Stroke merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Salah satu jenis stroke yang paling sering terjadi adalah stroke infark. Lantas, stroke infark termasuk stroke apa? Apakah stroke infark bisa disembuhkan? Ketahui selengkapnya terkait stroke infark di ulasan berikut ini.
Apa itu stroke infark?
Stroke infark, atau disebut juga infarct stroke atau stroke iskemik, adalah jenis stroke yang disebabkan oleh sumbatan aliran darah ke bagian otak, biasanya karena adanya gumpalan darah.
Ini merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi. Melansir dari jurnal International Journal of Molecular Medicine, sekitar 85–90 % kasus stroke adalah stroke infark.
Pada kondisi ini, aliran darah ke otak tiba-tiba terhambat oleh penyumbatan, sehingga bagian otak tidak menerima oksigen dan nutrisi yang cukup dan sel-sel otak pun bisa rusak atau mati.
Gejalanya bisa muncul tiba-tiba, seperti wajah menurun sebelah, bicara menjadi tidak jelas, atau lengan dan kaki terasa lemas di satu sisi tubuh.
Penanganan harus dilakukan secepat mungkin, idealnya dalam waktu 3–4,5 jam sejak gejala muncul, agar obat penghancur gumpalan darah bisa bekerja dengan baik.
Penanganan yang cepat dan pencegahan yang baik bisa membantu mencegah komplikasi serius dari stroke ini.
Setelah penanganan darurat, pasien akan menjalani pemulihan dan terapi.
Gejala stroke infark
Gejala stroke iskemik biasanya muncul tiba-tiba tanpa peringatan panjang. Berikut gejala utama yang sering terjadi.
- Kelemahan atau mati rasa mendadak pada wajah, lengan, atau kaki, khususnya pada salah satu sisi tubuh.
- Wajah menurun di satu sisi saat tertawa atau mencoba tersenyum.
- Kesulitan bicara atau memahami percakapan, misalnya bicara cadel, lupa kata, atau tidak mengerti ucapan orang lain.
- Gangguan penglihatan tiba-tiba, seperti penglihatan kabur, hilangnya penglihatan di satu mata, atau melihat ganda.
- Masalah keseimbangan atau koordinasi, seperti pusing, sulit berjalan, dan kehilangan keseimbangan tanpa sebab jelas.
- Sakit kepala hebat tiba-tiba tanpa sebab yang biasa, terutama jika disertai gejala lain seperti mual atau gangguan kesadaran.
- Sensasi abnormal ringan, seperti kesemutan, baal, atau rasa berbeda di satu sisi tubuh.
Penyebab stroke infark
Stroke infark terjadi saat aliran darah ke otak terhenti karena penyumbatan pembuluh darah yang bisa berasal dari beberapa penyebab stroke jenis infarct yang utama. Berikut di antaranya.
1. Penyumbatan akibat aterosklerosis (trombosis lokal)
Stroke infark paling sering terjadi karena aterosklerosis, yaitu penumpukan lemak atau plak kolesterol di dinding pembuluh darah.
Plak ini bisa menyempitkan atau menyumbat arteri yang memasok darah ke otak, terutama arteri karotis atau arteri serebral.
Ketika aliran darah terhenti, bagian otak yang tidak mendapat oksigen bisa rusak permanen.
2. Gumpalan darah dari jantung (embolisme kardioembolik)
Gumpalan darah juga bisa terbentuk di jantung dan terbawa ke otak melalui aliran darah.
Ini disebut stroke embolik dan sering terjadi pada orang yang memiliki fibrilasi atrium (detak jantung tidak teratur), infark miokard, atau masalah katup jantung.
Gumpalan tersebut bisa menyumbat pembuluh darah di otak secara tiba-tiba dan menyebabkan infarct stroke.
3. Penyakit pembuluh kecil otak (small vessel disease)
Penyumbatan juga bisa terjadi di pembuluh darah kecil di dalam otak. Ini dikenal sebagai stroke lakunar, dan umumnya disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis, diabetes, atau merokok.
Kondisi ini menyebabkan dinding pembuluh kecil menebal dan menyempit, hingga akhirnya terjadi penyumbatan.
4. Gangguan pembekuan darah (trombofilia)
Beberapa orang memiliki kondisi bawaan atau didapat yang menyebabkan darah lebih mudah membeku.
Misalnya, trombofilia, sindrom antifosfolipid, atau efek samping dari obat seperti pil KB yang mengandung estrogen.
Gumpalan darah bisa terbentuk lebih mudah dan menyumbat aliran ke otak.
5. Diseksi arteri leher (cervical artery dissection)
Pada kasus stroke usia muda, salah satu penyebab stroke infark adalah diseksi arteri servikal, yaitu robeknya dinding pembuluh darah di leher (seperti arteri karotis atau vertebralis).
Hal ini bisa terjadi akibat cedera leher ringan, olahraga intens, atau bahkan tanpa penyebab yang jelas.
Robekan ini bisa menyebabkan terbentuknya gumpalan yang menyumbat aliran darah ke otak.
Faktor risiko stroke infark
Selain kondisi penyebab di atas, ada juga beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko stroke infark, di antaranya:
- tekanan darah tinggi,
- kolesterol tinggi,
- diabetes,
- merokok,
- obesitas,
- kurang olahraga,
- konsumsi alkohol berlebihan, dan
- gangguan tidur seperti sleep apnea.
Pasalnya, faktor-faktor ini bisa mempercepat kerusakan pembuluh darah dan memicu pembentukan gumpalan.
Selain faktor tersebut, ada juga faktor yang tidak bisa dihindari, seperti usia tua, jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga stroke, atau kondisi genetik tertentu.
Risiko stroke infark meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 55 tahun.
Pengobatan stroke infark
Pengobatan stroke infark berfokus pada membuka sumbatan secepat mungkin dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Penanganan ini dibagi menjadi pengobatan darurat, lanjutan, dan pencegahan jangka panjang. Berikut beberapa pengobatan yang bisa dilakukan.
1. Obat pelarut gumpalan (IV Thrombolysis / tPA)
Obat yang disebut tPA (tissue plasminogen activator) digunakan untuk melarutkan gumpalan darah di otak.
Pada infarct stroke, obat ini diberikan melalui infus dalam waktu 3 hingga 4,5 jam sejak gejala stroke muncul.
Semakin cepat diberikan, semakin besar peluang pemulihan. Obat tPA terbukti meningkatkan peluang hidup tanpa cacat setelah stroke.
2. Prosedur trombektomi (pengangkatan gumpalan secara mekanis)
Jika stroke disebabkan oleh sumbatan di pembuluh darah besar, seperti arteri serebral tengah, dokter bisa melakukan prosedur yang disebut trombektomi.
Trombektomi dilakukan dengan memasukkan alat kecil melalui pembuluh darah untuk mengambil gumpalan secara langsung.
Prosedur ini paling efektif jika dilakukan dalam waktu 6 jam, dan dalam kasus tertentu hingga 24 jam setelah gejala muncul.
3. Obat antiplatelet
Jika pasien tidak bisa mendapatkan tPA, aspirin bisa diberikan dalam 24–48 jam pertama untuk mencegah pembentukan gumpalan baru.
Setelah itu, obat antiplatelet, seperti aspirin atau clopidogrel, digunakan untuk mencegah stroke berulang, terutama bagi pasien yang stroke-nya tidak disebabkan oleh gangguan jantung.
4. Obat pengencer darah untuk pasien fibrilasi atrium (antikoagulan)
Jika stroke disebabkan oleh fibrilasi atrium (detak jantung tidak teratur), pasien biasanya diberikan obat antikoagulan seperti apixaban, dabigatran, atau warfarin.
Obat ini mencegah terbentuknya gumpalan baru di jantung yang bisa kembali ke otak. Pengobatan biasanya dimulai 1–2 minggu setelah stroke, tergantung kondisi pasien.
5. Pencegahan trombosis vena dalam (DVT)
Pasien stroke yang tidak bisa bergerak selama beberapa hari berisiko mengalami pembekuan darah di kaki (DVT) yang bisa lepas dan menyumbat paru-paru.
Untuk mencegah ini, dokter dapat memberikan obat seperti heparin dosis rendah atau menggunakan alat kompresi pneumatik di kaki.
6. Rehabilitasi dan pencegahan jangka panjang
Setelah kondisi akut teratasi, pasien akan menjalani terapi pascastroke, seperti terapi fisik, terapi bicara, dan perawatan lain untuk memulihkan fungsi tubuh.
Di sisi lain, pengobatan jangka panjang penting untuk mencegah stroke berulang, seperti berikut ini.
- Menurunkan tekanan darah dan kolesterol.
- Berhenti merokok.
- Mengatur gula darah.
- Olahraga rutin.
- Mengonsumsi obat antiplatelet atau antikoagulan sesuai anjuran.
Cara mencegah stroke infark
Meski menjadi jenis yang paling umum terjadi, stroke infark bisa dicegah dengan mengelola faktor risiko dan menjalani gaya hidup sehat.
Berikut adalah langkah-langkah penting untuk mencegah stroke infark.
- Kontrol tekanan darah di bawah 130/80 mmHg.
- Jaga kadar gula darah pada penderita diabetes.
- Turunkan kolesterol LDL dengan diet sehat atau statin.
- Berhenti merokok dan hindari paparan asap rokok.
- Batasi konsumsi alkohol (maksimal 1–2 gelas/hari).
- Lakukan aktivitas fisik rutin (150 menit/minggu).
- Konsumsi diet sehat.
- Minum obat antikoagulan jika memiliki fibrilasi atrium.
- Tangani sleep apnea dengan alat bantu napas, seperti CPAP, saat tidur jika terdiagnosis.
Bukan hanya mencegah stroke infark, pencegahan di atas juga bisa membantu mencegah kerusakan otak atau kematian.
Kesimpulan
- Stroke infark adalah jenis stroke yang paling umum, terjadi akibat tersumbatnya aliran darah ke otak oleh gumpalan darah.
- Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan otak permanen jika tidak ditangani segera.
- Pengobatannya meliputi pemberian obat pelarut bekuan (tPA), prosedur trombektomi, serta obat pencegah pembekuan darah.
- Pencegahan stroke infark sangat mungkin dilakukan dengan mengontrol tekanan darah, kadar gula dan kolesterol, berhenti merokok, menjaga pola makan dan aktivitas fisik, serta mengelola kondisi medis seperti fibrilasi atrium.
[embed-health-tool-bmi]