backup og meta

5 Manfaat Sunat untuk Kesehatan Pria yang Perlu Anda Ketahui

5 Manfaat Sunat untuk Kesehatan Pria yang Perlu Anda Ketahui

Anda tentu sudah tidak asing dengan tradisi sunat atau khitan yang ada di masyarakat. Selain karena alasan agama dan budaya, sunat juga punya beragam manfaat untuk kesehatan pria. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Ragam manfaat sunat untuk kesehatan pria

Sederhananya, sunat atau khitan merupakan prosedur pengangkatan kulit kulup yang menutupi kepala penis. 

Sunat bisa dilakukan pada hari pertama atau kedua setelah lahir. Beberapa orangtua juga lebih memilih mengkhitan anak laki-lakinya saat menginjak usia sekolah. 

Selain itu, ada pula yang baru sunat saat dewasa. Pada umumnya, ini dilakukan dengan mengikuti kesiapan mental orang yang hendak disunat.

Pertimbangan untuk memilih sunat atau tidak terkadang memang masih menjadi perdebatan. Namun, manfaat sunat untuk kesehatan sebenarnya jauh lebih banyak daripada risikonya.

Berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Menjaga kebersihan penis

kebersihan penis pria

Penis yang tidak disunat memerlukan perhatian ekstra. Pasalnya, kulup atau lipatan kulit pada ujung kemaluan dapat menjadi tempat menumpuknya sel kulit mati, minyak, dan bakteri.

Apabila kulup tidak dibersihkan dengan baik, hal ini akan menyebabkan penumpukan daki atau bercak berwarna putih kekuningan yang disebut smegma.

Smegma memiliki bau tidak sedap dan dapat meningkatkan risiko infeksi pada area vital.

2. Menurunkan risiko infeksi saluran kemih

Kebersihan penis yang terjaga dapat menurunkan risiko infeksi saluran kemih (ISK).

Meskipun risiko infeksi saluran kemih pada pria cenderung lebih rendah dibandingkan wanita, penyakit ini lebih sering terjadi pada mereka yang tidak disunat.

Sebuah tinjauan yang dimuat dalam jurnal Evidence-Based Practice (2016) menunjukkan sunat bisa mencegah 87–261 kasus ISK per 1.000 anak laki-laki dengan riwayat infeksi sebelumnya.

3. Mencegah penularan penyakit kelamin

Salah satu manfaat sunat untuk kesehatan pria yakni menurunkan risiko penyakit menular seksual, seperti infeksi human papillomavirus (HPV), herpes genital, dan sifilis.

Bahkan, laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa prosedur sunat atau sirkumsisi membantu menurunkan risiko infeksi HIV.

Selain memberikan manfaat bagi pria yang dikhitan itu sendiri, pasangan wanita yang berhubungan intim dengannya juga berisiko lebih rendah untuk terinfeksi sifilis dan klamidia.

4. Mencegah gangguan penis

keluar cairan dari penis

Fimosis dan balanitis merupakan dua jenis gangguan penis yang paling sering terjadi. Fungsi sunat pada pria ialah membantu mencegah kedua masalah ini.

Pria dewasa yang tidak disunat lebih berisiko mengalami fimosis. Kondisi ini terjadi saat kulup penis tidak dapat ditarik ke bawah atau terperangkap di belakang kepala penis setelah ereksi.

Sementara itu, balanitis disebabkan oleh infeksi yang membuat kulup dan kepala penis terasa gatal, memerah, dan meradang.

5. Mengurangi risiko kanker penis

Pria yang disunat saat masih anak-anak memiliki kemungkinan lebih rendah untuk mengalami kanker penis dibandingkan dengan mereka yang tidak disunat.

Menurut buku Complications in Male Circumcision (2019), ini lantaran sunat membantu mengurangi faktor yang meningkatkan risiko kanker penis, seperti infeksi HPV, infeksi HIV, serta fimosis dan balanitis.

Dengan mencegah berbagai penyakit tersebut, proses sunat secara tidak langsung juga ikut mengurangi kemungkinan terjadinya kanker penis.

Efek samping prosedur sunat pada pria

Sama halnya dengan prosedur bedah, sunat atau khitan juga memiliki efek samping yang bisa saja muncul meski risikonya terbilang lebih rendah. 

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah prosedur sunat, antara lain:

  • perdarahan dan infeksi pada area kepala penis,
  • nyeri akibat berkurangnya efek anestesi (bius),
  • cedera penis,
  • iritasi pada ujung penis, dan
  • meatitis (radang pembukaan penis).

Untuk mengurangi risiko efek samping, laki-laki disarankan melakukan sunat sejak bayi. Risiko efek samping sunat pada bayi di bawah satu tahun rendah, yakni sebesar 0,5 persen.

Meski begitu, tidak ada batasan usia untuk melakukan sunat. Prosedur sunat dapat dilakukan baik pada usia sekolah maupun saat Anda sudah dewasa.

Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk disunat atau tidak, baik itu untuk diri sendiri maupun putra Anda.

Tanyakan kepada dokter mengenai manfaat dan risiko sunat. Anda juga dapat mencari tahu bagaimana tips perawatan setelah sunat untuk mempercepat pemulihan.

Pilihlah dokter profesional supaya prosedur ini berjalan lancar dan minim efek samping.

Dari sisi medis, sunat penting atau tidak?

American Academy of Pediatrics (AAP) mengungkapkan bahwa pria yang dikhitan sejak lahir mendapatkan lebih banyak manfaat untuk kesehatan daripada risikonya.

Penis yang tidak disunat lebih rentan terhadap perkembangan bakteri. Kulit kulup yang tidak diangkat juga dapat menjadi tempat berkumpulnya kotoran. 

Jika dibiarkan, kotoran bisa menumpuk dan menimbulkan infeksi pada organ reproduksi pria.

Pria yang tidak disunat harus benar-benar membersihkan penisnya. Pastikan tidak ada sisa sabun dalam kulup yang bisa menyebabkan iritasi pada kulit kepala penis yang sensitif.

Meski tidak ada anjuran khusus dari segi medis, pria sebaiknya disunat untuk memudahkan mereka saat membersihkan penis.

Hal ini bermanfaat untuk menghindari risiko kesehatan akibat tidak disunat, mulai dari infeksi hingga kanker pada penis.

Kesimpulan

  • Sunat adalah prosedur untuk mengangkat kulit kulup yang menutupi kepala penis.
  • Manfaat sunat amat beragam, mulai dari menjaga kebersihan penis, menurunkan risiko ISK, mencegah penyakit kelamin, hingga mencegah kanker penis.
  • Pastikan Anda melakukan sunat dengan dokter profesional untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan mengurangi risiko efek sampingnya.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Circumcision (male). (2022). Mayo Clinic. Retrieved March 16, 2023, from https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/circumcision/about/pac-20393550

Circumcision: Treatment, Risks, Benefits, Recovery. (2021). Cleveland Clinic. Retrieved March 16, 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/16194-circumcision

Circumcision in men. (2017). NHS UK. Retrieved March 16, 2023, from https://www.nhs.uk/conditions/circumcision-in-men/

Why is my penis smelly and sore? (2018). NHS UK. Retrieved March 16, 2023, from https://www.nhs.uk/common-health-questions/mens-health/why-is-my-penis-smelly-and-sore/

Risk Factors for Penile Cancer. (2018). American Cancer Society. Retrieved March 16, 2023, from https://www.cancer.org/cancer/penile-cancer/causes-risks-prevention/risk-factors.html

CDC Provides Information to Male Patients and Parents Regarding Male Circumcision and the Prevention of HIV Infection, Sexually Transmitted Infections, and Other Health Outcomes. (n.d.). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved March 16, 2023, from https://www.cdc.gov/nchhstp/newsroom/docs/factsheets/MC-for-HIV-Prevention-Fact-Sheet_508.pdf

Emmanuel, A., & Watkin, N. (2019). Circumcision and penile cancer. Complications in Male Circumcision, 21-23. https://doi.org/10.1016/b978-0-323-68127-8.00004-1

Morris, B. J., & Hankins, C. A. (2017). Effect of male circumcision on risk of sexually transmitted infections and cervical cancer in women. The Lancet. Global health, 5(11), e1054–e1055. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(17)30386-8

Alderson, L., & Shi, C. (2016). How effective is circumcision in reducing recurrent UTIs in boys with prior UTI? Evidence-Based Practice, 19(5), 14. https://doi.org/10.1097/01.ebp.0000541219.46194.a9

El Bcheraoui, C., Zhang, X., Cooper, C. S., Rose, C. E., Kilmarx, P. H., & Chen, R. T. (2014). Rates of adverse events associated with male circumcision in U.S. medical settings, 2001 to 2010. JAMA pediatrics, 168(7), 625–634. https://doi.org/10.1001/jamapediatrics.2013.5414

American Academy of Pediatrics Task Force on Circumcision (2012). Circumcision policy statement. Pediatrics, 130(3), 585–586. https://doi.org/10.1542/peds.2012-1989

Versi Terbaru

03/04/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Seputar Sunat Klamp, Metode Khitan yang Aman dan Cepat

Perbedaan Penis Sunat dan Tidak Sunat dari Sisi Medis


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 03/04/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan