Aktivitas seksual dengan lebih dari satu pasangan memang bisa terasa menyenangkan bagi sebagian orang. Namun di balik itu, ada risiko kesehatan serius yang mengintai yaitu penularan HIV. Risiko virus ini semakin tinggi jika seseorang sering berganti-ganti pasangan tanpa mengetahui status HIV masing-masing. Jadi, seberapa besar bahaya gonta-ganti pasangan menyebabkan HIV? Simak penjelasannya berikut ini.
Apakah gonta-ganti pasangan bisa menyebabkan HIV?
Ya, gonta-ganti pasangan seksual dapat menyebabkan risiko tertular HIV, terutama jika dilakukan tanpa menggunakan kondom.
Salah satu cara penularan virus HIV yaitu melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi HIV, baik secara vaginal, anal, maupun oral.
Artinya, semakin banyak pasangan seksual, semakin tinggi pula kemungkinan salah satunya mengidap HIV.
Peningkatan risiko ini juga terjadi karena orang yang sering gonta-ganti pasangan mungkin tidak mengetahui status HIV dari pasangan seksualnya.
Selain itu, perilaku ini juga bisa memperbesar kemungkinan tertular atau menularkan infeksi menular seksual (IMS) lainnya, seperti herpes, gonore, atau sifilis.
Dikutip dari Stanford Medicine, IMS bisa menyebabkan luka atau peradangan dan membuat HIV lebih mudah masuk ke dalam tubuh.
Risiko penularan HIV juga bisa bertambah jika salah satu pasangan berada dalam kondisi imun yang lemah, tidak disunat (untuk pria), atau terlibat dalam aktivitas seksual berisiko tinggi tanpa pengaman.
Faktor risiko penularan HIV
Penularan HIV tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang tertular virus ini, terutama dalam konteks hubungan seksual.
Berikut beberapa faktor risiko yang menyebabkan HIV selain gonta-ganti pasangan seksual.
- Seks tanpa kondom. Hubungan seksual tanpa pengaman adalah salah satu jalur utama penularan HIV. Kondom berfungsi sebagai penghalang virus agar tidak berpindah dari satu orang ke orang lain.
- Darah, ASI, air mani, atau cairan vagina, dan ASI yang terinfeksi terkena kontak langsung dengan luka di kulit atau selaput lendir yang terbuka (misalnya, mulut, hidung, vagina, rektum, serta kulup penis).
- Berbagi jarum suntik dan peralatan obat suntik lainnya yang sudah terkontaminasi dengan HIV. Pasalnya virus HIV dapat hidup dalam jarum suntik bekas hingga 42 hari tergantung suhu dan faktor lainnya.
- Ibu yang terinfeksi dengan HIV menularkan virus ke bayi sebelum/saat persalinan serta ketika menyusui.
- Peralatan tato dan body piercing (termasuk tinta) yang sudah terinfeksi dan tidak disterilkan dengan benar.
- Menerima transfusi darah dan transplantasi organ/jaringan dari orang yang terinfeksi HIV.
- Pakai mainan seks (sex toys) yang sudah terkontaminasi.
- Memiliki penyakit menular seksual lainnya seperti gonore atau klamidia. Penyakit menular seksual dapat melemahkan perlindungan alami tubuh sehingga bisa meningkatkan risiko terinfeksi HIV.
Perlu diketahui, virus HIV tidak akan menyebar hanya lewat sentuhan, jawaban tangan, berpelukan, atau berciuman.
Selain itu, berbagi sprei dan handuk, alat makan dan mandi, serta menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama juga tidak akan meningkatkan risiko penularan HIV.
Cara mencegah penularan HIV

Berganti pasangan bisa menyebabkan peningkatan risiko HIV. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mencegah penularan HIV adalah dengan menghindari segala risikonya.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara berikut.
1. Melakukan seks aman
Jika Anda tidak tahu status HIV pasangan seks Anda, selalu gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.
Kondom adalah bentuk perlindungan paling efektif melawan HIV dan penyakit menular seksual lainnya.
Penting bagi Anda untuk memakai kondom sebelum melakukan kontak seksual apa pun yang berkaitan dengan penis, vagina, mulut, atau anus.
2. Selektif memilih pasangan seks
Pastikan jika pasangan Anda tidak terinfeksi HIV sebelum melakukan hubungan seksual. Bila perlu, ajak pasangan Anda melakukan tes skrining untuk memastikan keadaannya.
Tanyakan juga riwayat hubungan seksual pasangan Anda, mulai dari jumlah partner seksualnya serta jenis pengamanan yang digunakannya.
Hal yang harus diingat, seseorang bisa saja terkena penyakit menular seksual tanpa menyadarinya.
3. Tidak berbagi jarum suntik
Selain gonta-ganti pasangan, berbagi jarum suntik juga menyebabkan peningkatan risiko HIV.
Jarum suntik bisa meningkatkan risiko Anda terinfeksi HIV dan virus lain yang ada di dalam darah, misalnya hepatitis C.
Jika Anda ingin membuat tato atau tindik, pastikan Anda melakukannya di tempat profesional yang sudah terjamin keamanannya. Jangan lupa, pastikan jika jarum yang digunakan steril.
4. Hindari kontak langsung dengan darah ataupun cairan tubuh orang lain
Anda tidak pernah tahu siapa yang memiliki HIV, karena dalam banyak kasus, penderitanya sendiri tidak menyadari bahwa ia telah terinfeksi.
Itu sebabnya, penting untuk menghindari kontak langsung dengan darah orang lain jika memungkinkan.
Berhati-hatilah terhadap cairan tubuh lain yang berpotensi menularkan HIV, seperti air mani, cairan vagina, dan cairan rektal.
5. Segera cari pengobatan medis jika Anda hamil

Jika Anda kemudian hamil dan khawatir bahwa Anda mungkin memiliki HIV, lakukanlah tes dan cari bantuan medis dengan segera.
Pencegahan penyebaran HIV kepada anak Anda mungkin untuk dilakukan.
Dengan pengobatan yang tepat selama kehamilan, persalinan, dan menyusui, risiko penularan HIV ke bayi bisa ditekan.
Ringkasan
- Gonta-ganti pasangan seksual dapat menyebabkan peningkatan risiko tertular HIV, terutama jika dilakukan tanpa kondom dan tanpa mengetahui status HIV masing-masing pasangan.
- HIV menular melalui hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transfusi darah terinfeksi, serta dari ibu ke anak saat kehamilan, persalinan, atau menyusui.
- Untuk mencegah HIV, penting melakukan seks aman dengan kondom, tidak berbagi jarum suntik, menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh orang lain, serta melakukan tes HIV secara rutin.
- Ibu hamil yang terinfeksi HIV juga bisa mencegah penularan ke bayi melalui pengobatan medis yang tepat sejak dini.
[embed-health-tool-ovulation]