backup og meta

Eco Enzyme, Cairan Serbaguna dari Olahan Sampah Organik

Eco Enzyme, Cairan Serbaguna dari Olahan Sampah Organik

Sekitar 80% sampah rumah tangga didominasi oleh sampah organik. Jenis sampah ini sering dipandang sebelah mata dan jarang diolah kembali. Padahal, terdapat banyak produk hasil pemanfaatan sampah organik, salah satunya ialah eco enzyme.

Apa itu eco enzyme?

Eco enzyme adalah cairan serbaguna berwarna cokelat tua yang dihasilkan melalui fermentasi sampah organik, seperti sisa sayuran dan kulit buah-buahan.

Proses fermentasi dengan mencampur sampah organik, gula, serta air ini menghasilkan cairan yang kaya akan kandungan enzim yang bermanfaat bagi lingkungan.

Sejumlah jenis enzim terkandung di dalam eco enzyme, di antaranya amilase, protease, dan lipase. 

Cairan eco enzyme kerap kali digunakan sebagai bahan alami dalam berbagai keperluan rumah tangga, misalnya sebagai cairan pembersih dan disinfektan.

Selain itu, cairan dan ampas organik yang dihasilkan juga dapat digunakan sebagai pupuk yang meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan nutrisi untuk tanaman. 

Manfaat eco enzyme untuk kehidupan sehari-hari

sampah sisa makanan

Ide pengolahan sampah organik ini pertama kali dicetuskan oleh Dr. Rosukon Poompanvong. Ia juga merupakan pendiri dari Asosiasi Pertanian Organik Thailand.

Pada dasarnya, pemanfaatan eco enzyme merupakan salah satu langkah terbaik dalam mengurangi dampak negatif dari sampah sisa makanan di lingkungan Anda.

Berikut ini ialah beberapa contoh penggunaan eco enzyme yang bermanfaat untuk kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

1. Pupuk organik

Cairan dan ampas dari pengolahan sampah organik bisa berfungsi sebagai pupuk organik. Ia akan membantu memberikan nutrisi esensial yang penting bagi pertumbuhan tanaman.

Kandungan enzim dan material organik di dalamnya dapat mendorong penyerapan nutrisi oleh tanaman sehingga perkembangannya menjadi lebih optimal.

Untuk menggunakannya sebagai pupuk alami, campurkan 50 mililiter (ml) eco enzyme dengan 1,5 liter (l) air. Kemudian, siramkan campuran ini pada tanaman Anda.

Jangan memberikan cairan tanpa diencerkan terlebih dahulu. Pasalnya, cairan fermentasi tanpa pengencer yang bersifat asam ini bisa membuat akar tanaman rusak dan menghambat pertumbuhannya.

2. Pengendali hama

Cairan fermentasi ini juga dapat digunakan sebagai pengendali hama atau pestisida alami. Ini umumnya dilakukan dalam industri pertanian sayur atau buah organik.

Selain pada industri pertanian, eco enzyme juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama di rumah, seperti kecoak, semut, dan lalat.

Campurkan 15 ml cairan enzim dan 500 ml air ke dalam botol semprot. Kemudian, tutup dan kocok botol tersebut hingga keduanya tercampur secara merata.

Gunakan campuran ini di area rumah yang banyak hama, misalnya dapur dan kamar mandi.

3. Sabun antiseptik

Sebuah studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2020) menguji efek antibakteri cairan eco enzyme yang terbuat dari kulit buah nanas, jeruk, dan pepaya.

Diketahui bahwa cairan eco enzyme 50–100% sama efektifnya dengan cairan natrium hipoklorit (NaOCl) 2,5% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.

Dengan adanya kemampuan antibakteri tersebut, cairan enzim ini juga bisa diformulasikan dalam bentuk sabun antibakteri atau antiseptik alami, baik dalam bentuk batangan maupun cair.

4. Cairan pembersih rumah tangga

Eco enzyme juga dapat Anda gunakan sebagai pembersih alami untuk berbagai permukaan, di antaranya lantai, meja, lemari, dan toilet rumah.

Pasalnya, hasil fermentasi sampah organik ini menghasilkan senyawa alkohol dan asam asetat yang berfungsi sebagai disinfektan rumahan untuk membunuh kuman berbahaya.

Cukup campurkan cairan fermentasi dan air bersih dengan perbandingan 1:1 (misalnya 250 ml cairan fermentasi dan 250 ml air). Setelah itu, kocok campuran tersebut hingga rata.

Masukan campuran tersebut ke dalam botol semprot, kemudian gunakan untuk membersihkan perabotan atau ruangan dalam rumah Anda.

Cara membuat eco enzyme di rumah

cara membuat eco enzyme

Untuk membuat eco enzyme di rumah, Anda cukup mempersiapkan tiga bahan, yaitu gula (gula merah/gula aren/molase), sampah kulit buah atau sisa sayuran, dan air bersih.

Campurkan ketiga bahan tersebut dengan perbandingan 1:3:10. Contohnya 100 gram (g) gula, 300 g sampah buah atau sayuran, dan 1.000 ml air bersih.

Selanjutnya, Anda bisa mengikuti langkah-langkah pembuatannya berikut ini.

  1. Siapkan wadah plastik kedap udara, misalnya bekas botol atau galon air mineral.
  2. Masukkan air dan gula ke dalam wadah plastik, kemudian aduk hingga tercampur rata.
  3. Potong kulit buah dan sisa sayuran menjadi potongan kecil, lalu masukkan ke dalam wadah. Tambahkan kulit jeruk atau daun pandan agar cairan beraroma segar.
  4. Pastikan Anda menyisakan sedikit ruang udara untuk gas yang dihasilkan dari proses fermentasi, kemudian tutup rapat wadah tersebut.
  5. Simpan wadah tersebut di tempat yang hangat dan gelap di rumah, dengan suhu ideal untuk fermentasi sekitar 25–30 derajat Celsius (℃).
  6. Biarkan cairan ini selama kurang lebih tiga bulan sambil sesekali kendurkan tutup wadah untuk mengurangi tekanan udara di dalamnya. 

Eco enzyme berkualitas baik berwarna cokelat tua serta punya bau asam dan manis yang kuat.

Setelah proses fermentasi selesai, Anda dapat memakai cairan yang telah disaring dan ampas yang dihasilkan untuk berbagai keperluan. Selamat mencoba!

Kesimpulan

  • Eco enzyme adalah cairan hasil fermentasi sampah organik, seperti sisa sayuran dan kulit buah-buahan, yang dicampur dengan gula dan air.
  • Cairan fermentasi kaya enzim ini bermanfaat sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman, pengendali hama, sabun antiseptik, dan pembersih rumah.
  • Pembuatan cairan ini bisa menjadi salah satu cara pengolahan sampah organik agar bisa dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai jual tinggi.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

DIY Garbage Enzymes: Learn a new skill during the MCO. (2020). Greenpeace. Retrieved August 9, 2023, from https://www.greenpeace.org/malaysia/story/3227/diy-garbage-enzyme-learn-a-new-skill-during-the-mco/

How to Make Eco Enzyme. (2014). EnzymeSOS. Retrieved August 9, 2023, from https://www.enzymesos.com/what-is-eco-enzyme/how-to-make-eco-enzyme

Hasanah, Y., Mawarni, L., & Hanum, H. (2021). Eco enzyme and its benefits for organic rice production and disinfectant. Journal of Saintech Transfer, 3(2), 119-128. https://doi.org/10.32734/jst.v3i2.4519

Safitri, I., Yuliono, A., Sofiana, M. S., Helena, S., Kushadiwijayanto, A. A., & Warsidah, W. (2021). Peningkatan Kesehatan Masyarakat Teluk Batang secara Mandiri melalui pembuatan Handsanitizer Dan Desinfektan berbasis eco-enzyme Dari Limbah Sayuran Dan Buah. Journal of Community Engagement in Health, 4(2), 371-377. https://doi.org/10.30994/jceh.v4i2.248

Budiyanto, C. W., Yasmin, A., Fitdaushi, A. N., Rizqia, A. Q., Safitri, A. R., Anggraeni, D. N., Farhana, K. H., Alkatiri, M. Q., Perwira, Y. Y., & Pratama, Y. A. (2022). Mengubah Sampah Organik Menjadi eco Enzym Multifungsi: Inovasi Di Kawasan urban. DEDIKASI: Community Service Reports, 4(1). https://doi.org/10.20961/dedikasi.v4i1.55693

Jadid, N., Jannah, A. L., Wicaksono Putra Handiar, B. P., Nurhidayati, T., Purwani, K. I., Ermavitalin, D., Muslihatin, W., & Navastara, A. M. (2022). Aplikasi eco enzyme Sebagai Bahan Pembuatan Sabun Antiseptik. SEWAGATI, 6(1), 69-75. https://doi.org/10.12962/j26139960.v6i1.168

Mavani, H. A., Tew, I. M., Wong, L., Yew, H. Z., Mahyuddin, A., Ahmad Ghazali, R., & Pow, E. H. (2020). Antimicrobial efficacy of fruit peels eco-enzyme against Enterococcus faecalis: An in vitro study. International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(14), 5107. https://doi.org/10.3390/ijerph17145107

Versi Terbaru

24/08/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Memulai Zero-Waste Cooking, Metode Memasak Bebas Limbah

Pencemaran Tanah Bukan Cuma Sampah, Apa Penyebabnya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 24/08/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan