backup og meta

Perbedaan Penis Sunat dan Tidak Sunat dari Sisi Medis

Perbedaan Penis Sunat dan Tidak Sunat dari Sisi Medis

Sunat mungkin merupakan prosedur operasi yang sering dilakukan pada pria. Sunat digambarkan sebagai pengangkatan kulit kulup penis alias preputium. Prosedur ini biasanya tidak diwajibkan secara medis, tetapi dapat dilakukan untuk berbagai alasan, seperti keyakinan agama atau kebersihan. Namun, bagaimana jika tidak disunat? Cari tahu perbedaan penis sudah sunat dan tidak sunat di bawah ini.

Perbedaan sunat dan tidak sunat pada penis

Satu-satunya beda antara penis yang disunat dan tidak adalah penis yang tidak disunat masih memiliki kulup yang menempel di ujung kepala penis.

Sementara itu, penis yang disunat sudah tidak memiliki lagi kulit di bagian ujung kepalanya.

Selain itu, tidak ada lagi karakteristik fisik spesifik yang membedakan keduanya. Bagaimana dengan cara kerja atau sensasi yang didapat dari keduanya?

Berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan penis sunat dan tidak dari berbagai sisi.

1. Sensitivitas

komunikasi dalam seks

Perbedaan yang pertama terletak pada tingkat sensitivitas penis. Konon, penis yang tidak disunat jauh lebih sensitif dibanding dengan yang sudah disunat. Apa benar demikian?

Sebuah studi yang tercantum dalam jurnal BJUI International meneliti sensasi seksual pada 1.059 pria yang belum disunat dan 310 pria yang sudah disunat.

Hasilnya, sekelompok pria yang belum menjalani proses sunat merasakan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang sudah disunat.

Hal ini diduga karena kulup pada penis yang belum disunat bisa meningkatkan gairah bercinta dengan menggeser bagian atas dan bawah batang penis.

Namun, hal ini masih menjadi perdebatan para ahli. Pasalnya, masih banyak pula penelitian yang menunjukkan bahwa disunat atau tidaknya penis tidak memengaruhi gairah saat berhubungan pria.

2. Kebersihan

Perbedaan selanjutnya yang mungkin jelas terlihat dari penis yang sudah sunat dan tidak adalah tingkat kebersihannya.

Pada kepala penis yang tidak disunat, lipatan kulit di ujung kepala penis berisiko menjadi tempat menumpuknya sel kulit mati, minyak, bakteri, serta kuman lainnya.

Jika tidak dibersihkan secara rutin, seluruh zat tersebut dapat menumpuk dan menghasilkan smegma, yang terlihat berwarna putih kekuningan.

Smegma tak hanya menimbulkan bau tak sedap, tetapi juga mengiritasi kulit bahkan berisiko memicu infeksi.

Oleh karena itu, penis yang tidak disunat memerlukan perhatian ekstra, terutama dalam masalah kebersihan. Bagian kepala penis harus rajin dibersihkan dengan sabun dan air hangat.

Sementara itu, penis yang disunat akan menghemat waktu saat membersihkan tubuh karena kemungkinan terjadi penumpukan bakteri dan sel kulit mati di kepala penis lebih kecil.

Meski demikian, pria yang penisnya disunat tetap harus memperhatikan kebersihan alat kelaminnya dengan perawatan secara rutin.

3. Kesehatan

priapismus

Kesehatan penis yang sudah sunat dan tidak juga merupakan perbedaan yang sangat mendasar.

Menurut situs American Academy of Pediatrics (AAP), sunat membantu mengurangi risiko terkena HIV dan infeksi menular seksual lainnya pada pria.

Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa disunat berhasil menurunkan risiko penularan HIV sebanyak 50—60%.

Ditambah lagi, pria yang disunat juga memiliki peluang 30% lebih kecil untuk terkena herpes dan infeksi HPV. Namun, manfaat ini tak hanya dirasakan oleh pria.

Sebuah artikel dari The Lancet Global Health menyatakan wanita yang memiliki pasangan yang sudah disunat juga terhindar dari risiko klamidia, herpes, dan sifilis.

