backup og meta

Mengenal Stud Tail pada Kucing dan Cara Mengobatinya

Mengenal Stud Tail pada Kucing dan Cara Mengobatinya

Istilah stud tail merujuk pada penyakit kucing yang membuat penampilan ekor hewan peliharaan Anda tampak kotor dan tidak sedap dipandang.

Bahkan ketika dielus, bagian pangkal dan ekor kucing bisa terasa berminyak. Lantas, apa yang menyebabkan stud tail pada kucing? Simak pembahasannya di bawah ini.

Apa itu stud tail pada kucing?

Stud tail adalah suatu kondisi kulit pada kucing yang ditandai dengan bagian pangkal ekor yang berminyak, berkerak kehitaman, dan menimbulkan bau tidak sedap.

Secara umum, kondisi ini disebabkan oleh pembesaran kelenjar minyak pada pangkal ekor kucing. 

Dikutip dari laman VCA Animal Hospitals, kelenjar minyak ini terletak pada sisi bagian atas ekor, tepatnya beberapa sentimeter dari pangkal ekor anak bulu alias anabul Anda.

Istilah “stud” merujuk pada pejantan, sebab kondisi ini memang lebih umum terlihat pada kucing jantan yang belum menjalani proses kebiri atau steril.

Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini juga bisa ditemui pada kucing jantan atau betina yang telah disteril.

Penyebab stud tail pada kucing

ekor kucing

Kondisi yang dalam istilah medis disebut supracaudal gland hyperplasia ini terjadi saat kelenjar sebasea yang terletak di dekat pangkal ekor kucing mengalami pembesaran.

Kelenjar sebasea ini bertanggung jawab memproduksi sebum, yakni zat minyak yang berfungsi untuk menjaga kulit dan bulu kucing tetap sehat.

Namun, beberapa kucing mungkin memiliki kelenjar sebasea yang terlalu aktif serta menghasilkan terlalu banyak sebum.

Kelebihan sebum ini akan membuat bulu kucing tampak berminyak. Apabila sebum bercampur dengan sel-sel kulit mati dan kotoran, ini bisa menimbulkan kerak hitam yang berbau.

Tumpukan minyak ini dapat menyumbat folikel rambut di sekitar ekor kucing. Kerontokan bulu, peradangan, dan infeksi berisiko terjadi bila kondisi ini tidak segera ditangani.

Faktor risiko stud tail pada kucing

Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko supracaudal gland hyperplasia pada kucing peliharaan Anda adalah sebagai berikut.

  • Masalah keseimbangan hormon. Kelebihan produksi hormon seks, utamanya testosteron, akan merangsang kelenjar sebasea untuk menghasilkan lebih banyak sebum.
  • Kucing tidak mampu membersihkan diri dengan baik. Obesitas, radang sendi, atau masalah pada gigi kucing bisa menghambat kucing dalam membersihkan bagian pangkal ekornya.
  • Kondisi kulit lain. Sejumlah penyakit kulit pada kucing, seperti infeksi atau alergi, dapat meningkatkan risiko terjadinya stud tail.
  • Genetik. Ras kucing tertentu, misalnya kucing persia dan Maine Coon, mungkin lebih rentan mengalami kondisi ini karena bulunya lebih panjang dan kelenjar minyaknya lebih aktif.

Tanda dan gejala stud tail

Stud tail pada kucing umumnya tidak berbahaya. Kondisi ini lebih sering menyebabkan masalah pada penampilan anabul, sebab bagian ekornya menjadi tidak sedap dipandang.

Beberapa ciri umum yang terlihat pada kucing peliharaan yang terkena stud tail antara lain:

  • bulu berminyak pada pangkal ekor,
  • kerontokan bulu, 
  • kulit bersisik,
  • bintik-bintik hitam atau komedo, 
  • kulit menebal dan mengeras, serta
  • warna kulit lebih gelap daripada area sekitarnya.

Pada kasus stud tail pada kucing yang lebih serius, infeksi sekunder mungkin saja dapat terjadi.

Infeksi bakteri sekunder dapat menyebabkan radang folikel rambut (folikulitis) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada kulit yang mengeluarkan nanah.

Kulit yang terkena akan tampak kemerahan, bengkak, serta sangat gatal sehingga kucing terus menggigit bagian tersebut sampai menimbulkan trauma yang cukup serius.

Cara mengobati stud tail pada kucing

Sampo untuk kucing

Pengobatan untuk stud tail pada kucing bertujuan untuk mengatasi penyebab yang mendasari, mengelola gejala, dan menjaga kebersihan anabul pada kemudian hari.

Dikutip dari South Seattle Veterinary Hospital, berikut ini adalah beberapa cara menghilangkan dan mengobati stud tail pada kucing yang umum dilakukan.

1. Penggunaan obat medis

Dokter hewan mungkin dapat merekomendasikan obat topikal untuk mengatasi stud tail pada kucing, seperti sampo yang mengandung benzoyl peroxide dan salicylic acid.

Tidak hanya menghilangkan kelebihan lemak, kedua bahan aktif ini juga bersifat antiseptik yang membantu mengendalikan bakteri penyebab infeksi kulit.

Dalam kasus yang parah, dokter hewan dapat meresepkan obat antibiotik dan anti-inflamasi oral untuk meredakan peradangan dan infeksi.

2. Perawatan rumahan

Supracaudal gland hyperplasia sebenarnya dapat Anda cegah dengan merawat kucing dengan baik. Gunakanlah sampo kucing dengan kandungan lembut dan hipoalergenik saat memandikan peliharaan Anda.

Jika Anda memelihara kucing berbulu panjang, pastikan juga menyikat bulu anabul secara rutin. Hal ini membantu menyebarkan minyak alami dan mencegah bulu kucing kusut.

3. Perubahan lingkungan

Stres pada kucing bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Itu sebabnya, penting untuk mengurangi pemicu stres di lingkungan tempat tinggal kucing peliharaan Anda.

Selalu sediakan makanan dan minuman kucing yang cukup. Jaga pula kebersihan tempat tidur dan luangkan waktu Anda untuk bermain dengan kucing.

Masalah kesehatan kucing ini sering kali bisa diatasi dengan melakukan sterilisasi kucing. Prosedur ini membantu menyeimbangkan kadar hormon sehingga produksi sebum dapat terkontrol.

Apabila mempunyai pertanyaan lebih lanjut terkait kondisi ini, silakan konsultasi dengan dokter hewan Anda untuk bisa mendapatkan informasi yang lebih baik.

Kesimpulan

  • Stud tail adalah penyakit kulit pada kucing yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar minyak pada pangkal ekor.
  • Kondisi ini membuat bagian pangkal dan ekor kucing berminyak, berkerak kehitaman, hingga menimbulkan bau tidak sedap.
  • Kelebihan produksi sebum atau minyak dapat dipicu oleh ketidakseimbangan hormon, perawatan kucing yang buruk, kondisi kulit lain, dan faktor genetik.
  • Pengobatan melibatkan pemilihan sampo yang tepat hingga sterilisasi kucing.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Feline skin diseases. (2023). Cornell University College of Veterinary Medicine. Retrieved February 11, 2024, from https://www.vet.cornell.edu/departments-centers-and-institutes/cornell-feline-health-center/health-information/feline-health-topics/feline-skin-diseases

Acne and stud tail. (2019). International Cat Care. Retrieved February 11, 2024, from https://icatcare.org/advice/feline-acne-and-stud-tail/

Stud tail in cats. (2012). PetMD. Retrieved February 11, 2024, from https://www.petmd.com/cat/conditions/skin/c_ct_stud_tail_supracaudal_gland_hyperplasia

Stud tail in cats. (2023). South Seattle Veterinary Hospital. Retrieved February 11, 2024, from https://www.southseattlevet.com/understanding-stud-tail-in-cats

Barnes, C. (n.d.). Stud tail tail gland hyperplasia in cats. VCA Animal Hospitals. Retrieved February 11, 2024, from https://vcahospitals.com/know-your-pet/stud-tail-tail-gland-hyperplasia-in-cats

Blaskovich, M. A., Elliott, A. G., Kavanagh, A. M., Ramu, S., & Cooper, M. A. (2019). In vitro antimicrobial activity of acne drugs against skin-associated bacteria. Scientific Reports, 9(1). https://doi.org/10.1038/s41598-019-50746-4

Versi Terbaru

28/02/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh drh. Hevin Vinandra Louqen

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

10 Penyebab Kucing Tiba-Tiba Kurus dan Perawatan yang Tepat

Bisakah Kutu Kucing Menular ke Manusia? Ini Dampaknya


Ditinjau secara medis oleh

drh. Hevin Vinandra Louqen

Kesehatan Hewan · None


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 28/02/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan