Ada banyak cara melakukan penetrasi seksual. Penetrasi penis ke vagina adalah cara yang paling umum, tapi seks juga bisa divariasikan dengan memasukkan penis ke lubang dubur alias anus. Penetrasi jenis ini disebut dengan anal seks. Seks anal juga bisa dilakukan dengan merangsang anus pakai jari, mainan seks, hingga dengan permainan lidah. Beberapa orang memilih untuk berhubungan seks anal karena anus juga dipenuhi dengan ujung-ujung saraf sensitif yang membangkitkan rangsangan seksual. Meski bisa terasa nikmat, seks anal merupakan salah satu bentuk aktivitas seksual yang paling berisiko terhadap kesehatan. Namun, benarkah lebih berisiko daripada seks vaginal?
Apakah anal seks lebih berisiko dibandingkan penetrasi vaginal?
Anal seks erat kaitannya dengan hubungan seks antara pria dengan pria. Namun, tidak menutup kemungkinan pasangan pria dan wanita juga melakukan hal ini semata untuk variasi di atas ranjang. Yang perlu diperhatikan, hubungan seks anal tanpa kondom dilaporkan membawa risiko penularan HIV yang lebih tinggi dibandingkan hubungan seks vagina yang sama-sama tidak terlindungi.
CDC, pusat pengendalian penyakit di Amerika setara Direktorat Jendral P2P di Indonesia, melaporkan bahwa menerima anal seks dari partner seks yang positif HIV secara umum meningkatkan risiko Anda terkena penyakit yang sama hingga 138 kali.
Dikutip dari Men’sHealth, penelitian lain membuktikan bahwa peluang seseorang untuk tertular HIV dari seks anal tanpa kondom hampir 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tertular melalui seks vaginal tanpa kondom. CDC juga melaporkan bahwa wanita khususnya 13 kali lipat lebih mungkin terjangkit HIV dari menerima seks anal tanpa kondom.
Anus memiliki jaringan tipis tidak terlindungi yang mudah sobek
Seks lewat anus termasuk salah satu aktivitas seks yang berbahaya terutama karena anus tidak memiliki lubrikasi alami seperti yang dimiliki vagina. Selain itu, jaringan di dalam anus tidak memiliki perlindungan dari lapisan sel kulit mati tebal seperti pada jaringan eksternal anus untuk melindunginya terhadap infeksi.
Itu sebabnya jaringan anus sebenarnya mudah sobek. Jangankan dengan penetrasi yang terlalu kasar atau terlalu cepat, penetrasi yang biasa-biasa saja tanpa bantuan lubrikan seks juga dapat merobek jaringan bagian dalam anus. Hal ini memungkinkan bakteri dan virus untuk memasuki aliran darah sehingga rentan terhadap penyakit menular seksual seperti HIV atau HPV.
Kuman dan virus penyebab penyakit kelamin yang mungkin juga bersarang di anus penerima anal juga mungkin menginfeksi pihak pemberinya karena mereka bisa masuk ke dalam tubuh melalui lubang kencing penis (uretra) atau melalui luka kecil, goresan, atau luka terbuka di penis.
Semua aktivitas seks berisiko menularkan penyakit kelamin jika tidak pakai kondom
Meski begitu, seks pada dasarnya adalah kegiatan yang berisiko jika Anda tidak berhati-hati — terlepas dari di mana pun lokasi lubang penetrasinya, entah di vagina, dubur, atau mulut (seks oral).
Ini karena Anda dan partner seks Anda akan bertukar cairan tubuh selama penetrasi. Jika salah satu pasangan ternyata memiliki penyakit kelamin menular dan berhubungan seks tanpa kondom, maka bukan tidak mungkin Anda akan tertular. Berbagai infeksi yang umum menyebar lewat hubungan seks berisiko (apa pun jenisnya) adalah herpes, HPV, dan juga sipilis.
Bahkan jika kedua pasangan tidak memiliki riwayat infeksi atau penyakit menular seksual apa pun, bakteri normal di alat kelamin tetap berpotensi untuk menginfeksi pasangan yang menerimanya. Mempraktekkan penetrasi vaginal tanpa kondom, misalnya, dapat menyebabkan infeksi saluran kencing dan infeksi bakteri vagina pada wanita yang disebut bacterial vaginosis.
Bagaimana cara mengurangi risikonya?
Apa pun jenis seks yang Anda lakukan bersama pasangan, Anda berdua perlu melindungi diri dari risiko penyakit dengan beberapa cara berikut:
1. Tes penyakit kelamin sebelum berhubungan seks
Meskipun Anda belum pernah berhubungan seks atau hanya berhubungan badan dengan pasangan yang itu-itu saja, Anda tetap perlu tes penyakit kelamin berdua. Pasalnya, HIV bisa menular melalui cara lainnya yang tidak Anda duga misalnya, melalui transfusi darah atau penggunaan jarum bekas orang yang positif HIV.
2. Gunakan kondom
Kondom adalah cara paling jitu untuk mencegah risiko penyakit kelamin menular. Ketika digunakan secara konsisten dan benar, kondom berbahan poliuretan atau lateks sangat efektif mencegah HIV serta penyakit kelamin umum lainnya seperti klamidia dan gonore.
CDC melaporkan bukti bahwa pemakaian kondom dengan tepat dan benar dapat mengurangi risiko penularan HIV lewat anal seks hingga sebesar 63% pada pria dan 72% pada wanita.
3. Pilih pelumas yang cocok
Seks anal butuh bantuan lubrikan seks untuk melumasi jaringan anus yang cenderung kering dan tipis. Ini bertujuan agar anus tidak aus dan akhirnya terluka akibat gesekan antar kulit.
Namun, hindari pelumas berbahan dasar minyak karena dapat merobek kondom dan membuatnya bocor. Gunakan pelumas berbahan dasar air atau silikon untuk mencegah kerusakan kondom dan merobek jaringan dubur.
[embed-health-tool-ovulation]