backup og meta

Ruam Kulit Akibat HIV: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

GejalaPenyebabCara mengatasiKapan ke dokter?

Orang yang terinfeksi HIV (ODHA) cenderung mengalami gejala pada kulit berupa ruam dalam beberapa bulan pertama setelah tertular virus. Ruam merupakan salah satu gejala awal HIV pada kulit yang biasanya dialami selama 2-4 minggu. Apa penyebab dan seperti apa ciri-ciri ruam pada kulit yang menandakan infeksi HIV?

Gejala ruam kulit pada pengidap HIV

Ciri-ciri atau gejala HIV yang muncul pada kulit ditandai dengan terbentuknya ruam kulit. Kondisi ini biasanya berbentuk bercak berwarna merah berukuran kecil dan mengumpul rapat di satu titik. 

Ruam mungkin tampak berwarna merah terang pada orang berkulit putih atau pucat. Sementara itu, pada kulit yang lebih gelap, ruam cenderung berwarna keunguan.

Kemunculan ruam ini dapat dibarengi dengan timbulnya luka borok di mulut alias sariawan HIV atau luka di alat kelamin.

Banyak yang bertanya ruam HIV seperti apa? Gejala HIV/AIDS pada kulit ini sebenarnya hampir mirip dengan ruam secara umum, seperti berikut ini.

  • Ruam berupa bintik-bintik merah yang tersebar merata.
  • Bagian tengah ruam memiliki benjolan kecil.
  • Ruam terasa gatal.
  • Munculnya ruam menjalar dari wajah hingga ke seluruh tubuh, termasuk kaki dan tangan.

Ciri-ciri ruam HIV juga tidak terasa gatal selama 2-3 minggu pertama setelah baru muncul.

Bila HIV tidak segera diobati, daya tahan tubuh akan semakin menurun sehingga bisa membuat ruam semakin merah, gatal, dan perih. 

Walaupun tidak terlihat berbahaya, gejala awal HIV pada kulit ini harus segera diperiksakan ke dokter agar tidak terjadi komplikasi HIV di kemudian hari. 

Penyebab ruam pada kulit pengidap HIV

Ruam pada kulit merupakan salah satu gejala awal HIV yang cukup umum.

Kondisi ini bisa muncul akibat infeksi HIV itu sendiri, efek samping pengobatan, atau karena infeksi lain yang menyerang saat sistem kekebalan tubuh melemah.

Berikut berbagai penyebab ruam kulit pada pengidap HIV.

1. Efek samping obat-obatan

obat tekanan darah tinggi

Orang-orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang sudah memulai pengobatan dengan antiretroviral (ARV) dapat mengalami efek samping ARV berupa kemunculan ruam kulit.

Dilansir dari HIV.gov, ada 3 kelompok obat antiretroviral yang bisa menimbulkan ruam kulit pada penderita HIV, yaitu sebagai berikut.

  • Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs) atau inhibitor transkriptase balik non-nukleosida.
  • Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) atau inhibitor transkriptase balik nukleosida.
  • Protease inhibitors (PIs) atau inhibitor protease.

Ciri-ciri HIV pada kulit ini cenderung muncul dalam 1-2 minggu setelah pengobatan dimulai.

Namun, gejala efek samping obat antiretroviral ini juga bisa muncul dalam hitungan 1-3 hari.

2. Stevens-Johnson syndrome

gejala alergi kulit

Sindrom Stevens-Johnson (SJS) adalah kondisi yang terjadi akibat hipersensitivitas obat dan berisiko mengancam nyawa.

SJS diyakini sebagai gangguan sistem kekebalan tubuh yang dipicu oleh infeksi, obat, atau keduanya. SJS biasanya dimulai dengan demam dan sakit tenggorokan sekitar 1-3 minggu setelah memulai terapi ARV. 

Gejala HIV pada kulit akibat SJS biasanya ditandai dengan munculnya borok atau lesi dengan bentuk tidak beraturan. Lesi kulit ini muncul di mulut, alat kelamin, dan anus.

Ukuran lesi atau borok biasanya sebesar 1 inci atau 2,5 sentimeter (cm) dan tersebar di wajah, perut, dada, tungkai, hingga telapak kaki.

Nevirapine dan Abacavir adalah 2 jenis obat antiretroviral yang paling berisiko tinggi menyebabkan SJS.

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah salah satu penyebab kemunculan ruam yang paling umum pada pengidap HIV/AIDS.

Gejala pada kulit ini muncul pada sekitar 80% pengidap HIV dan didiagnosis sebagai penyakit komplikasi.

Ruam dermatitis seboroik biasanya tampak kemerahan dan bersisik yang suka muncul di bagian kulit berminyak, seperti kulit kepala, wajah, dan dada.

Dalam kasus yang lebih parah, ruam pada kulit dapat muncul dengan ciri-ciri jerawat bersisik di sekitar wajah, di belakang dan bagian dalam telinga, hidung, alis, dada, punggung atas, atau ketiak.

