Deteksi kanker serviks umumnya dilakukan dengan metode pap smear atau IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) yang pengambilan sampelnya dilakukan di organ bagian dalam wanita, sehingga kerap membuat rasa tidak nyaman. Namun sekarang telah hadir metode baru deteksi dini kanker serviks, yaitu tes HPV DNA dengan sampel urine. Berikut penjelasan tes urine untuk kanker serviks!
Apakah tes urine bisa mendeteksi kanker serviks?
Kanker serviks sendiri merupakan jenis kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim dan disebabkan oleh virus bernama Human Papillomavirus atau HPV.
Berdasarkan data WHO, kanker serviks merupakan kanker dengan urutan ke-4 yang paling banyak menjangkit wanita di seluruh dunia dengan jumlah 604 ribu kasus baru pada tahun 2020.
Perlu Anda Ketahui
Ada ratusan jenis virus HPV beberapa di antaranya, tipe high risk atau jenis yang dapat menyebabkan kanker, dua di antaranya adalah tipe 16 dan 18 yang menyebabkan 70% kasus kanker serviks global.
Virus HPV ini ditularkan melalui aktivitas seksual, baik vaginal, anal, maupun oral. Deteksi dini kanker serviks dengan sampel urine ini mendeteksi keberadaan virus HPV pada luruhan sel serviks yang terbawa pada urine.
Metode
Berbeda dengan metode lain yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada beberapa populasi, deteksi dini kanker serviks dengan sampel urine ini justru sebaliknya.
Keunggulan dari deteksi dini kanker serviks dengan sampel urine ini antara lain
- Mendeteksi ada/tidaknya HPV DNA penyebab kanker serviks secara lebih awal
- Pengambilan sampel mudah dan nyaman
- Dapat dilakukan sendiri oleh pasien (self-sampling)
- Berpotensi meningkatkan minat untuk skrining
Dari sampel urine yang sudah ada, akan dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah terdapat HPV DNA atau tidak di dalamnya.
Proses yang dilakukan kurang lebih sama dengan pemeriksaan PCR COVID-19, di mana sampel urine yang diperoleh harus diekstraksi DNA-nya terlebih dahulu sebelum akhirnya di-running dalam mesin PCR untuk mendeteksi keberadaan virusnya.
Pengujian ini bisa menjadi metode alternatif untuk pengujian HPV DNA guna meningkatkan cakupan program skrining kanker serviks.
Persiapan
Jika ingin melakukan pasien diharapkan test HPV DNA, diharapkan pasien tidak sedang mengalami menstruasi atau pendarahan dari vagina lainnya.
Adapun prosedur yang perlu dipersiapkan, berikut penjelasannya.
- Siapkan pot urine steril yang telah diberi label identitas pada bagian pot (bukan pada tutupnya)
- Ambil sampel urine dengan panduan sebagai berikut.
- Bersihkan tangan dengan sabun sebelum mengambil sampel, lalu keringkan.
- Posisikan pot urine dekat lubang saluran kemih untuk menampung urine
- Tampung hanya urine yang pertama kali keluar (first-void) sejumlah minimal 20 mL
- Tutup pot urine dengan rapat
- Bersihkan tangan setelah menampung urine
- Berikan sampel urine pada petugas
Setelah semua langkah dilakukan, maka hasil pengujian akan diproses untuk mengetahui keberadaan virus HPV.
Pencegahan kanker serviks dengan tes HPV DNA ini bisa dilakukan dengan aman, nyaman, dan cepat.
Skrining tes HPV DNA seperti yang dilakukan dengan sampel urine ini disarankan untuk dilakukan setiap 5 tahun sekali sesuai dengan rekomendasi WHO.
Skrining HPV DNA dengan sampel urine bisa dilakukan menggunakan kit PCR CerviScan dari Bio Farma.
Kit diagnostik berbasis qPCR untuk deteksi 14 tipe HPV high risk penyebab kanker serviks. Kit ini dapat digunakan untuk mendeteksi HPV DNA pada sampel urine dan apusan lendir serviks (ALS).
Dengan tes HPV DNA sampel urine yang relatif mudah dan nyaman, diharapkan dapat menekan angka insidensi kanker serviks Indonesia.
Berikut ini beberapa keunggulan dari kit PCR CerviScan dari Bio Farma.
- Urine untuk sampel pemeriksaan berdasarkan uji klinis yang dilakukan di Indonesia
- Dapat digunakan pada jenis mesin PCR yang lebih variatif daripada kit HPV DNA standar
- Dapat mendeteksi secara spesifik HPV tipe 16, 18, dan 52 (partial genotyping)
- Produksi dalam negeri (TKDN >40%) dengan harga yang kompetitif
Selain skrining kanker serviks, pencegahan yang lebih spesifik dapat dilakukan bersamaan dengan vaksinasi HPV.
Untuk antisipasi lainnya, vaksin HPV disarankan diberikan apabila hasil skrining kanker serviks negatif atau sebelum terpapar virus HPV
Untuk mencegah kanker serviks, WHO menganjurkan untuk melakukan vaksinasi pada anak perempuan berusia 9 hingga 14 tahun, di mana anak-anak tersebut belum memulai aktivitas seksual.
Vaksinasi HPV untuk anak sekolah kelas 5-6 SD merupakan program pemerintah, sehingga wajib untuk dilakukan.
Selain itu, skrining juga menjadi langkah pencegahan kanker serviks agar mendapat perawatan yang tepat.
Jika hasilnya menunjukkan positif terjangkit virus HPV atau mengidap kanker serviks, penderita masih dapat disembuhkan jika didiagnosis pada stadium awal dan segera mendapatkan pengobatan.
[embed-health-tool-ovulation]