Fakta ini membuat para ilmuwan memikirkan konsekuensi kemanjuran vaksin ataupun terapi antibodi semacam terapi plasma darah atau terapi antibodi monoklonal. Bagaimana virus bermutasi dan mengelak dari respons antibodi tubuh?
Mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat menghindari antibodi

Sebuah studi yang baru-baru ini dipublikasi di BioRxiv menunjukkan varian mutasi virus SARS-CoV-2 yang tersebar luas berpotensi memiliki kemampuan menghindari respons kekebalan tubuh.
Sejak awal pandemi, para peneliti mengidentifikasi ribuan mutasi virus SARS-CoV-2 dalam genom virus (genetika) yang diambil dari sampel pasien COVID-19. Dalam studi terbaru ini, David Robertson dari Universitas Glasgow dan rekan-rekannya memeriksa mutasi yang disebut N439K.
Mutasi virus penyebab COVID-19 jenis ini terjadi di bagian protein virus yakni bagian terluar virus yang berfungsi membuka jalan masuk dan berfungsi untuk menyerang sel tubuh.
Dalam eksperimen laboratorium, para peneliti menemukan bahwa mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat menghambat aktivitas antibodi dalam melawan virus. Padahal antibodi yang digunakan dalam eksperimen tersebut adalah antibodi yang terbilang sangat kuat.