Nyeri haid adalah momok terbesar bagi para wanita setiap bulannya. Bagaimana tidak, rasa sakit yang terjadi di area sekitar perut dan pinggang ini sering kali membuat para wanita sulit beraktivitas seperti hari-hari biasanya. Selama ini Anda mungkin sering cemas kalau nyeri haid yang Anda rasakan menjadi pertanda adanya masalah kesehatan yang berbahaya. Lantas, bagaimana cara membedakan nyeri haid yang normal dan tidak normal? Berikut penjelasannya.
Bagaimana cara membedakan nyeri haid yang normal dan tidak normal?
Tingkat keparahan nyeri haid pada setiap wanita berbeda-beda. Ada yang merasakan nyeri haid yang tergolong ringan, namun ada pula yang merasakan nyeri yang parah hingga sulit beraktivitas – bahkan sekadar berjalan.
Mari kita simak perbedaan nyeri haid yang normal dan tidak normal berikut ini, lalu tentukan mana yang sesuai dengan kondisi Anda.
1. Nyeri haid normal biasanya hanya berlangsung maksimal tiga sampai empat hari
Mendekati masa menstruasi, endometrium atau lapisan rahim akan mengalami penebalan. Hal ini digunakan untuk mempersiapkan diri sebagai tempat penempelan sel telur yang berhasil dibuahi.
Ketika sel telur tidak dibuahi, maka jaringan endometrium akan meluruh bersama dengan darah. Pada saat yang bersamaan, zat kimia bernama prostaglandin akan dilepaskan dan memicu peradangan. Nah, kondisi inilah yang kemudian memicu kontraksi otot, alias kram perut.
Jessia Shepherd, M.D., asisten profesor kebidanan dan ginekologi klinis dari The University of Illinois College of Medicine di Chicago, mengungkapkan kepada Self bahwa kram perut yang normal biasanya terjadi selama 2 sampai 3 hari dalam satu siklus menstruasi. Ini artinya, rasa sakit dan kram perut yang melebihi 3 hari dapat dikategorikan sebagai nyeri haid yang tidak normal.
2. Nyeri haid yang normal umumnya mudah diatasi
Biasanya, kram perut akibat haid yang normal dapat diatasi dengan bantal pemanas, botol air panas, atau minum obat antiradang sederhana seperti ibuprofen. Selain itu, dokter mungkin akan menganjurkan pil KB dengan berbagai pertimbangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen yang mengandung kalsium, magnesium, dan vitamin D dapat membantu mengurangi gejala PMS. Namun, pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat sesuai gejala yang Anda rasakan.
Bagi Anda yang suka berolahraga, sebaiknya teruskan kebiasaan sehat ini. Pasalnya, pelepasan endorfin saat olahraga dapat meningkatkan pasokan oksigen ke rahim dan memperkuat panggul. Ketika kecukupan oksigen terpenuhi, maka kram perut dan gejala PMS lainnya dapat diatasi dengan baik.
3. Nyeri haid yang tidak normal cenderung mengganggu aktivitas
Menurut Candace Howe, MD, seorang dokter asal HM Medical di Newport Beach, California, nyeri haid dikatakan tidak normal apabila rasa sakitnya cenderung parah sampai mengganggu aktivitas. Nyatanya, sekitar 20 persen wanita mengalami hal ini.
Wanita yang mengalami kram perut yang parah biasanya lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur dan meringkuk menahan sakit perut. Tidak hanya sakit secara fisik, kebanyakan wanita juga mengalami ketidaknyamanan secara psikologis. Itulah sebabnya, wanita cenderung gampang badmood saat sedang haid.
4. Nyeri haid abnormal tidak dapat diatasi dengan obat tanpa resep
Pada dasarnya, nyeri haid dapat diatasi dengan obat pereda nyeri yang dijual di pasaran, seperti paracetamol atau ibuprofen. Jika nyeri haid tak kunjung usai meski sudah minum obat-obatan tersebut, maka ini dapat dikatakan tidak normal dan perlu segera dikonsultasikan ke dokter.
Kalau Anda berpikir bahwa minum banyak obat pereda nyeri dapat menyembuhkan kram perut yang parah, maka Anda salah besar. Hati-hati, konsumsi obat-obatan yang tidak sesuai anjuran justru memberikan efek berbahaya.
Bila rasa nyeri tak kunjung mereda, segera konsultasikan ke dokter. Sebab, ini ditakutkan menjadi pertanda adanya penyakit di daerah organ reproduksi wanita, misalnya endometriosis, fibroid rahim, dan sebagainya.
5. Nyeri haid yang abnormal terjadi secara tidak teratur setiap bulan
Bagi Anda yang mengalami kram perut sejak awal menstruasi, maka hal ini disebut sebagai dismenore primer. Kabar baiknya, hal ini cenderung normal sebagai bentuk respon kepekaan tubuh terhadap hormon menstruasi.
Namun, jika kram perut yang parah tidak terjadi sejak awal menstruasi dan tidak melulu setiap bulan, maka ini disebut sebagai dismenore sekunder. Nah, jenis dismenore inilah yang patut diwaspadai.
Dismenore sekunder dapat menimbulkan perdarahan berat dan bisa menandakan adanya penyakit tertentu. Contohnya endometriosis, fibroid rahim, adenomiosis, radang panggul, atau kista ovarium. Untuk memastikannya, segera konsultasikan ke dokter.
[embed-health-tool-ovulation]