Masih banyak fenomena yang belum bisa dijelaskan secara medis, salah satunya ialah terminal lucidity. Kondisi ini terjadi saat pasien penyakit kronis yang sudah mau meninggal dunia malah tampak kembali segar dan membaik kesehatannya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Masih banyak fenomena yang belum bisa dijelaskan secara medis, salah satunya ialah terminal lucidity. Kondisi ini terjadi saat pasien penyakit kronis yang sudah mau meninggal dunia malah tampak kembali segar dan membaik kesehatannya.
Lantas, apa kata para ahli soal fenomena unik ini?
Banyak kasus pasien penyakit kronis yang sudah sampai tidak dapat mengenali anak-anak dan cucunya sendiri tiba-tiba justru tampak sehat kembali.
Dalam waktu beberapa jam atau hari, pasien bisa mengenali lagi keluarganya. Pasien mungkin juga sanggup berdiri atau duduk tegak dan bahkan berbicara dengan normal.
Keluarga pun biasanya optimis bahwa pasien akan pulih dan sehat kembali. Namun, pasien yang kondisinya sempat membaik ini justru meninggal dunia.
Rupanya, fenomena pasien penyakit kronis yang membaik sebelum meninggal sudah diketahui sejak hampir tiga abad lalu.
Meski bukan termasuk istilah resmi dalam dunia medis, fenomena ini dikenal sebagai terminal lucidity atau yang secara harfiah berarti kejernihan menjelang ajal.
Lebih lanjut, fenomena terminal lucidity juga dijelaskan oleh pakar biologi dan kesehatan jiwa, Michael Nahm, dalam berbagai penelitian yang diterbitkan olehnya.
Fenomena terminal lucidity pernah dibahas dalam penelitian oleh Michael Nahm dan tiga orang rekannya pada 2012.
Dalam studi terbitan jurnal Archives of Gerontology and Geriatrics ini, dijelaskan bahwa pasien bisa mengalami kejernihan mental selama beberapa hari, jam, atau bahkan menit sebelum meninggal dunia.
Dihimpun dari berbagai studi kasus di seluruh dunia, fenomena ini paling banyak dialami oleh pasien dengan gangguan mental dan penyakit yang menyerang otak atau sistem saraf.
Beberapa kondisi dan penyakit yang paling sering menyebabkan fenomena ini, di antaranya:
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan pasien penyakit kronis lainnya juga sempat “sembuh” hanya beberapa saat sebelum akhirnya meninggal dunia.
Berbagai laporan yang berhasil dicatat secara medis menunjukkan bahwa fenomena terminal lucidity bisa berbeda-beda antara satu pasien dan pasien lainnya.
Sebuah studi kasus yang dimuat dalam jurnal Omega (2013) menggambarkan kejernihan terminal menjelang ajal yang dialami oleh Anna Katharina Ehmer, seorang wanita berusia 26 tahun.
Ehmer mengalami cacat mental parah dan diduga tak pernah berbicara sepatah kata apa pun dalam hidupnya. Namun, ia dilaporkan menyanyikan sebuah lagu selama setengah jam sebelum meninggal dunia.
Kasus lain yang dimuat dalam laman The Guardian pada 2021 lalu juga menjelaskan terminal lucidity yang dialami oleh Ward Porterfield asal South Dakota, Amerika Serikat.
Ward Porterfield merupakan seorang pria berusia 83 tahun yang telah didiagnosis mengalami demensia tiga tahun sebelumnya dan tidak lagi mengenal putrinya.
Namun, pada suatu waktu, Porterfield kembali mengenali putrinya dan bisa berbincang dengan normal. Hal ini tidak berlangsung lama karena dua hari kemudian ia meninggal dunia.
Masih banyak lagi kasus serupa yang sampai sekarang masih terus dipelajari oleh para ahli. Namun, pola yang ditemukan dari fenomena kejernihan mental sebelum meninggal ini selalu mirip.
Pasien tiba-tiba sembuh dari penyakitnya dan sanggup melakukan hal-hal yang tadinya tidak bisa dia lakukan, misalnya berbicara atau makan dengan lahap.
Hingga saat ini, belum ada analisis ilmiah yang cukup kuat yang dapat menjelaskan mengapa fenomena terminal lucidity sering terjadi. Begitu pun penyebab yang mendasarinya.
Salah satu teori yang sedang diteliti menyebutkan bahwa saat pasien mengalami penyakit kronis, jaringan di dalam otaknya akan makin melemah sehingga volume otak akan sedikit menyusut.
Oleh karenanya, otak yang tadinya penuh tekanan jadi agak melonggar. Hal ini diyakini dapat mengembalikan fungsi otak yang telah rusak, seperti daya ingat dan kemampuan berbicara.
Dari penelitian-penelitian seputar terminal lucidity, para ahli berharap bahwa suatu hari nanti hasilnya bisa dipakai sebagai panduan perawatan bagi pasien dengan penyakit kronis.
Harapan yang lebih ambisius yaitu fenomena unik ini mungkin bisa dikembangkan sebagai metode pengobatan khusus bagi pasien dengan kerusakan atau gangguan fungsi otak.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar