Dalam rangka World Breastfeeding Week atau Pekan ASI Sedunia yang diperingati setiap 1—7 Agustus, Hello Sehat mengadakan acara Kelas Laktasi bersama Primaya Evasari Hospital. Acara ini didukung oleh Safi, skincare halal, natural, & teruji. Safi baru saja mengeluarkan produk yakni Safi Sensitive Biome yang aman untuk kulit ibu hamil dan menyusui.
Acara ini terdiri dari seminar online atau webinar dengan tema “Tips & Trik Lancar MengASIhi” yang diadakan pada Rabu (7/8) serta talkshow offline pada Sabtu (10/8) bertema “Kenapa Harus ASI Eksklusif?”.
Sebagai pembicara, Dokter Spesialis Anak, Konselor Laktasi & Certified Infant Massage Instructor, dari Primaya Evasari Hospital dr. Ria Yoanita, Sp.A, CIMI, CBS menekankan pentingnya kelancaran proses menyusui untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil.
ASI eksklusif sebagai makanan utama bayi
Untuk memulai acara talkshow Breastfeeding Week bersama Hello Sehat, dr. Ria mengingatkan bahwa ASI bukan sekadar air susu ibu, tetapi juga sebagai makanan pertama bayi dan sumber nutrisinya.
ASI eksklusif diketahui sebagai susu terbaik untuk bayi dibandingkan dengan jenis susu lainnya.
Ini karena ASI merupakan zat hidup yang bisa berubah secara alami menyesuaikan kandungan nutrisi di dalamnya dengan kebutuhan masing-masing kondisi bayi.
Misalnya, untuk kondisi bayi prematur, ASI yang terserap oleh bayi akan mengandung kalori lebih banyak sesuai dengan kadar yang dibutuhkan tubuh bayi.
Maka dari itu, banyak juga dokter yang menyarankan ibu untuk memberi ASI saat bayi sakit.
Hal ini sejalan dengan rekomendasi WHO yang disampaikan oleh dr. Ria pada seminar online sebagai bagian dari rangkaian acara Breastfeeding Week bersama Hello Sehat.
WHO menyarankan, menyusui selama enam bulan pertama kehidupan menjadi rekomendasi makanan bayi terbaik, dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI dan terus menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih.
Pentingnya kebahagiaan ibu untuk kelancaran mengASIhi
Untuk mendukung proses menyusui yang lancar, dalam acara talkshow Breastfeeding Week Hello Sehat yang dihadiri oleh para ibu dan calon ibu ini, dr. Ria juga terus mengingatkan pentingnya menjaga kebahagiaan sang ibu.
Pembentukan ASI dimulai sejak trimester terakhir kehamilan. ASI kemudian akan mulai keluar, yang umumnya terjadi antara saat menjelang atau setelah proses persalinan.
Setelah persalinan, ASI akan mulai keluar sesuai dengan kebutuhan bayi, normalnya keluar pada hari pertama atau kedua, tetapi terkadang juga baru keluar di hari ketiga.
ASI yang keluar biasanya juga hanya sedikit karena kadar hormon prolaktin baru meningkat, sementara kadar hormon estrogen dan progesteron mulai turun.
Dalam membantu melancarkan produksi ASI di dalam tubuh, penting bagi ibu agar menjaga kondisi kesehatan baik tubuh maupun mental.
“Untuk memperlancar ASI, kuncinya dengan membuat ibu menyusui bahagia,” jelas dr. Ria.
Ini karena ibu menyusui yang bahagia akan menghasilkan lebih banyak hormon oksitosin, atau disebut juga sebagai hormon cinta.
Hormon ini berfungsi merangsang refleks “let down“ untuk mendorong susu agar dikeluarkan ke dalam saluran ASI.
Sebaliknya, kekurangan hormon cinta atau hormon oksitosin pada ibu menyusui yang stres bisa membuat ASI di dalam tubuh menjadi keras dan membeku.
Kondisi inilah yang sering menyebabkan ASI seret pada ibu menyusui.
Adapun cara untuk mencegah atau mengatasi kondisi seret ASI pada ibu menyusui, salah satunya yaitu mendapat dukungan dari keluarga.
Dukungan dari keluarga, terutama sang ayah, penting untuk menjaga kondisi kesehatan ibu menyusui.
Pada seminar online dalam rangkaian acara Breastfeeding Week Hello Sehat, dr. Ria juga memaparkan data yang menunjukkan bahwa banyak ibu yang kerap merasa kesulitan selama proses menyusui bayi.
“Faktanya, dua dari tiga ibu merasa kesulitan menyusui,” ujarnya. Terlebih, baby blues juga bisa sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.
Apa yang bisa dilakukan ayah untuk mendukung proses menyusui?
Perhatikan cara menyusui yang tepat
Selain dengan menjaga kebahagiaan ibu, cara menyusui yang tepat juga bisa berpengaruh terhadap kelancaran proses menyusui.
Dalam acara Breastfeeding Week Hello Sehat, dr. Ria sebagai konselor laktasi atau certified breastfeeding specialist (CBS) menyarankan agar memperhatikan poin-poin penting saat menyusui, yang meliputi berikut ini.
- Posisi ibu: duduk atau berbaring di posisi yang nyaman.
- Posisi bayi: peluk dekat tubuh bayi agar menempel pada badan dan lengan atas ibu.
- Perlekatan: pastikan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi dan atur posisi payudara ibu agar tidak menutup wajah dan hidung bayi.
“Bila diperlukan, ibu bisa juga menggunakan alat bantu, seperti bantal untuk menopang tubuh bayi,” katanya.
Lalu, untuk merilekskan payudara dan mendukung produksi ASI, ibu dapat melakukan pijat payudara.
Payudara yang rileks akan lebih mudah mengeluarkan ASI. Melalui pijat payudara, ibu juga bisa melemaskan puting dengan memijat areola.
Selain itu, perhatikan cara memerah ASI. Ini bisa dilakukan secara manual atau menggunakan pompa elektrik.
Ibu bisa memerah ASI sambil melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti menonton TV.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, diharapkan ibu bisa menyusui si Kecil dengan lebih mudah dan lancar.
Kesimpulan
ASI merupakan sumber nutrisi utama untuk bayi. Ini karena kandungan nutrisi ASI bisa disesuaikan secara alami dengan kebutuhan kondisi bayi. Agar produksi ASI bisa berjalan lancar, penting untuk menjaga kebahagiaan ibu menyusui. Pasalnya, ibu menyusui yang stres bisa kekurangan hormon oksitosin, yang menyebabkan ASI di dalam tubuh menjadi keras dan membeku. Perhatikan juga cara menyusui yang tepat agar proses mengasihi bisa berjalan lancar.
[embed-health-tool-bmi]