Infeksi human papillomavirus (HPV) mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Padahal, penyakit menular seksual ini sebenarnya umum terjadi. Banyak orang yang belum benar-benar memahami penularan, gejala, dan pengobatannya. Mari bahas tuntas berbagai pertanyaan seputar infeksi HPV!
Pertanyaan seputar infeksi HPV dan jawabannya
Infeksi HPV merupakan infeksi virus yang sebenarnya sering dialami oleh orang dewasa yang aktif secara seksual. Namun, tidak banyak yang memahami penyakit ini dengan baik.
Untuk mengetahui lebih lengkap, simak pembahasan berikut yang menjawab berbagai pertanyaan umum tentang infeksi HPV.
1. Ada berapa banyak tipe HPV?
Terdapat lebih dari 150 tipe HPV yang dapat hidup di dalam tubuh. Namun, hanya beberapa jenis virus HPV yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Dua tipe HPV yang tidak berbahaya dan paling sering menjadi penyebab kutil kelamin adalah HPV 6 dan HPV 11. Kedua jenis virus tersebut berkontribusi pada 90% kasus kutil kelamin.
Sementara itu, ada sekitar 14 jenis virus HPV yang berbahaya dan bisa menjadi penyebab kanker, yaitu HPV 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, dan 68.
Namun, di antara 14 jenis virus tersebut, ada dua tipe HPV yang paling sering memicu kanker serviks pada wanita dan kanker penis pada pria, yakni HPV 16 dan HPV 18
2. Seberapa serius infeksi HPV?

Pada dasarnya, infeksi human papillomavirus bisa menjadi kondisi medis yang serius, tergantung pada jenis virus dan kondisi kesehatan orang yang terinfeksi.
Sebagian besar infeksi HPV tidak menimbulkan gejala dan bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan. Namun, beberapa tipe seperti HPV 16 dan 18 dapat menyebabkan kanker.
Virus HPV juga bisa menyebabkan kutil kelamin. Kondisi ini biasanya tidak berbahaya, tetapi bisa menyebar ke area lain atau orang lain jika tidak ditangani dengan tepat.
3. Bagaimana HPV dapat memicu kanker?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, perlu diketahui bahwa infeksi HPV tidak selalu memicu kanker. Meski begitu, tak sedikit orang yang mengalami kanker karena infeksi virus ini.
Mengutip Children Hospital of Philadelphia, ketika HPV memasuki sel di dalam tubuh, seperti tenggorokan, alat reproduksi, ataupun anus, sistem kekebalan tubuh biasanya akan mengenali dan menghancurkan sel-sel yang terinfeksi.
Namun, dalam beberapa kasus, HPV bisa tetap berada di dalam tubuh dan menginfeksi tubuh dalam jangka panjang. Jika hal ini terjadi, sel-sel yang terinfeksi akan mengalami perubahan atau mutasi dan berkembang menjadi kanker
Umumnya, butuh waktu sekitar 15 – 20 tahun bagi seseorang mengalami kanker serviks setelah terkena infeksi HPV.
4. Apakah HPV bisa menular pada janin dalam kandungan?
Pertanyaan HPV ini mungkin kerap kali dipertanyakan oleh para ibu hamil yang terinfeksi HPV. Faktanya, risiko penularan HIV pada janin sangat kecil.
Menurut penelitian yang terbit dalam jurnal Viruses, dari 282 ibu yang dinyatakan positif HPV, hanya 25 bayi yang tertular HPV atau sekitar 8,9 persen.
Penularan virus ini biasanya paling sering terjadi ketika bayi dilahirkan dalam persalinan normal dibandingkan caesar.
5. Jika sudah melakukan pengobatan, apakah bisa terkena HPV kembali?
Anda masih bisa terkena HPV kembali meskipun sudah melakukan pengobatan. Hal ini karena pengobatan hanya mengatasi dampak infeksi HPV.
Pengobatan menghilangkan kutil kelamin, bukan infeksi virus sepenuhnya. Infeksi HPV bisa kembali karena virus ini tidak sepenuhnya hilang dari tubuh.
Oleh karena itu, melakukan pemeriksaan secara rutin tetap diperlukan untuk mengontrol kondisi ini.
6. Seberapa efektif vaksin HPV?

Salah satu cara mencegah infeksi HPV adalah melakukan vaksin HPV. Namun, sering muncul pertanyaan tentang seberapa efektif vaksin HPV melindungi tubuh.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, semua vaksin HPV memiliki efektivitas tinggi melindungi tubuh dari infeksi HPV, yakni hampir 100 persen.
Vaksinasi HPV juga dapat membantu Anda mencegah lebih dari 90% kanker akibat infeksi HPV. Perlindungan vaksin bisa bertahan lama hingga 12 tahun setelah pemberian vaksin.
7. Kapan harus melakukan vaksin HPV?
Pertanyaan mengenai jadwal pemberian vaksin HPV biasanya ditentukan dari usianya.
Pemberian vaksin HPV sebagai upaya pencegahan kanker serviks pada anak perempuan bisa dilakukan saat usianya 9 – 14 tahun sebanyak 2 dosis dengan jeda 6 – 15 bulan dari suntikan pertama.
Jika usianya sudah terlewat, anak perempuan masih bisa mendapatkan vaksin HPV di usia 15 – 18 tahun sebanyak 3 dosis, dengan jeda antara 0, 1, 2, dan 6 bulan dari suntikan pertama.
8. Apakah wanita tetap perlu melakukan pap smear jika telah vaksin HPV?
Ya, wanita tetap perlu melakukan pap smear meskipun sudah mendapatkan vaksin HPV. Pasalnya, vaksin tidak dapat melindungi Anda dari semua jenis HPV penyebab kanker.
Dengan demikian, melakukan pap smear tetap penting untuk mendeteksi perubahan pada leher rahim (serviks) yang menjadi tanda awal kanker sekalipun penyebabnya bukan infeksi HPV.
Pemeriksaan pap smear ini memungkinkan Anda untuk mendeteksi dini dan melakukan pengobatan sebelum kanker berkembang.
9. Jika sudah vaksin HPV, apakah tetap perlu menggunakan kondom?
Anda tetap perlu menggunakan kondom saat berhubungan seksual meskipun sudah mendapatkan vaksin HPV.
Pertanyaan mengenai ini kemungkinan muncul karena beberapa orang sudah merasa terlindungi dengan vaksinasi HPV.
Vaksin memang efektif mencegah sebagian infeksi HPV, tetapi belum tentu melindungi Anda dari jenis HPV lain yang sudah ada di tubuh seseorang sebelum divaksinasi.
Selain itu, vaksin HPV tidak melindungi Anda dari penyakit menular seksual lainnya seperti sifilis, klamidia, gonore, dan herpes.
Jika Anda tidak mengetahui kondisi kesehatan pasangan, sebaiknya tetap gunakan kondom saat berhubungan.
Memahami informasi yang tepat seputar HPV merupakan langkah penting dalam melindungi diri dan orang-orang tercinta dari risiko infeksi HPV.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut.
Ringkasan
- Infeksi HPV bisa jadi kondisi yang serius, tergantung dari jenis virus yang menginfeksi dan kondisi penderitanya.
- Virus HPV tipe 16 dan tipe 18 adalah yang paling sering memicu kanker.
- Meski sudah melakukan pengobatan, ada kemungkinan terserang HPV kembali.
- Vaksinasi efektif melindungi diri dari risiko infeksi HPV.
- Wanita yang melakukan vaksin, tetap perlu melakukan pemeriksaan pap smear karena vaksin tidak sepenuhnya efektif mengatasi tipe HPV yang memicu kanker.
[embed-health-tool-ovulation]