Tubuh manusia memiliki berbagai macam kelenjar yang punya peranan masing-masing. Nah, salah satu yang cukup vital fungsinya yakni kelenjar timus.
Timus berperan penting dalam membentuk sistem pertahanan tubuh yang kuat. Yuk, cari tahu lebih dalam mengenai anatomi dan fungsi dari kelenjar ini dalam pembahasan berikut.
Apa itu kelenjar timus?
Kelenjar timus (thymus gland) adalah organ khusus di dalam sistem limfatik atau getah bening.
Struktur kecil yang terletak di belakang tulang dada dan antara paru-paru ini memiliki peranan penting dalam pengembangan sistem kekebalan tubuh.
Meski berukuran cukup kecil, kelenjar ini berperan besar dalam membentuk pertahanan tubuh manusia untuk melindungi Anda dari berbagai masalah kesehatan.
Thymus mencapai puncak aktivitasnya saat masa kanak-kanak. Kelenjar ini akan aktif bekerja dan ukurannya akan lebih besar.
Fungsi kelenjar ini akan secara bertahap menurun dan ukurannya menyusut setelah pubertas.
Kelenjar timus memiliki ukuran jauh lebih kecil memasuki usia dewasa serta mulai tergantikan dengan jaringan lemak pada masa lanjut usia alias lansia.
Anatomi kelenjar timus
Letak kelenjar timus berada di dada bagian atas, tepatnya di belakang tulang dada (sternum).
Bagian dari sistem getah bening ini terletak pada rongga yang berada di antara kedua sisi atau lobus paru-paru yang disebut mediastinum.
Timus berwarna abu-abu kemerahmudaan. Kelenjar ini terdiri atas dua bagian yang bentuknya tidak beraturan, disebut sebagai lobus kiri dan lobus kanan.
Lobus thymus ini mempunyai banyak benjolan kecil yang disebut lobulus pada permukaannya.
Ukuran dari kelenjar bervariasi tergantung pada usia. Pada bayi dan anak-anak, kelenjar ini bisa memiliki panjang hingga 4 sentimeter (cm) dan berat hingga 30 gram (g).
Setelah masa pubertas, ukuran kelenjar ini akan mulai menyusut. Timus biasanya mempunyai ukuran jauh lebih kecil dan sulit dideteksi pada orang dewasa dan lansia.
Fungsi kelenjar timus
Fungsi utama kelenjar timus berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Timus akan memproduksi dan melatih sel limfosit T atau umum disebut sel T.
Limfosit atau sel darah putih akan bergerak dari sumsum tulang ke timus. Limfosit matang dan berubah menjadi sel limfosit T khusus dalam kelenjar ini.
Selanjutnya, sel T ini akan memasuki aliran darah dan melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening dan organ lain pada sistem limfatik tubuh untuk melawan penyakit.
Tidak hanya itu, kelenjar timus juga merupakan bagian dari sistem endokrin. Artinya, kelenjar ini juga bertugas memproduksi dan melepaskan hormon untuk mengontrol fungsi tubuh.
Dilansir dari Cleveland Clinic, beberapa hormon yang dilepaskan kelenjar timus adalah sebagai berikut.
Thymopoietin: bahan bakar untuk memproduksi sel T dan akan memberi tahu kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon.
Thymosin dan thymulin: membantu proses produksi jenis sel T khusus.
Thymic humoral factor: menjaga sistem kekebalan tubuh agar bekerja dengan baik.
Gangguan pada kelenjar timus
Masalah kesehatan yang terjadi biasanya melibatkan perubahan struktur dan fungsi kelenjar ini. Berikut ini beberapa penyakit pada kelenjar timus yang bisa menimbulkan komplikasi serius.
1. Sindrom DiGeorge
Sindrom DiGeorge atau DiGeorge syndrome (DGS) adalah suatu kelainan bawaan yang menyebabkan kelenjar timus tidak ada atau kurang berkembang.
Bayi yang terlahir dengan DGS akan mengalami kekurangan sel T yang parah. Kondisi ini dapat membuatnya berisiko lebih tinggi untuk terserang infeksi penyakit dan komplikasi serius.
2. Hiperplasia timus
Istilah ini merujuk pada kondisi kelenjar timus yang bengkak atau meradang. Pembengkakan ini bersifat nonkanker dan tidak berbahaya.
Meski jarang terjadi, hiperplasia timus lebih mungkin dialami oleh orang dengan penyakit autoimun, di antaranya lupus,penyakit Graves, dan rheumatoid arthritis.
3. Timoma
Timoma atau thymoma adalah jenis tumor timus yang paling umum. Tumor ini biasanya tumbuh lambat dan berkembang di dalam atau di sekitar kelenjar.
Kebanyakan timoma bersifat jinak atau nonkanker. Namun, pada beberapa kasus, tumor dapat menjadi ganas dan memerlukan perhatian medis serius.
4. Kanker timus
Sementara itu, kanker timus adalah kondisi tumor pada kelenjar yang tumbuh cepat dan agresif.
Kanker bisa menyerang sel-sel yang membentuk kelenjar timus, yaitu sel epitel, sel limfosit, dan sel Kulchitsky. Sel kanker ini selanjutnya dapat menyebar ke jaringan lain di sekitarnya.
Waspadai gejala kanker timus
Kanker timus jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Namun, saat stadium lanjut, gejala yang muncul umumnya meliputi:
batuk kronis atau tidak kunjung sembuh,
nyeri dada,
sesak napas, dan
kesulitan untuk menelan.
5. Miastenia gravis
Miastenia gravis atau myasthenia gravis (MG) adalah sejenis penyakit autoimun yang menyebabkan gangguan sistem otot dan saraf. Kondisi ini membuat otot lemah dan mudah lelah.
Studi yang dimuat dalam Journal of Medical Case Reports (2014) memperkirakan 25% pasien yang didiagnosis timoma juga mengalami miastenia gravis.
6. Pure red cell aplasia
Pure red cell aplasia (PRCA) merupakan kelainan darah saat sel T menyerang sel darah merah yang masih muda. Akibatnya, produksi sel darah merah akan berkurang.
Orang yang memiliki PRCA akan mengalami anemia yang parah. Studi dalam Journal of Chest Surgery (2017) memperkirakan sekitar 5% pasien timoma dapat mengalami PRCA.
7. Hypogammaglobulinemia
Hypogammaglobulinemia adalah kondisi saat sel limfosit B tidak menghasilkan antibodi yang cukup. Kondisi ini membuat pengidapnya rentan terhadap infeksi.
Dalam studi yang sama dengan sebelumnya, kondisi ini diperkirakan dialami oleh sekitar 10% orang yang mengidap timoma.
Tips menjaga kesehatan kelenjar timus
Tidak ada cara yang spesifik untuk menjaga kesehatan kelenjar timus. Namun, penerapan pola hidup sehat dapat mendukung sistem kekebalan Anda agar berfungsi secara optimal.
Beberapa praktik gaya hidup sehat yang bisa Anda lakukan adalah sebagai berikut.
Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
Berolahraga secara teratur, minimal 30 menit setiap hari.
Memenuhi kebutuhan tidur, yakni 7–9 jam setiap malam untuk orang dewasa.
Mengelola stres dengan baik, misalnya melalui meditasi, relaksasi, atau latihan pernapasan.
Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, salah satunya rutin mencuci tangan untuk mencegah penularan infeksi.
Tidak hanya itu, penting juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up) rutin untuk mendeteksi gangguan pada kelenjar timus.
Diagnosis dan perawatan pada tahap awal tentu memungkinkan penanganan yang lebih efektif.
Jika Anda memiliki kekhawatiran terhadap kondisi atau penyakit pada kelenjar ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi terbaik.
Kesimpulan
Kelenjar timus memiliki peran penting dalam membentuk sistem kekebalan tubuh, yakni melalui produksi dan pematangan sel limfosit T.
Beberapa gangguan yang berisiko menyerang kelenjar ini adalah sindrom DiGeorge, hiperplasia timus, timoma, dan kanker timus.
Pola makan sehat dan seimbang, berolahraga rutin, serta mengelola stres dengan baik dapat membantu mendukung fungsi optimal dari kelenjar ini.
[embed-health-tool-bmi]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Thymus: The function of the gland & why it is important. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved March 1, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/body/23016-thymus
The thymus gland. (n.d.). Macmillan Cancer Support. Retrieved March 1, 2024, from https://www.macmillan.org.uk/cancer-information-and-support/thymus-cancer/the-thymus-gland
The thymus. (n.d.). Canadian Cancer Society. Retrieved March 1, 2024, from https://cancer.ca/en/cancer-information/cancer-types/thymus/what-is-thymus-cancer/the-thymus
Thymoma and thymic carcinoma treatment. (2023). National Cancer Institute. Retrieved March 3, 2024, from https://www.cancer.gov/types/thymoma/patient/thymoma-treatment-pdq
DiGeorge Syndrome (DGS). (n.d.). American Academy of Allergy, Asthma & Immunology. Retrieved March 1, 2024, from https://www.aaaai.org/conditions-treatments/primary-immunodeficiency-disease/digeorge-syndrome
Thymic hyperplasia in severe Graves’ hyperthyroidism: A case from the endocrine teaching clinics. (2021). Mayo Clinic. Retrieved March 1, 2024, from https://www.mayoclinic.org/medical-professionals/news/thymic-hyperplasia-in-severe-graves-hyperthyroidism-a-case-from-the-endocrine-teaching-clinics/mcc-20506498
Remien, K., & Jan, A. (2023). Anatomy, Head and Neck, Thymus. StatPearls. Retrieved March 1, 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539748/
Okui, M., Yamamichi, T., Asakawa, A., Harada, M., & Horio, H. (2017). Pure red cell aplasia associated with good syndrome. The Korean Journal of Thoracic and Cardiovascular Surgery, 50(2), 119-122. https://doi.org/10.5090/kjtcs.2017.50.2.119
Zdrojewicz, Z., Pachura, E., & Pachura, P. (2016). The thymus: A forgotten, but very important organ. Advances in Clinical and Experimental Medicine, 25(2), 369-375. https://doi.org/10.17219/acem/58802
Beydoun, S. R., Gong, H., Ashikian, N., & Rison, R. A. (2014). Myasthenia gravis associated with invasive malignant thymoma: Two case reports and a review of the literature. Journal of Medical Case Reports, 8(1). https://doi.org/10.1186/1752-1947-8-340
Versi Terbaru
08/03/2024
Ditulis oleh Satria Aji Purwoko
Ditinjau secara medis olehdr. Nurul Fajriah Afiatunnisa