Apa yang menyebabkan seseorang mengalami aphantasia?
Para ahli tidak mengetahui pasti apa penyebab dari aphantasia. Umumnya, kondisi ini merupakan kelainan bawaan atau yang sudah muncul sejak seseorang lahir. Penderitanya pun cenderung tidak menunjukkan tanda apapun sejak masih kecil sampai ia sendiri menyadarinya.
Meski demikian, beberapa penelitian mengungkapkan, ada kerusakan fisik di bagian otak korteks serebral pada penderita kondisi ini. Adapun bagian otak ini terdiri dari empat lobus (frontal, parietal, oksipital, dan temporal) yang bertanggung jawab dalam banyak kemampuan tubuh. Ini termasuk berpikir, mengingat, berbicara, memproduksi dan memahami bahasa, merencanakan, pemecahan masalah, hingga aktivitas melamun atau berimajinasi.
Bagian otak ini juga memproses informasi sensorik, seperti rasa, suhu, bau, pendengaran, penglihatan, dan sentuhan. Oleh karena itu, di bagian otak inilah proses visual seseorang terjadi, sehingga orang bisa membayangkan bentuk, rasa, rupa, bau, sebagai bagian dari efek visualisasi tersebut.
Akibat kerusakan pada korteks serebral tersebut, orang dengan aphantasia tidak mampu berimajinasi dan membayangkan sesuatu secara visual. Adapun kerusakan pada otak ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti cedera otak.
Selain itu, penelitian yang dipublikasikan di jurnal Brain Sciences pada 2020 menunjukkan, seseorang juga mungkin mengembangkan kondisi ini setelah mengalami stroke. Ini umumnya terjadi karena stroke memengaruhi area otak yang disuplai oleh arteri serebral posterior.
Selain itu, gangguan mental pun seringkali terkait dengan kondisi ini. Ini termasuk depresi dan gangguan kecemasan. Meski demikian, butuh penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.
Bagaimana cara mengobati aphantasia?
Penelitian mengenai kondisi ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, masih belum jelas apakah ada cara tertentu yang dapat mengobati aphantasia dan mampu meningkatkan kemampuan penderitanya dalam membuat gambaran visual di otak.
Meski demikian, berkaca pada penelitian tahun 2017, ada terapi yang mungkin bisa digunakan oleh penderita kondisi ini untuk meningkatkan kemampuan imajinasinya. Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi ini, yaitu:
- permainan kartu memori,
- melakukan aktivitas mengingat pola,
- berkegiatan yang membutuhkan deskripsi objek dan pemandangan luar ruangan,
- permainan dengan teknik afterimage,
- serta melakukan aktivitas komputer yang menggunakan pengenalan gambar.
Lebih lanjut pada penelitian itu menjelaskan, seseorang yang mendapat terapi tersebut selama satu jam dalam 18 minggu mampu memvisualisasikan dengan lebih baik sebelum ia tertidur. Namun, ia merasa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, butuh penelitian lebih lanjut mengenai pengobatan yang tepat untuk penderita aphantasia dan berapa lama perawatan ini perlu dilakukan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar