Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat ditangani jika menjalani perawatan dengan baik. Mulai dari terapi antiretroviral (ART) hingga mengonsumsi obat-obatan dapat membantu membuat tubuh penderitanya lebih sehat, tetapi perlu dilakukan seumur hidup. Dengan banyaknya perawatan yang perlu dijalani, apakah HIV bisa sembuh dengan sendirinya?
Benarkah HIV bisa sembuh dengan sendirinya?
Perawatan dan pengobatan yang dijalani oleh para pasien HIV memang tidak bertujuan untuk ‘menyembuhkan’ tubuh mereka dari virus tersebut.
Namun, metode ini dilakukan agar tubuh penderita tetap fit menjalani aktivitas sehari-hari.
Sampai saat ini memang belum ada obat dan terapi yang membuat penderita HIV sembuh total.
Oleh karena itu, jawaban dari pertanyaan HIV bisa sembuh dengan sendirinya belum dapat dipastikan karena para peneliti pun masih dalam tahap mengembangkan obatnya.
Mengapa demikian? HIV memiliki kemampuan untuk ‘menyembunyikan diri’ di dalam sel tubuh yang obat pun tidak dapat mencapainya, alias tidak dapat terdeteksi.
Semasa siklus hidup HIV, virus menggabungkan dirinya ke dalam DNA sel inangnya. Terapi antiretroviral memang dapat menghentikan virus baru yang mungkin berasal dari infeksi sel baru.
Akan tetapi, metode ini tidak dapat menghilangkan DNA virus dari sel inang sepenuhnya.
Sel inang mungkin dapat dibunuh oleh infeksi atau mati seiring bertambahnya usia. Namun, masih ada beberapa sel yang hidup untuk waktu yang cukup lama di dalam tubuh.
Hal tersebut berakibat pada DNA virus yang dapat hidup kembali dan sel yang mulai memproduksi virus baru. Oleh karena itu, kecil kemungkinan HIV bisa sembuh sendirinya.
Bahkan orang yang menjalani pengobatan HIV pun harus patuh terhadap aturan dokter.
Hal ini dikarenakan ketika seseorang menghentikannya perawatannya, meskipun hanya sebentar, ternyata dapat mengaktifkan kembali sel-sel baru yang terinfeksi HIV.
Maka itu, para ahli sedang mencoba berbagai penelitian untuk menemukan obat agar virus HIV dapat hilang total dari tubuh.
Sampai saat ini mereka berusaha mencari cara untuk mengaktifkan sel yang membuat DNA virus tidak terdeteksi.
Cara tersebut diharapkan dapat memaksa sel ‘keluar ke tempat terbuka’, sehingga DNA dapat menjadi target selanjutnya oleh obat antiretroviral.
HIV bisa sembuh pada kasus tertentu
Walaupun HIV tidak ada obat yang benar-benar menyembuhkan, ada beberapa kasus tertentu yang menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi bisa sembuh.
Akan tetapi, tentu kasusnya tidak banyak dan termasuk sedikit dibandingkan jumlah pasien yang saat ini masih menderita HIV.
Dilansir dari Avert, situs web tentang informasi dan edukasi perihal HIV dan AIDS, ada beberapa berita tentang pasien yang terinfeksi HIV bisa sembuh dari virus tersebut.
Perlu diingat bahwa kasus-kasus HIV di bawah ini tidak sembuh dengan sendirinya melainkan terjadi setelah menjalani pengobatan dan masih dalam tahap laporan penyembuhan.
1. Pasien London
Salah satu berita yang tentang pasien terinfeksi HIV bisa sembuh dan cukup baru adalah pasien dari London, Inggris.
Pada 2019 para ahli melaporkan adanya seorang pria yang terinfeksi HIV dan menerima transplantasi sel induk.
Kini, ia sedang dalam tahap ‘remisi’ HIV. Artinya, pria London tersebut tidak lagi menjalani pengobatan antiretroviral dan dokter tidak dapat menemukan HIV di dalam tubuhnya.
Berita ini sering disebut sebagai sembuh secara fungsional.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV tidak dapat benar-benar hilang dari tubuh meskipun DNA virusnya tidak lagi menduplikasi dan merusak sel yang terlihat.
Pria ini dinyatakan sembuh setelah menerima transplantasi sumsum tulang dengan kombinasi kemoterapi untuk menyembuhkan kanker darah yang dideritanya.
Pendonor sel memiliki dua salinan gen CCR5 delta-32, yaitu mutasi genetik langka yang membuat orang kebal terhadap sebagian besar jenis HIV.
Enzim CCR5 berperan penting dalam menonaktifkan ‘pintu masuk’ yang digunakan HIV untuk membuat sel tubuh terinfeksi.
2. Pasien Berlin
Sebelumnya, kabar baik datang dari Berlin pada 2008 tentang pasien HIV yang bisa sembuh setelah menerima transplantasi sumsum tulang.
Pasien yang bernama Timothy Brown ini menderita leukimia stadium akhir, tetapi ia menjalani dua kali transplantasi dan terapi radiasi total.
Berbeda dengan Brown, pasien London hanya perlu melalui satu transplantasi dengan kemoterapi ringan.
Sampai saat ini Brown sudah tidak lagi menjalani pengobatan antiretroviral lebih dari delapan tahun. Maka itu, para dokter bisa menyatakan bahwa ia sudah sembuh dari HIV.
Walaupun demikian, tim dokter yang sama dengan pengobatan pasien London menyatakan bahwa metode ini mungkin berdampak berbeda pada pasien lainnya.
Mereka masih perlu memastikan apakah transplantasi sumsum tulang dapat digunakan oleh sebagian besar pasien dan apa saja efek sampingnya.
3. Bayi dari Mississippi
Sebenarnya, pada konferensi CROI (Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections) pada 2013 telah diumumkan seorang bayi yang bisa sembuh secara fungsional dari HIV.
Bayi asal Mississippi ini diberikan sebanyak tiga obat antiretroviral dalam dosis yang kuat sesaat setelah ia lahir.
Namun, pengobatan ini akhirnya terpaksa berhenti pada usia 18 bulan ketika sang ibu tidak menjalani perawatan.
Pada saat mereka kembali dirawat lima bulan kemudian, virus DNA pada bayi tidak lagi terdeteksi, alias hilang berdasarkan hasil tes.
Setelah satu tahun berlalu, ia kembali diperiksa dan sayangnya ditemukan lagi DNA virus HIV dalam tubuh bayi.
Dari sini para dokter berpendapat bahwa kata ‘sembuh’ dari HIV sangat sulit digunakan mengingat dapat kembali kambuh sewaktu-waktu.
Walaupun demikian, kasus bayi Mississippi menjadi pelajaran bahwa terapi antiretroviral (ARV) sejak dini pada bayi dapat menghasilkan remisi jangka pendek.
Setidaknya, ARV dapat mengendalikan replikasi virus dan membatasi jumlah reservoir virus.
Sistem kekebalan tubuh pasien memang dapat terinfeksi, tetapi jumlah virus yang tidak begitu banyak ternyata tidak menghasilkan kerusakan yang cukup parah.
HIV memang tidak bisa sembuh dengan sendirinya dan obat-obatan untuk menghilangkan virus sepenuhnya pun masih dicari.
Namun, menjalani pengobatan dapat membuat pasien tetap sehat dan menjaga tubuh mereka dari kerusakan lebih lanjut.
[embed-health-tool-ovulation]