Penyebab ruam ini belum diketahui pasti. Namun, penurunan kekebalan tubuh adalah salah satu pemicu munculnya dermatitis seboroik. 

Cara mengatasi ruam kulit untuk pengidap HIV

efek samping krim steroid

Ruam biasanya dapat menghilang dan sembuh dalam 1-2 minggu setelah pengobatan dimulai dengan antiretroviral (ARV).

Untuk mempercepat penyembuhan gejala HIV pada kulit ini, umumnya dibutuhkan obat khusus dari dokter yang akan diresepkan setelah Anda menjalani pemeriksaan.

Beberapa obat yang biasanya diberikan dokter untuk mengatasi kondisi ini antara lain sebagai berikut.

1. Krim hidrokortison

Kandungan steroid dalam krim atau salep hidrokortison ini berfungsi untuk mengurangi gatal dan bengkak akibat ruam yang muncul.

Obat ini biasanya digunakan dalam jangka pendek dan harus sesuai petunjuk dokter untuk menghindari efek samping.

2. Benadryl atau Diphenhydramine

Obat antihistamin seperti Difenhidramin dapat menghambat efek zat kimia penyebab gatal sehingga meredakan sensasi kulit gatal. 

Akan tetapi, perlu diingat bahwa penggunaan obat dapat berhasil bila Anda mengikuti aturan pakai dan sesuai dengan penyebab terjadinya ruam kulit. 

Selain menggunakan obat-obatan, Anda akan dianjurkan untuk menghindari paparan sinar matahari langsung agar ruam tidak semakin parah. 

Kapan harus ke dokter?

Segera periksakan diri ke dokter bila ruam menyebar dengan cepat disertai lepuhan pada kulit dan demam.

Apalagi jika ruam HIV pada kulit ternyata merupakan ciri-ciri masa infeksi HIV telah mengarah pada stadium akhir, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter.

Selain itu, Anda juga perlu segera memeriksakan diri ke dokter apabila kemunculan gejala HIV pada kulit juga disertai tanda-tanda alergi parah, seperti jantung berdebar, dan sesak napas.

Bila ruam muncul tidak lama setelah Anda meminum obat jenis baru, segera hentikan pemakaian obat dan diskusikan kembali dengan dokter.

Akan tetapi, ingatlah bahwa Anda belum tentu terinfeksi virus HIV sekalipun muncul ruam di tubuh Anda, terlebih jika Anda tak memiliki risiko tertular HIV.

Jika Anda masih ragu, konsultasikan masalah penyakit menular seksual Anda dengan dokter Anda agar mendapatkan solusi terbaik.

Ringkasan

  • Ruam kulit adalah gejala umum pada pengidap HIV, terutama di awal infeksi. Kondisi ini bisa muncul akibat virus itu sendiri, efek samping obat ARV, atau infeksi lain karena sistem imun melemah.
  • Bentuknya berupa bintik merah, bisa gatal, dan menyebar ke tubuh. Penanganan biasanya dengan krim steroid, antihistamin, dan menghindari paparan sinar matahari.
  • Jika ruam disertai demam, lepuhan, atau gejala alergi parah, segera periksakan ke dokter.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Altman, K., Vanness, E., & Westergaard, R. (2015). Cutaneous Manifestations of Human Immunodeficiency Virus: a Clinical Update. Current Infectious Disease Reports, 17(3). https://doi.org/10.1007/s11908-015-0464-y

UC San Diego Health. (2021). Skin and Complexion Issues for People with HIV/AIDS. Retrieved 17 April 2025, from https://health.ucsd.edu/specialties/hiv/hiv-health/Pages/skin.aspx

AIDS Info. (2021). HIV and Rash. Retrieved 17 April 2025, from https://hivinfo.nih.gov/understanding-hiv/fact-sheets/hiv-and-rash

HIV.gov. (2020).Symptoms of HIV. Retrieved 17 April 2025, from https://www.hiv.gov/hiv-basics/overview/about-hiv-and-aids/symptoms-of-hiv

Mayo Clinic. (2021). Stevens-Johnson syndrome – Symptoms and causes. Retrieved 17 April 2025, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/stevens-johnson-syndrome/symptoms-causes/syc-20355936

Ucsdhealth. (n.d.). Skin and Complexion Issues for People with HIV/AIDS: UC San Diego Health. Retrieved 17 April 2025, from https://health.ucsd.edu/care/hiv/resources/skin/

HIV/AIDS and Skin Conditions. (2024). Retrieved 17 April 2025, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/hiv-and-aids/hivaids-and-skin-conditions

Versi Terbaru

17/04/2025

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Annisa Nur Indah Setiawati


Artikel Terkait

Pencegahan HIV dengan Stategi ABCDE, Begini Caranya

Apakah Petting (Gesek-Gesek Kelamin) Bisa Menularkan HIV, Meski Sama-Sama Pakai Baju?


Ditinjau oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF) · Ditulis oleh Nabila Azmi · Diperbarui 17/04/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan