada November 2021.

    Varian COVID-19 dalam kategori alerts for further monitoring

    Selain VOI dan VOC, WHO juga membuat kategori ketiga, yaitu alerts for further monitoring. Jenis varian yang masuk ke dalam kategori ini adalah varian dengan indikasi memicu risiko sewaktu-waktu, tetapi belum ada bukti yang jelas mengenai dampak epidemiologis maupun fenotopik varian tersebut.

    Oleh karena itu, varian yang masuk dalam kategori ini memerlukan pemantauan serta penilaian secara berulang hingga ditemukan adanya bukti baru.

    Varian terbaru yang masuk ke dalam kategori alerts for further monitoring adalah C.1.2, yang pertama kali dideteksi di Afrika Selatan pada Mei 2021. Untuk saat ini, WHO menyatakan bahwa angka kejadian varian C.1.2 masih tergolong rendah sehingga masyarakat tidak perlu panik.

    Meski demikian, belum diketahui secara pasti apakah varian C.1.2 ini lebih mematikan dibanding varian lainnya atau dapat dilawan dengan vaksin COVID-19 yang saat ini tersedia.

    Sejauh ini, sejumlah varian virus corona penyebab COVID-19 telah terdeteksi di Indonesia salah satunya adalah varian Alpha, Beta, dan Delta. Berdasarkan hasil pemeriksaan genome sequencing di DKI Jakarta per 6 Juni 2021, setidaknya terdeteksi 15 kasus akibat infeksi 3 varian dalam kategori VOI tersebut.

    Oleh karena itu, kita tetap perlu menjalankan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) dengan penuh disiplin. Selain itu, sebisa mungkin hindari kerumunan serta area tertutup dengan sirkulasi udara kurang baik. Jangan lupa untuk segera mendapatkan vaksin untuk mencegah timbulnya gejala Covid-19 berat jika terinfeksi di kemudian hari.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 16/12/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan