FLUTD atau feline lower urinary tract diseases merupakan kondisi kesehatan yang sering kali terjadi pada kucing. Jika Anda merawat kucing, penting bagi Anda untuk mengetahui apa penyebab FLUTD pada kucing, gejala, dan tentunya bagaimana cara mengatasinya.
Simak artikel di bawah ini untuk mengetahui informasi penting seputar FLUTD pada kucing agar Anda bisa lebih waspada.
Apa itu FLUTD?
Feline lower urinary tract diseases adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gangguan yang memengaruhi saluran kemih bagian bawah pada kucing.
FLUTD biasanya mencakup berbagai penyakit pada kucing, termasuk infeksi saluran kemih, pembentukan batu kandung kemih, peradangan kandung kemih, hingga obstruksi uretra.
Kondisi ini dapat terjadi pada kucing usia berapa pun. Namun, kucing jantan lebih rentan terkena penyakit ini daripada kucing betina.
Selain itu, FLUTD lebih sering terjadi pada kucing yang berusia 2—6 tahun.
Sebagai pemilik kucing, penting bagi Anda untuk mendeteksi dan mengatasi FLUTD secepat mungkin.
Hal ini karena sebagian kasus mungkin memerlukan penanganan medis sesegera mungkin karena dapat menghambat aliran urine.
Apa gejala FLUTD pada kucing?
Merangkum dari I Cat Care, kucing dengan feline lower urinary tract diseases biasanya muncul dengan satu atau lebih tanda-tanda berikut ini.
- Disuria. Ini merupakan kondisi ketika kucing sakit atau nyeri saat buang air kecil. Kucing dapat terlihat menangis bila rasa nyeri tersebut timbul.
- Pollakiuria. Peningkatan frekuensi buang air kecil akibat infeksi dan peradangan yang terjadi pada kandung kemih, yang menyebabkan meningkatnya keinginan kucing untuk buang air kecil.
- Hematuria. Adanya darah dalam urine.
- Periuria. Istilah untuk menggambarkan kucing buang air kecil sembarangan di luar kotak pasir atau bukan di tempat biasanya.
- Obstruksi saluran kemih total. Ketidakmampuan anabul untuk buang air kecil.
- Perubahan perilaku. Mudah marah dan kesal.
- Perubahan warna urine. Urine yang keruh dan berbau busuk.
- Menjilat area genital. Anabul terlihat menjilat area genital secara berlebihan.
Mungkin ada beberapa gejala atau tanda yang tidak disebutkan di atas.
Oleh karena itu, bila Anda melihat kucing peliharaan Anda menunjukkan tanda-tanda sakit, sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter hewan.
Apa penyebab FLUTD pada kucing?
Pada dasarnya, penyebab FLUTD pada kucing bisa sangat bervariasi. Namun, berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya FLUTD.
1. Infeksi bakteri
Infeksi bakteri pada saluran kemih adalah penyebab paling umum terjadinya penyakit saluran kemih bagian bawah pada kucing.
Bahkan, menurut I Cat Care, infeksi bakteri menyumbang sekitar 5—15% dari seluruh kasus FLUTD.
Bakteri yang memasuki saluran kemih anabul dapat mengakibatkan terjadinya infeksi pada kandung kemih atau uretra.
2. Batu kandung kemih
Urolithiasis atau bisa dikenal dengan batu kandung kemih menjadi faktor yang dapat menyebabkan FLUTD pada kucing.
Pembentukan kristal di dalam saluran kemih ini dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan atau iritasi.
Urolithiasis atau batu kandung kemih umumnya menyumbang sekitar 10—15 % kasus feline lower urinary tract diseases.
3. Obstruksi uretra
Obstruksi atau penyumbatan uretra adalah penyebab FLUTD paling serius dan berpotensi mengancam jiwa.
Ketika ureter tersumbat, urine tidak dapat dikeluarkan dan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan racun dari darah pun terganggu.
Obstruksi uretra paling sering terjadi pada kucing jantan berusia 1—10 tahun daripada kucing betina. Hal ini karena kucing jantan memiliki uretra yang lebih panjang dan sempit.
4. Kecacatan anatomi
Terkadang, kelainan pada anatomi saluran kemih bagian bawah juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit, termasuk FLUTD.
Salah satu contoh kelainan yang menyebabkan FLUTD, yaitu dinding kantong kemih yang tidak elastis atau adanya divertikulum (kantung kecil yang bocor dari dinding kandung kemih).
Adanya kondisi kelainan tersebut berisiko menyebabkan infeksi.
5. Kondisi genetik
Faktor genetik juga memainkan peran penting dalam perkembangan FLUTD.
Pasalnya, beberapa ras kucing mungkin memiliki kecenderungan genetik untuk membentuk batu kandung kemih yang dapat menyumbat saluran kemih, misalnya kucing Persia atau Himalayan.