Hampir semua orang perlu bekerja untuk mendapatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam lingkungan kerja, tentu terdapat beberapa bahaya yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Kondisi inilah yang disebut sebagai penyakit akibat kerja.
Apa itu penyakit akibat kerja?
Definisi penyakit akibat kerja atau PAK dijelaskan pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja.
Perpres ini menjelaskan bahwa penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja. Istilah ini juga disebut sebagai occupational disease.
Selain pekerjaan itu sendiri, paparan bahan kimia dan faktor berbahaya di lingkungan kerja seperti faktor fisik, biologis, ergonomis, dan psikososial juga bisa menyebabkan PAK.
Penting untuk diingat bahwa sejumlah penyakit akibat kerja mungkin baru menimbulkan gejala setelah paparan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Penyebab penyakit akibat kerja
Paparan bahan kimia dan faktor-faktor berbahaya lainnya pada lingkungan kerja dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang diakibatkan pekerjaan.
Occupational disease mungkin disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari beberapa faktor yang dapat diklasifikasikan dalam tabel berikut ini.
Penyebab | Contoh |
Paparan bahan kimia |
|
Paparan fisik |
|
Paparan biologis |
|
Faktor ergonomis |
|
Faktor psikososial |
|
Ragam jenis penyakit akibat kerja
Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau International Labour Organization (ILO) memiliki daftar occupational disease yang diperbaharui secara berkala.
Dari ratusan PAK yang masuk dalam daftar tersebut, berikut ini adalah beberapa contoh penyakit akibat kerja yang lebih umum terjadi.
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah penyakit kulit yang umum terjadi di lingkungan kerja. Kondisi ini dapat menyebabkan kulit merah meradang setelah terpapar agen fisik, biologis, atau kimia.
Apabila tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat memburuk dan menyebabkan infeksi kulit.
Dermatitis kontak bisa dibedakan dalam dua jenis berdasarkan pemicunya, yaitu dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan.
- Dermatitis kontak alergi: peradangan kulit akibat paparan langsung terhadap zat-zat pemicu alergi (alergen) sehingga menyebabkan munculnya reaksi alergi.
- Dermatitis kontak iritan:peradangan kulit akibat paparan langsung terhadap bahan kimia atau zat tertentu yang bersifat mengiritasi kulit (iritan).
2. Gangguan pernapasan
Paparan berulang atau jangka panjang selama bekerja terhadap zat-zat, termasuk debu, asap, atau gas beracun di udara dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Berikut ini beberapa contoh penyakit akibat kerja yang terkait dengan gangguan pernapasan.
- Asma: reaksi alergi yang memicu peradangan dalam saluran pernapasan yang terjadi akibat paparan zat-zat tertentu di lingkungan kerja.
- Pneumoconiosis: peradangan paru yang disebabkan oleh penumpukan partikel debu, seperti asbes, silika, dan batu bara.
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK): kelompok penyakit pernapasan yang terdiri dari bronkitis kronis dan emfisema akibat paparan debu dan zat kimia.
3. Gangguan muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal adalah jenis penyakit akibat kerja yang menimbulkan masalah pada sistem otot, tulang, sendi, ligamen, dan jaringan penopang tubuh lainnya.
Kondisi ini umumnya terjadi akibat posisi duduk yang buruk, gerakan berulang, atau beban fisik yang berlebihan selama melakukan pekerjaan.
Beberapa contoh gangguan muskuloskeletal yang terkait dengan pekerjaan adalah sebagai berikut.
- Carpal tunnel syndrome: gangguan akibat tekanan berlebihan pada saraf pergelangan tangan yang kerap dialami pekerja kantor, kasir, atau tukang bangunan.
- Tendinitis: peradangan pada tendon, yaitu jaringan ikat yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang, yang disebabkan oleh gerakan berulang saat kerja.
- Bursitis: Peradangan pada bursa, yakni kantong berisi cairan yang berfungsi sebagai penyangga antara tulang, tendon, dan otot.
4. Gangguan pendengaran
Para ahli berpendapat bahwa paparan suara lebih dari 85 desibel (dB) yang terus-menerus dan berulang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Kebisingan tinggi di tempat kerja dapat merusak sel-sel rambut pada telinga bagian dalam yang bertanggung jawab untuk mendeteksi suara.
Adapun, berikut ini beberapa contoh penyakit akibat kerja yang berkaitan dengan gangguan pendengaran.
- Tuli akibat kebisingan: gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan yang intens dan berkepanjangan, seperti di pabrik atau industri manufaktur.
- Tuli akibat getaran: gangguan pendengaran akibat paparan getaran berulang, misalnya akibat penggunaan alat berat yang menimbulkan getaran.