Walaupun begitu, penting untuk dipahami bahwa sunat tidak termasuk sebagai perlindungan keseluruhan dari infeksi dan penyakit kelamin menular, atau sebagai pengganti kondom. 

Memakai kondom masih merupakan cara terbaik untuk melindungi diri dari penyakit menular seksual jika Anda aktif secara seksual.

Garis besarnya, tidak ada begitu banyak perbedaan besar untuk kedua jenis penis, baik yang sudah disunat atau tidak.

Kedua tipe penis bekerja sama baiknya dan merasakan sensasi sama nikmatnya dalam urusan bercinta.

Meski begitu, memang ternyata perbedaan yang cukup signifikan adalah tingkat kebersihan serta kesehatannya.

Namun, hal ini bukan berarti seluruh pria wajib melakukan sunat, atau penis yang sehat sudah pasti harus disunat.

Pasalnya, keputusan menyunat tentunya kembali lagi pada preferensi serta kepercayaan Anda.

Kesimpulan

Perbedaan utama antara penis yang disunat dan yang tidak terletak pada adanya kulup yang menutupi kepala penis. Sunat dapat mengurangi risiko infeksi menular seksual, penyakit menular, dan masalah kebersihan karena lebih mudah dibersihkan. Namun, sensitivitas penis yang tidak disunat cenderung lebih tinggi karena ujung saraf pada kulup tetap utuh. Baik penis yang disunat maupun tidak, menjaga kebersihan dan kesehatan tetap menjadi hal yang sangat penting.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Circumcision (male) – Mayo Clinic. (2024). Retrieved 19 December 2024, from https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/circumcision/about/pac-20393550 

What’s the difference between being circumcised and being uncircumcised? – Planned Parenthood. (N.d.). Retrieved 19 December 2024, from https://www.plannedparenthood.org/blog/whats-the-difference-between-being-circumcised-and-being-uncircumcised

Circumcised vs uncircumcised: What’s the difference? (n.d.). Retrieved 19 December 2024, from https://healthymale.org.au/health-article/circumcised-vs-uncircumcised-whats-difference

Bronselaer, G. A., Schober, J. M., Meyer-Bahlburg, H. F., T’Sjoen, G., Vlietinck, R., & Hoebeke, P. B. (2013). Male circumcision decreases penile sensitivity as measured in a large cohort. BJU international, 111(5), 820–827. https://doi.org/10.1111/j.1464-410X.2012.11761.x

Morris, B., Waskett, J., & Gray, R. (2011). Does sexual function survey in Denmark offer any support for male circumcision having an adverse effect?. International Journal Of Epidemiology, 41(1), 310-326. https://doi.org/10.1093/ije/dyr180

Bossio, J., Pukall, C., & Steele, S. (2016). Examining Penile Sensitivity in Neonatally Circumcised and Intact Men Using Quantitative Sensory Testing. Journal Of Urology, 195(6), 1848-1853. https://doi.org/10.1016/j.juro.2015.12.080

Circumcision Policy Statement. (2012). PEDIATRICS, 130(3), 585-586. https://doi.org/10.1542/peds.2012-1989

Morris, B., & Hankins, C. (2017). Effect of male circumcision on risk of sexually transmitted infections and cervical cancer in women. The Lancet Global Health, 5(11), e1054-e1055. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(17)30386-8

Morris, B. J., Hankins, C. A., Lumbers, E. R., Mindel, A., Klausner, J. D., Krieger, J. N., & Cox, G. (2019). Sex and Male Circumcision: Women’s Preferences Across Different Cultures and Countries: A Systematic Review. Sexual medicine, 7(2), 145–161. https://doi.org/10.1016/j.esxm.2019.03.003

Versi Terbaru

19/12/2024

Ditulis oleh Shylma Na'imah

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Umur Berapa Sebaiknya Anak Laki-Laki Sunat?

Apa yang Terjadi Jika Pria Tidak Disunat? Ketahui Beberapa Risiko Berikut Ini


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 5 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan