backup og meta

Infeksi Cytomegalovirus

Infeksi Cytomegalovirus

Definisi

Apa itu cytomegalovirus (CMV)?

Infeksi cytomegalovirus atau CMV adalah penyakit dari virus herpes yang bisa menginfeksi semua orang dari setiap usia. Infeksi virus ini dapat berlangsung lama di dalam tubuh bahkan bisa menetap selamanya.

Namun, umumnya infeksi CMV tidak menyebabkan gejala yang berarti pada kondisi kekebalan tubuh yang normal.

Sebaliknya, penderita imunosupresan atau memiliki imunitas yang lemah akibat HIV, penyakit autoimun, menjalani pengobatan transplantasi organ atau ibu hamil bisa mengalami gangguan kesehatan akibat infeksi CMV.

CMV bisa ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, urine, dan air liur. Belum ada obat khusus yang dapat menyembuhkan infeksi cytomegalovirus, tapi cara pengobatan tertentu bisa dilakukan untuk mengatasi gejalanya.

Seberapa umukah penyakit ini?

Semua orang dari setiap kalangan usia bisa terinfeksi virus ini. Sebagian besar orang dewasa terinfeksi CMV saat berusia 4o tahun.

Namun, orang sehat yang terinfeksi cytomegalovirus biasanya tidak menyadari karena tidak mengalami gangguan kesehatan apapun.

Sementara, CMV kongenital atau infeksi cytomegalovirus bawaan juga umum ditemukan. Hal ini disebabkan Ibu hamil yang terinfeksi selama masa kehamilan bisa menularkan penyakit ini secara langsung kepada bayinya.

Menurut CDC, infeksi CMV pada bayi yang baru lahir berisiko menimbulkan gejala serius atau kelainan permanen.

Tanda-tanda dan gejala

Apa saja tanda dan gejala infeksi cytomegalovirus (CMV)?

Jika saat tertular CMV kondisi kekebalan tubuh cukup kuat melawan infeksi, Anda biasanya tidak merasakan gejala apapun. Sekalipun muncul gejala,  ganguan kesehatan yang dialami biasanya cukup ringan, seperti:

  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Kelelahan atau tubuh lemas
  • Nyeri otot dan sendi
  • Pembengkakan kelenjar

Gejala ringan yang dialami orang yang sehat biasanya disebabkan oleh reinfeksi virus CMV. Dalam beberapa kasus, CMV bisa menyebabkan masalah pada hati seperti hepatitis ataupun penyakit demam kelenjar (mononukleosis).

Orang dengan kondisi sistem imun yang lemah ketika terinfeksi CMV bisa mengalami gejala yang lebih berat. Gejala cytomegalovirus pada kondisi imunitas lemah adalah:

  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan pernapasan yang menyerang paru-paru
  • Gangguan pencernaan yang menyerang esofagus dan lambung
  • Gangguan pada hati

Gejala cytomeglaovirus bawaan

Bayi yang sejak lahir telah terinfeksi CMV biasanya lahir dalam kondisi normal dan sehat. Beberapa di antaranya mengalami gejala yang berkembang seiring waktu.

Namun, gejala bisa baru terdeteksi berbulan-bulan atau beberapa tahun setelah kelahiran. Gangguan infeksi CMV bawaan yang umum dialami adalah keterlambatan perkembangan, kehilangan pendengaran (tuli), dan gangguan penglihatan serius.

Dilansir dari Mayo Clinic, tanda dan gejala infeksi CMV bawaan pada bayi yang perlu diwaspadai adalah:

  • Kelahiran prematur
  • Berat badan lahir yang rendah
  • Kulit dan selaput mata menguning
  • Gangguan fungsi hati
  • Ruam kulit atau bercak keunguan di kulit
  • Ukuran kepala lebih kecil dari ukuran normal
  • Pneumonia
  • Pembesaran limpa
  • Sering kejang

Kapan harus pergi ke dokter?

Saat mengalami atau mengenali beberapa gejala serius dari infeksi cytomegalovirus, Anda perlu segera melakukan pemeriksaan ke dokter.

Pemeriksaan medis sangat dianjurkan bagi Anda yang memiliki:

  • Kondisi imunitas lemah akibat penyakit HIV/AIDS, autoimun, atau pengobatan transplantasi organ
  • Ibu hamil yang terinfeksi CMV, apalagi jika mengalami mononukleosis
  • Bayi yang mengalami gejala CMV bawaan

Penyebab

Apa yang menyebabkan infeksi cytomegalovirus (CMV)?

Cytomegalovirus (CMV) adalah virus yang berkaitan dengan penyebab cacar air, monobukleosis, dan cacar api. Sifat infeksi virus ini bisa berlangsung dorman (tidak aktif) dan aktif kembali (reaktif) sewaktu-waktu.

Dalam kondisi tubuh yang sehat (imunitas optimal), infeksi dari cytomegalovirus biasanya berlangsung dorman di dalam tubuh.

Gejala baru akan muncul ketika virus aktif menginfeksi. Dalam kondisi infeksi virus yang aktif, CMV bisa ditularkan kepada orang lain.

Cytomegalovirus dapat ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, air liur (saliva), ASI, air mata, sperma, dan cairan vagina. Cara penularan CMV umumnya terjadi ketika:

  • Menyentuh bagian dalam mata, hidung, dan mulut setelah terpapar cairan tubuh yang terkontaminasi CMV.
  • Melakukan kontak seksual dengan orang yang terinfeksi.
  • Bayi yang minum ASI dari ibu menyusui yang terinfeksi.
  • Menjalani prosedur medis seperti transfusi darah, cuci darah atau transplantasi organ dan sel.
  • Bayi baru lahir yang terinfeksi dari ibu hamil yang mengalami CMV. Penularan pada janin paling berisiko terjadi pada saat infeksi virus aktif untuk pertama kalinya.

Diagnosis

Apa saja tes yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini?

Cytomegalovirus sulit dideteksi melalui pemeriksaan fisik biasa, terutama jika Anda hanya mengalami gejala ringan yang kurang spesifik dan serupa dengan infeksi virus lain seperti pilek atau flu.

Oleh karena itu, dokter perlu melakukan serangkaian pemeriksaan yang memerlukan pengambilan sampel dari cairan atau jaringan tubuh. Tes medis yang dilakukan untuk mendeteksi cytomegalovirus di antaranya adalah:

  • Tes darah guna mengetahui tanda-tanda infeksi virus
  • Tes PCR untuk menentukan keberadaan virus dalam sampel cairan tenggorokan yang dianalisis di laboratorium
  • Tes antibodi untuk mendeteksi immunoglobulin G anti-CMV melalui sampel urin, sputum (air ludah)

Pada tes antibodi, hasil infeksi CMV positif dapat menunjukan beberapa kondisi seperti:

  • Terdeteksinya antibodi CMV mengindikasikan infeksi pernah terjadi atau sedang berlangsung. Jika jumlah antibodi mengalami peningkatan dalam beberapa minggu, artinya Anda telah terinfeksi atau pernah terinfeksi sebelumnya.
  • Infeksi CMV kronis (antibodi CMV kronis stabil, tidak berubah dalam waktu lama) menandakan infeksi dapat kembali aktif pada pasien dengan immunodefisiensi

Pemeriksaan CMV sangat penting dilakukan untuk mendeteksi infeksi virus pada masa kehamilan. Pasalnya penularan pada janin berisiko lebih tinggi terjadi dibandingan cara penularan lainnya.

Jika saat hamil Anda terjangkit CMV, penting untuk segera melakukan tes CMV pada bayi Anda di 3 minggu pertama pasca-kelahiran.

Pengobatan

Bagaimana cara mengobati infeksi cytomegalovirus (CMV)?

Pengobatan tidak diperlukan pada orang yang mengalami infeksi dorman atau infeksi aktif yang tidak mengalami gejala sama sekali.

Gejala infeksi cytomegalovirus yang ringan biasanya juga akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa waktu. Melakukan perawatan sederhana di rumah seperti memperbanyak istirahat, mencukupi kebutuhan cairan, dan makan makanan bernutrisi dapat mempercepat pemulihan gejala.

Sementara, orang dengan imunitas lemah dan bayi baru lahir yang terinfeksi membutuhkan pengobatan yang dapat mengatasi gejala sekaligus meredakan infeksi CMV. Hingga kini, pengobatan yang dilakukan hanya efektif menghambat reproduksi virus, tapi belum bisa sepenuhnya memusnahkan virus.

Obat antivirus

Pengobatan yang dilakukan adalah melalui obat herpes antivirus seperti valganciclovir atau ganciclovir.

Pada bayi yang mengalami gangguan akibat infeksi CMV, obat antivirus ini berpotensi meningkatkan kemampuan pendengaran dan menghambat penurunan perkembangan yang berisiko ditimbulkan oleh infeksi CMV.

Sayangnya, valganciclovir dan ganciclovir memiliki efek samping yang serius dan belum terbukti efektif dalam mengatasi CMV bawaan. Antivirus ini juga hanya diberikan pada bayi dengan CMV bawaan.

Pencegahan

Apa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi cytomegalovirus (CMV)?

Infeksi CMV adalah penyakit yang bisa ditularkan dari satu orang ke orang lainnya.

Pada orang yang sehat, infeksinya mungkin tidak berbahaya. Namun, Anda yang termasuk ke dalam kelompok berisiko yakni memiliki imunitas lemah perlu mewaspadai penularan CMV.

Terdapat beberapa cara untuk mengurangi risiko penularan virus herpes sehingga terhindar dari infeksi CMV, yaitu:

  • Mencuci tangan menggunakan air dan sabun atau pembersih beralkohol selama 20 detik setelah atau sebelum makan, setelah membersihkan rumah, setelah berpergian atau setiap kali melakukan kontak fisik atau berdekatan dengan orang lain.
  • Tidak menggunakan peralatan makan atau benda lain yang sama dengan orang lain
  • Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual untuk menghindari penularan melalui sperma atau cairan vagina.
  • Mengurangi kontak fisik atau berdekatan dengan orang lain saat sedang hamil.

Cytomegalovirus memang umum menginfeksi setiap orang, tapi dampaknya bisa berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan yang lemah, termasuk ibu hamil dan bayinya.

Jika Anda mengalami tanda-tanda dan gejala serius dari infeksi CMV atau memiliki pertanyaan lain, segera konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan solusi terbaik.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Emery, V. C., & Lazzarotto, T. (2017). Cytomegalovirus in pregnancy and the neonate. F1000Research, 6, 138. https://doi.org/10.12688/f1000research.10276.1

Bonalumi, S., Trapanese, A., Santamaria, A., D’Emidio, L., & Mobili, L. (2011). Cytomegalovirus infection in pregnancy: review of the literature. Journal of prenatal medicine, 5(1), 1–8. Available at: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22439067/

CDC. (2020). Cytomegalovirus (CMV) and Congenital CMV Infection. Retrieved 27 October 2020, from https://www.cdc.gov/cmv/index.html

Mayo Clinic. (2020). Cytomegalovirus (CMV) infection – Symptoms and causes. Retrieved 27 October 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cmv/symptoms-causes/syc-20355358

Mayo Clinic. (2020). Cytomegalovirus (CMV) infection – Diagnosis and treatment. Retrieved 27 October 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cmv/diagnosis-treatment/drc-20355364

Versi Terbaru

14/03/2022

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Ciri-Ciri Cacar Api yang Wajib Dikenali, Jika Anda Sudah Pernah Kena Cacar Air

Mengenali Ciri-Ciri Cacar Air, dari yang Ringan hingga Parah


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 14/03/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan