Suhu panas dan menyengat yang terjadi beberapa bulan belakangan di Indonesia menimbulkan banyak keluhan. Tak sedikit yang mengira suhu panas tersebut adalah fenomena gelombang panas atau heatwave.
Selain membuat tubuh terasa mudah gerah, ternyata suhu yang lebih panas dari biasanya ini dapat menimbulkan risiko masalah kesehatan. Namun, benarkah gelombang panas bisa terjadi di Indonesia?
Apa itu gelombang panas?
Gelombang panas atau heatwave adalah kenaikan suhu udara berkepanjangan hingga mencapai 5 °C dan dapat terjadi selama beberapa hari berturut-turut.
Ini merupakan kondisi udara tidak wajar yang melewati ambang batas suhu rata-rata di suatu wilayah. Biasanya, suhu panas berkisar antara 37 – 42 °Celsius.
Namun, kenaikan suhu di suatu wilayah tidak dapat dikatakan sebagai heatwave bila hanya terjadi sementara.
Menurut WHO, fenomena heatwave merupakan bencana alam berbahaya yang masih luput dari perhatian, mengingat dampak kesehatan yang bisa ditimbulkan.
Tidak hanya membuat Anda merasa tidak nyaman, heatwave juga dapat menyebabkan kematian.
Apakah gelombang panas terjadi di Indonesia?
Pada Mei 2022 lalu, masyarakat Indonesia cukup dibuat panik dengan fenomena suhu udara yang meningkat.
Kenaikan suhu ini terutama dirasakan masyarakat yang berada di wilayah Sumatera dan Jawa.
Hal ini diakibatkan oleh penguapan air laut yang lebih intensif di bagian barat Samudera Hindia, berada di sekitar Sumatera dan laut Jawa.
Banyak yang menduga bahwa kondisi panas ini berkaitan dengan gelombang panas.
Akan tetapi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika membantah dugaan ini.
Pasalnya, kenaikan suhu panas dan terik yang terjadi di Indonesia tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas.
Gelombang panas biasanya terjadi di wilayah lintang menengah dan tinggi. Lintang adalah garis yang melintas dari timur ke barat.
Sementara itu, Indonesia berada di khatulistiwa, yakni garis tengah khayalan yang membagi Bumi menjadi belahan bumi utara dan belahan bumi selatan.
Jadi, kecil kemungkinan dapat terjadi gelombang panas di Indonesia.
Di Indonesia, cuaca yang lebih panas dan terik dari biasanya ini terjadi akibat siklus tahunan yang menimbulkan pergerakan semu matahari.
Gerak semu artinya matahari tampak bergerak dari timur ke barat atau dari utara ke selatan, padahal sejatinya matahari tidak bergerak.
Dengan adanya siklus tahunan ini, suhu panas pun dapat berulang.
Selain itu, kenaikan suhu dapat disebabkan oleh cuaca cerah. Dalam hal ini, sinar matahari memancar langsung ke permukaan bumi tanpa terhalangi awan tebal.
Akibatnya, terjadi pemanasan suhu permukaan bumi di beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia.
Penyebab heatwave
Proses terjadinya gelombang panas dimulai ketika tekanan tinggi di atmosfer bergerak masuk dan mendorong udara hangat ke tanah.
Udara di sekitar permukaan bumi akan bertambah panas seiring bertambahnya tekanan.
Tekanan yang tinggi mendorong udara secara vertikal sehingga menyebabkan perubahan cuaca.
Tingginya tekanan atmosfer bahkan bisa mengurangi angin dan awan yang menutupi sinar matahari sehingga udara menjadi lebih panas dan kering.
Perubahan iklim atau pemanasan global seperti efek rumah kaca bisa meningkatkan gelombang panas.
Efek rumah kaca terjadi karena tingginya jumlah gas karbon dioksida yang merusak atau menipiskan lapisan pelindung atmosfer (ozon).
Penipisan lapisan ozon akan memerangkap panas matahari hingga menyebabkan permukaan bumi menghangat.
Meningkatnya suhu di permukaan bumi bisa membuat gelombang panas terjadi lebih lama, ekstrem, dan intens.
Dampak kesehatan dari gelombang panas
Sebagai salah satu kondisi cuaca ekstrem, suhu tinggi akibat gelombang panas dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.
Anda mungkin akan merasakan gejala mulai dari yang ringan seperti kram panas dan ruam, hingga kondisi yang lebih serius seperti kelelahan dan heat stroke.
Berikut beberapa efek gelombang panas terhadap kesehatan menurut World Health Organization.
1. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi saat tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi. Penyebabnya bisa karena keringat berlebih, muntah, dan diare.
Suhu tinggi akibat gelombang panas bisa membuat tubu mengeluarkan lebih banyak keringat daripada biasanya.
Berikut beberapa tanda dehidrasi yang perlu Anda waspadai:
- kelelahan,
- mulut kering,
- rasa haus yang meningkat,
- frekuensi buang air kecil berkurang,
- produksi air mata lebih sedikit,
- kulit kering,
- sembelit, dan
- pusing atau sakit kepala.
2. Gangguan pernapasan
Pemanasan global akibat perubahan iklim yang ekstrem juga turut berkontribusi pada meningkatnya risiko gangguan pernapasan, misalnya common cold, radang tenggorokan, dan batuk.
Hal ini diakibatkan oleh perubahan suhu ekstrem yang mengganggu sistem imunitas karena tubuh harus beradaptasi terhadap perubahan suhu secara drastis.
Terlebih, kondisi ini juga dibarengi dengan peningkatan polusi udara dan alergi musiman.
Akibatnya, Anda jadi rentan terinfeksi virus maupun bakteri yang menyerang sistem pernapasan.
Masalah gangguan pernapasan ini juga bisa lebih parah bila Anda memiliki riwayat penyakit asma, pneumonia, bronkitis, atau faringitis.
3. Heatstroke
Heat stroke atau sengatan panas dapat terjadi saat tubuh tidak mampu mendinginkan diri setelah mengalami kenaikan suhu tubuh secara drastis, di luar batas toleransi tubuh.
Berikut gejala heatstroke yang perlu diwaspadai:
- demam hingga 40 °C,
- mengeluarkan keringat berlebih,
- mual dan muntah,
- muncul ruam atau kemerahan pada kulit
- napas dan detak jantung lebih cepat, dan
- sakit kepala.
Jangan tunda untuk mengunjungi fasilitas layanan kesehatan bila gejala heatstroke tidak membaik setelah melakukan pertolongan pertama di rumah.