Aturan pakai obat generik untuk mengatasi migrain
Tiga pilihan obat generik di atas dapat Anda beli secara bebas tanpa menyertakan resep dokter. Namun, tak menutup kemungkinan juga dokter akan meresepkannya untuk mengatasi migrain yang lebih berat.
Terlepas diresepkan atau tidak, penggunaan obat pereda nyeri idealnya tetap perlu pengawasan atau sesuai anjuran dari dokter. Paling tidak, konsumsi obat bebas harus mengikuti aturan yang tertera pada label kemasan.
Pasalnya, penggunaan obat pereda nyeri sebagai cara untuk mengobati sakit kepala migrain memang tidak boleh terlalu sering digunakan. Pemakaian jangka panjang berisiko menimbulkan rebound headache atau sakit kepala berulang akibat penggunaan obat yang berlebihan.
Rekomendasi obat pereda migrain dengan resep dokter

Pada kasus serangan migrain yang hebat, disertai aura dan gejala lain, serta begitu parah sampai membuat Anda tidak berdaya, obat generik bebas mungkin tidak akan mempan.
Anda membutuhkan obat lain yang lebih kuat untuk menghentikan gejalanya. Namun, obat-obatan ini tidak bisa dibeli sembarangan. Anda perlu menebusnya di apotek dengan menyertakan resep dari dokter. Obat-obatan tersebut, yaitu:
Triptan adalah kelompok obat golongan selective serotonin receptor agonists (SSRA). Golongan obat ini bekerja dengan merangsang serotonin, senyawa kimia dalam otak yang mampu menghentikan rasa sakit dengan mengurangi peradangan dan menyempitkan pembuluh darah.
Merangkum National Headache Foundation, triptan digunakan untuk mengobati migrain akut. Obat-obatan akut dirancang untuk menghentikan serangan migrain atau sakit kepala kluster setelah serangan dimulai.
Sebagai obat migrain akut, triptan membantu meringankan berbagai gejala yang muncul saat serangan terjadi, seperti sakit kepala, mual, serta yang terkait dengan aura, yaitu kepekaan terhadap cahaya dan suara. Namun, ada beberapa efek samping yang bisa timbul dari konsumsi obat ini, seperti mual, pusing, mengantuk, dan otot melemah.
Selain itu, triptan pun dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, seperti ergotamine dan monoamine oxidase inhibitor (MAOIs). Obat ini pun tidak boleh digunakan pada pasien migrain yang memiliki kondisi medis tertentu, seperti penyakit hati, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, angina, stroke, dan diabetes. Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat atau memiliki kondisi medis tertentu seperti yang disebutkan di atas.
Obat kategori triptan tersedia dalam bentuk pil, patch, bahkan suntikan. Beberapa obat yang termasuk dalam kelompok triptan, yaitu sumatriptan, rizatriptan, almotriptan, naratriptan, zolmitriptan, dan frovatriptan.
Naproxen termasuk ke dalam golongan NSAID, seperti ibuprofen, yang bekerja dengan cara menghalangi enzim siklooksigenase dalam memproduksi prostaglandin. Obat ini biasanya diresepkan dokter untuk meredakan sakit kepala sedang hingga berat.
Sebagai obat migrain, dokter biasanya meresepkan 250 mg naproxen setiap 6-8 jam sesuai kebutuhan. Namun, obat ini tidak boleh digunakan lebih dari 1.000 mg per hari untuk menghindari efek samping serius yang mungkin ditimbulkannya, seperti peradangan di usus, kerusakan ginjal, dan sebagainya.
Adapun jika dibandingkan dengan obat-obatan NSAID lain, naproxen tergolong kurang efektif untuk meredakan sakit kepala migrain. Maka itu, dokter biasanya akan memberikan obat ini hanya sebagai pendamping, bukan sebagai obat utama.
Selain naproxen, dokter bisa saja meresepkan obat-obatan NSAID resep lainnya sebagai cara untuk mengobati sakit kepala migrain, seperti diclofenac atau ketorolac, jika dirasa perlu.
Selain sakit kepala, mual dan muntah juga kerap dirasakan penderita migrain saat serangan terjadi, terutama bagi penderita migrain dengan aura. Oleh karena itu, dokter juga kerap meresepkan obat antimual atau disebut antiemetik untuk meredakan gejala tersebut.
Obat antiemetik ini bisa digunakan sebelum atau bersamaan dengan obat pereda nyeri dn triptan. Sama seperti obat pereda nyeri, obat antimual ini bekerja lebih baik jika diminum segera setelah gejala migrain dimulai.
Obat antiemetik biasanya dalam bentuk tablet atau supositoria (obat padat yang dimasukkan melalui anus). Beberapa contoh obat antiemetik yang biasanya diresepkan dokter untuk penderita migrain, yaitu metocloropramide, chlorpromazine, atau prochlorperazine.
Obat-obatan untuk mencegah migrain

Ada pepatah yang bilang bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. Nah, ini juga berlaku untuk migrain. Selain dengan menghindari hal-hal pemicunya, mencegah migrain kambuh juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan.
Obat-obatan ini biasanya diresepkan oleh dokter jika sebelumnya Anda sudah cukup sering mengalami migrain, serangan tidak segera berhenti setelah minum obat, atau rasa sakitnya yang tidak mempan diobati oleh pereda nyeri generik.
Obat-obatan ini digunakan untuk mengurangi frekuensi serangan dan tingkat keparahan dari migrain. Berikut adalah beberapa obat-obatan yang bisa Anda gunakan sebagai bentuk pencegahan.
-
Obat penurun tekanan darah
Obat-obatan, beta blocker seperti propranolol dan metoprolol, serta obat-obatan calcium channel blockers, seperti verapamil, bisa digunakan untuk mencegah migrain yang biasanya disertai dengan aura.
Obat antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline, bisa digunakan untuk mencegah timbulnya migrain atau sakit kepala sebelah. Namun, kelas obat-obatan ini hanya bisa diresepkan oleh dokter karena efek samping yang mungkin ditimbulkannya, seperti mudah mengantuk dan kenaikan berat badan.
Obat-obatan anti kejang, seperti valproate dan topiramate, dapat digunakan untuk mengurangi frekuensi serangan migrain. Namun, Anda harus berhati-hati dengan efek samping tertentu yang dapat timbul akibat penggunaan obat ini, seperti pusing, perubahan berat badan (baik naik maupun turun), mual-mual, dan lain sebagainya.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar