Studi tersebut mempelajari hubungan antara reaksi alergi dan hormon stres pelepas kortikotropin (CRH).
Saat Anda stres, tubuh melepaskan CRH. Hormon ini membantu pelepasan kortisol, hormon stres yang memicu mode fight-or-flight pada tubuh Anda.
Para peneliti menemukan bahwa ketika CRH bekerja, jumlah sel mast ikut bertambah.
Sel mast merupakan sel kekebalan yang bertindak sebagai pertahanan pertama saat zat asing memasuki tubuh lewat kulit atau lapisan lendir (mata, mulut, dll.).
Ketika alergen bertemu dengan antibodi dan menempel pada sel mast, lalu sel mast akan mengeluarkan zat kimia untuk melawannya.
Namun, zat kimia ini juga menimbulkan gejala alergi seperti gatal-gatal, produksi lendir berlebih, dan pembengkakan. Inilah alasan mengapa stres bisa menyebabkan alergi kambuh dan bertambah parah.
Orang yang menghadapi stres jangka panjang juga cenderung lebih sering mengalami kekambuhan alergi.
Selain itu, stres bisa membuat penderita alergi lebih rentan mengalami anafilaksis. Anafilaksis merupakan reaksi alergi parah yang dapat membahayakan jiwa dan perlu penanganan medis darurat.
Tips mengatasi alergi yang dipicu oleh stres

Stres memang tidak secara langsung menyebabkan alergi. Namun, stres merupakan pemicu alergi yang hampir tidak dapat Anda hindari.
Jangan sampai kondisi ini justru terus membuat alergi kambuh hingga mengganggu kehidupan Anda.
Terlebih lagi, Anda tidak bisa hanya mengandalkan pengelolaan stres untuk mencegah kambuhnya alergi.
Untuk mengatasi keduanya hingga tuntas, Anda perlu mengendalikan stres dengan baik dan menjalani pengobatan untuk alergi.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar