backup og meta

Bisakah Kutu Kucing Menular ke Manusia? Ini Dampaknya

Bisakah Kutu Kucing Menular ke Manusia? Ini Dampaknya

Salah satu penyakit umum pada kucing adalah kutuan. Tak terbatas pada anak bulu atau anabul saja, kutu kucing juga bisa mengganggu kesehatan manusia. Yuk, ketahui dampak penularan kutu kucing ke manusia dalam pembahasan berikut ini!

Apakah kutu kucing bisa menular ke manusia?

Kutu kucing dapat berpindah ke manusia, tetapi tidak akan bertahan lama karena tubuh manusia bukanlah habitat yang cocok untuk mereka.

Serangga parasit ini memang lebih memilih kucing sebagai inangnya, tetapi mereka juga bisa menjadikan tubuh manusia sebagai inang sementara.

Kutu kucing atau yang memiliki nama ilmiah Ctenocephalides felis mengisap darah tubuh inangnya untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Mereka dapat menyebar ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau barang-barang di sekitar yang terkontaminasi oleh kutu.

Oleh karena itu, risiko penularan penyakit pada kucing ke manusia ini bisa meningkat bila Anda sering berinteraksi atau bahkan berbagi tempat tidur dengan kucing.

Tahukah Anda?

Meski bisa menggigit dan memicu gejala yang mengganggu, kutu kucing tidak dapat bertahan lama pada kulit manusia karena alasan berikut ini.
  • Habitat yang tidak cocok. Kulit manusia tidak memiliki bulu tebal dan hangat yang disukai kutu hewan untuk bersembunyi dan bertelur.
  • Kebutuhan darah. Keberadaan kutu di tubuh manusia mudah terdeteksi sebab mereka harus menggigit dan mengisap darah lebih dari 12 jam untuk bisa bertelur. 
  • Perawatan tubuh. Manusia lebih sering mandi daripada kucing, yang mana hal ini cukup efektif untuk membasmi kutu.

Tanda dan gejala gigitan kutu kucing pada manusia

Kutu kucing memang jarang hinggap pada kulit manusia. Akan tetapi, salah satu tanda bahwa kutu kucing telah menular ke tubuh Anda yakni kemunculan bekas gigitan pada kulit. 

Adapun, gigitan kutu pada manusia bisa menimbulkan sejumlah gejala, meliputi:

  • bintik merah dengan lingkaran gelap di sekitarnya,
  • rasa gatal hingga nyeri pada area sekitar gigitan,
  • pola gigitan berkelompok pada kaki, pergelangan kaki, dan tungkai bawah, serta 
  • beberapa gigitan kutu mungkin menyebar hingga pinggang, ketiak, dan siku tangan.

Beberapa orang bisa mengalami reaksi alergi yang lebih serius akibat gigitan kutu kucing.

Gejala yang ditimbulkan mungkin serupa dengan alergi gigitan serangga, meliputi ruam merah, gatal-gatal, bengkak, hingga sesak napas pada orang-orang yang sangat sensitif.

Pada sebagian kasus, gigitan serangga ini bisa memicu reaksi alergi parah atau anafilaksis. Hal ini perlu diwaspadai meski kasusnya terbilang jarang.

Dampak gigitan kutu kucing pada manusia

Dampak gigitan kutu hewan pada manusia biasanya bersifat lokal. Itu artinya kondisi ini hanya memengaruhi area sekitar gigitan, seperti menimbulkan ruam dan gatal saja.

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan kutu menjadi vektor atau hewan perantara penyakit infeksi yang bisa menular ke manusia seperti berikut.

1. Cat scratch disease

Bartonellosis atau juga disebut cat scratch disease (CSD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Bartonella henselae.

Bakteri bisa menyebar dari gigitan kutu kucing dan air liur kucing yang terkontaminasi. Penyakit ini bisa menimbulkan demam, sakit kepala, hingga pembengkakan kelenjar getah bening.

2. Tipus murine

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi ini bisa disebarkan melalui gigitan kutu atau kotoran kutu (flea dirt) yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Gejala dari salah satu jenis penyakit tipus atau riketsia ini bisa timbul beberapa hari sampai dua minggu setelah paparan. Ini dapat berupa demam, sakit kepala, dan nyeri otot.

