backup og meta

6 Jenis Obat yang Bisa Menyebabkan Kerusakan Gigi Jika Diminum Rutin

Anda mungkin tidak menyadari bahwa obat tertentu bisa merusak gigi, baik obat-obatan dari resep dokter maupun yang beredar di pasaran. Biasanya, efek samping ini bisa terjadi bila obat dikonsumsi secara rutin.

Lantas, apa saja obat-obatan tersebut?

Obat yang berisiko merusak gigi

Faktanya, lebih dari 400 jenis obat telah terbukti secara klinis dapat menyebabkan masalah pada gigi dan mulut Anda.

Sering kali, masalah gigi akibat penggunaan obat diawali dengan mulut kering. Kemudian, kondisi mulut yang kering meningkatkan risiko terjadinya infeksi gusi dan kerusakan pada gigi.

Berikut merupakan berbagai jenis obat yang dapat merusak gigi Anda bila digunakan dalam jangka panjang.

1. Antasida

obat maag cair

Antasida merupakan obat yang digunakan untuk menetralkan asam lambung. Jika Anda sering minum obat antasida, Anda bisa menjadi rentan terhadap kerusakan gigi.

Ini karena antasida biasanya mengandung gula yang tinggi. Kandungan inilah yang membuat mulut terasa kering setelah meminumnya.

Agar tidak merusak gigi, pilihlah obat antasida yang bebas gula. Setelah minum obat, bilas mulut dengan berkumur atau minum banyak air untuk menghilangkan sisa antasida yang tertinggal di rongga mulut.

2. Obat pereda nyeri

Obat pereda nyeri seperti NSAID (obat anti-inflamasi nonsteroid) juga terbukti dapat merusak gigi. Konsumsi obat NSAID dalam waktu yang lama dapat membuat Anda berisiko terkena sakit gigi serius.

Bahkan, penyakit gigi bisa sampai menimbulkan nyeri kronis. Untuk mengatasi hal ini, Anda bisa memperbanyak minum air putih, rutin sikat gigi, dan gunakan semprotan pelembab mulut.

3. Antihistamin dan dekongestan

Antihistamin merupakan obat untuk mencegah kambuhnya berbagai macam alergi dalam tubuh. Namun, obat ini dapat menimbulkan efek samping pada bagian tubuh lain, seperti mulut dan lidah.

Pasalnya, antihistamin menghambat produksi air liur sehingga membuat mulut kering. Sementara itu, mengonsumsi dekongestan (obat flu dan pilek) dalam bentuk sirup akan menyebabkan erosi pada gigi karena ada kandungan asam yang sangat tinggi.

Anda bisa menggunakan pasta gigi berfluorida setelah mengonsumsi sirup obat batuk guna mencegah erosi gigi.

4. Obat tekanan darah tinggi

Pasien yang mengalami tekanan darah tinggi kerap diresepkan obat beta blocker. Obat ini berfungsi untuk mengurangi kekuatan detak jantung dan menurunkan tekanan darah.

Sayangnya, obat beta blocker juga dapat merusak gigi jika diminum dalam jangka panjang. Selain itu, konsumsi beta blocker dengan dosis yang berlebih juga bisa menimbulkan efek samping berupa gusi bengkak yang dapat berkembang menjadi gingivitis.

Bila Anda khawatir akan dampak ini, konsultasikan penggunaan obat sebelum memulai perawatan. Dokter mungkin bisa menggantinya dengan jenis obat lain yang risiko efek sampingnya lebih rendah, misalnya lisinopril.

5. Antidepresan

obat antidepresan tidak manjur

6. Kortikosteroid

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

How medications can affect your oral health. (2022). Retrieved 20 May 2022, from https://www.mouthhealthy.org/~/media/ADA/Publications/Files/patient_51.pdf?la=en

Teeth and medication – Better Health Channel. (2022). Retrieved 20 May 2022, from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/Teeth-and-medication

Oral Side Effects of Medications. (2022). Retrieved 20 May 2022, from https://www.webmd.com/oral-health/guide/oral-side-effects-of-medications#1

Antidepressants linked to tooth implant failure, new study finds. (2022). Retrieved 20 May 2022, from https://www.buffalo.edu/news/releases/2016/03/020.html

Versi Terbaru

31/05/2022

Ditulis oleh Winona Katyusha

Ditinjau secara medis oleh drg. Farah Nadiya

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

11 Prinsip Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Sehari-hari

Mengenal Prosedur Implan Gigi, Apa Kelebihannya?


Ditinjau oleh drg. Farah Nadiya · Gigi · Lumina Aesthetics Clinic · Ditulis oleh Winona Katyusha · Diperbarui 31/05/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan