Seperti mainan “yoyo” yang dimainkan dengan cara digoyangkan naik-turun, diet yoyo (efek yoyo) membuat berat badan Anda naik dan turun dalam waktu yang singkat. Lantas, seperti apa sebenarnya diet yoyo dan apakah berbahaya untuk tubuh?
Apa itu diet yoyo?
Diet yoyo adalah kondisi di mana Anda mengalami kehilangan berat badan tapi mendapatkan berat badan itu kembali secara cepat dan berulang setelah melakukan diet. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan yoyo effect atau weight cycling.
Efek yoyo biasanya terjadi pada orang-orang yang sering bergonta-ganti jenis pola makan. Hal ini juga bisa terjadi bila Anda kembali terlena dengan pola makan yang sebelumnya setelah mencapai berat badan ideal.
Kenaikan berat badan ini dapat kembali pada angka berat badan Anda sebelum menjalani pola makan khusus, tapi bisa juga lebih besar daripada berat badan yang Anda hilangkan.
Dampak efek yoyo bagi kesehatan
Banyak orang yang sering mencoba berbagai program diet mungkin tidak sadar bahwa dirinya mengalami diet yoyo. Ini buruk karena jika diet yoyo terus terjadi maka dapat mengakibatkan masalah kesehatan.
Efek yoyo bisa saja menyebabkan peningkatan risiko penyakit. Ini terjadi karena biasanya pegiat diet sering melakukan pembatasan asupan makanan yang sangat sedikit.
Pembatasan makan dapat meningkatkan hormon kortisol yang menimbulkan stres. Hormon kortisol yang diproduksi terlalu banyak dapat memicu perkembangan penyakit jantung, kanker, dan diabetes tipe 2.
Selain itu, diet yang tidak sehat malah menyebabkan meningkatnya massa lemak dalam tubuh serta berkurangnya massa otot.
Mendukung pernyataan ini, penelitian yang terbit di jurnal Clinical Nutrition pada 2011 menunjukkan bahwa efek diet yoyo dapat meningkatkan lemak di perut. Peningkatan ini dapat meningkatkan risiko Anda terkena berbagai penyakit kronis.
Penelitian tentang risiko kesehatan diet yoyo juga dilakukan di Indonesia oleh Dr. dr. Samuel Oetoro, M.S., Sp.GK. pada kelompok obesitas yang mengalami yoyo effect/weight cycling dan pada kelompok obesitas yang tidak pernah menjalankan pola makan khusus.
Kedua kelompok diminta untuk menjalankan program penurunan berat badan. Hasilnya, tidak ada perbedaan perubahan berat badan pada kelompok obesitas dengan weight cycling maupun kelompok obesitas yang tidak pernah menjalankan program diet.
Namun, kelompok obesitas yang tidak pernah menjalankan diet tubuhnya mengalami stres oksidatif yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan kelompok obesitas yang menjalani diet yoyo.
Stres oksidatif terjadi akibat ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh yang dapat memicu berbagai kondisi kesehatan.