3. Infeksi cacing pita

Salah satu jenis cacing pada kucing yang dapat menginfeksi manusia ialah Dipylidium caninum.

Manusia bisa tertular penyakit ini bila tidak sengaja menelan kutu kucing yang terinfeksi cacing pita ini. Infeksi umumnya bersifat ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali.

Namun, bagian tubuh dari cacing pita ini mungkin terlihat melalui pemeriksaan feses atau tinja.

Cara membasmi kutu pada kucing peliharaan

sisir serit untuk kucing

Anda bisa mencegah penularan kutu ke manusia dengan cara membasmi kutu dari tubuh anabul.

Berikut ini adalah beberapa metode yang terbukti ampuh untuk menghilangkan kutu kucing dan menjaga lingkungan tempat tinggalnya.

  • Gunakan sisir serit berbahan stainless steel untuk membersihkan kutu dewasa dan telur kutu pada bulu kucing.
  • Mandikan kucing dengan sampo kucing yang diformulasikan untuk menghilangkan kutu.
  • Berikan obat tetes kutu, seperti imidacloprid, yang diteteskan pada area tengkuk kucing.
  • Cuci bersih perlengkapan kucing, seperti tempat tidur, selimut, dan mainan, dengan air panas dan detergen untuk membunuh kutu dan telurnya.
  • Bersihkan perabotan rumah tangga, termasuk karpet, sofa, dan tempat tidur, memakai vacuum cleaner secara rutin dan menyeluruh.

Meski kutu kucing dapat menular ke manusia, Anda bisa mengurangi risikonya dengan melakukan langkah-langkah pengobatan dan pencegahan di atas.

Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar perawatan kucing yang mengalami masalah dengan kutu, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter hewan Anda.

Kesimpulan

  • Kutu kucing bisa menular ke manusia lewat kontak langsung atau melalui barang yang terkontaminasi.
  • Gejala gigitan kutu kucing pada manusia dapat berupa, gatal, ruam, atau reaksi alergi.
  • Meski biasanya bersifat lokal, gigitan kutu kucing bisa membawa risiko penyakit serius, seperti cat scratch disease (CSD), tipus murine, dan infeksi cacing pita.
  • Apabila kucing Anda kutuan, penting untuk melakukan pengobatan pada kucing dan membersihkan lingkungan untuk mengurangi risiko penularan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Cat flea – Ctenocephalides felis (Bouche). (2021). Entomology and Nematology Department – University of Florida, Institute of Food and Agricultural Sciences. Retrieved December 1, 2023, from https://entnemdept.ufl.edu/creatures/urban/occas/catflea.htm

Fleas and flea control in cats. (2021). International Cat Care. Retrieved December 1, 2023, from https://icatcare.org/advice/fleas-and-flea-control-in-cats/

How to get rid of fleas. (n.d.). Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals. Retrieved December 1, 2023, from https://www.rspca.org.uk/adviceandwelfare/pets/general/fleas

Cat scratch disease. (2016). MedlinePlus. Retrieved December 1, 2023, from https://medlineplus.gov/catscratchdisease.html

Flea-borne (murine) typhus. (2023). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved December 1, 2023, from https://www.cdc.gov/typhus/murine/index.html

Dipylidium caninum. (2019). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved December 1, 2023, from https://www.cdc.gov/dpdx/dipylidium/index.html

Stanneck, D., Kruedewagen, E. M., Fourie, J. J., Horak, I. G., Davis, W., & Krieger, K. J. (2012). Efficacy of an imidacloprid/flumethrin collar against fleas, ticks, mites and lice on dogs. Parasites & vectors, 5, 102. https://doi.org/10.1186/1756-3305-5-102

Versi Terbaru

13/12/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh drh. Hevin Vinandra Louqen

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Semua Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Grooming Kucing

5 Cara Mengatasi Hairball pada Kucing, Pahami Juga Gejalanya


Ditinjau secara medis oleh

drh. Hevin Vinandra Louqen

Kesehatan · None


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 13/12/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan