Tahukah Anda bahwa depresi merupakan salah satu penyebab utama penyakit dan kecacatan pada remaja? Pasalnya menurut WHO, diperkirakan sekitar 1,1% remaja usia 10—14 tahun serta 2,8% remaja usia 15—19 tahun mengalami depresi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Aisya Fikritama, Sp.A · Kesehatan anak · RS UNS Solo
Tahukah Anda bahwa depresi merupakan salah satu penyebab utama penyakit dan kecacatan pada remaja? Pasalnya menurut WHO, diperkirakan sekitar 1,1% remaja usia 10—14 tahun serta 2,8% remaja usia 15—19 tahun mengalami depresi.
Namun, sebagian besar kondisi ini belum dapat diobati. Hal ini karena terkadang orangtua tidak menyadari bahwa anaknya sedang mengalami depresi. Sebagai orangtua penting bagi Anda untuk mengetahui berbagai ciri, penyebab, dan cara mengatasi depresi pada remaja.
Tanda dan gejala depresi pada remaja biasanya mencakup perubahan sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan tekanan dan masalah yang signifikan di sekolah atau rumah.
Gejala depresi pun bervariasi bergantung pada tingkat keparahannya. Merangkum dari Mayo Clinic, berikut ini adalah beberapa ciri depresi pada remaja yang dapat diwaspadai oleh orangtua.
Sebenarnya, penyebab depresi pada remaja belum diketahui secara pasti.
Namun, mengingat masa remaja merupakan periode transisi dari fase kanak-kanak ke awal dewasa, banyak anak yang kesulitan untuk beradaptasi melaluinya.
Dilihat dari sisi psikologi remaja yang belum matang, mereka cenderung memberontak pada apa yang mereka tidak sukai atau setujui.
Hal ini tak jarang membuat seorang remaja mengalami gejolak emosi. Di kehidupan sosial, seperti hubungan keluarga, pertemanan, percintaan atau persoalan akademis di sekolah, pun tidak jarang membuat remaja merasa tertekan.
Adapun hal tersebut dapat menjadi sumber stres ringan, yang bila dibiarkan bisa berlangsung lama dan menyebabkan depresi.
Dikutip dari Mayo Clinic, depresi pada remaja dapat terjadi karena berbagai penyebab. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya.
Selain beberapa faktor di atas, ada hal lain yang dapat meningkatkan risiko remaja mengalami depresi. Berikut beberapa di antaranya.
Pada dasarnya cara mengatasi depresi pada remaja perlu disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahannya.
Berkonsultasi kepada psikiater atau psikolog adalah hal yang perlu dilakukan agar depresi bisa ditangani dengan baik.
Kombinasi psikoterapi yang dilakukan oleh ahlinya dan pengobatan yang tepat sebenarnya dapat secara efektif membantu mengatasi kondisi ini.
Namun, peran orangtua juga tidak kalah penting dalam mendukung pengobatan secara optimal. Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua jika anak remaja Anda depresi.
Ketika melihat anak memiliki tanda-tanda depresi, cobalah ajak anak berkomunikasi untuk mengetahui apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan.
Hal tersebut membuat anak Anda merasa tidak sendirian dalam mengalami masa-masa sulit.
Ketika depresi, ada kemungkinan ia akan mengalami beberapa gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, Anda harus membantu melewati masa-masa sulit ini.
Salah satunya dengan membantu anak berperilaku hidup sehat, seperti memastikan anak mendapatkan tidur yang cukup setiap harinya, berolahraga, dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi.
Saat anak sudah terlalu jenuh hingga mengalami depresi, habiskan waktu untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.
Misalnya, menonton film, bermain game, melakukan aktivitas yang belum pernah dilakukan, pergi liburan untuk mendapatkan suasana baru, dan lain-lain.
Cara ini diharapkan dapat membantu mengatasi suasana hati yang tertekan akibat depresi secara perlahan.
Saat depresi pada remaja menyerang, perilakunya mungkin akan mengalami perubahan dan tidak menutup kemungkinan bisa membuat Anda ikut frustrasi. Ingat kembali bahwa perubahan perilaku ini adalah efek dari depresi.
Coba untuk tetap sabar, berikan pengertian, dan hindari penggunaan kata-kata kasar agar hubungan Anda dan anak tetap terjaga dengan baik.
Apabila Anda memutuskan untuk berkonsultasi kepada psikiater, simak perawatan yang diberikan.
Ini akan membantu Anda untuk mengetahui bagaimana menanggapi dan memberikan dukungan. Pastikan pula anak mengonsumsi obat yang sudah dianjurkan.
Depresi bisa dihindari apabila anak mempunyai support system sehingga ia tidak merasa sendirian dan mendapatkan dukungan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah depresi pada remaja adalah sebagai berikut.
Sesekali Anda bisa meminta anak mengundang teman-temannya ke rumah. Katakan bahwa Anda akan memasakkan makanan enak untuk teman-temannya.
Cara ini dilakukan untuk membina hubungan baik dengan teman-temannya dan membuat anak juga tetap terkoneksi secara positif pada teman-teman terdekatnya.
Kegiatan sekolah atau berolahraga dapat membuat anak fokus pada hal-hal positif, sehingga menghindari pikiran atau hal-hal yang negatif.
Untuk itu, dukung anak jika ia menginginkan ikut kegiatan positif apa pun di sekolahnya.
Obrolan antara orangtua dan anak tidak melulu harus obrolan serius atau soal sekolah. Anda bisa kok bertanya santai seperti “Kak, teman kamu yang kemarin datang ke rumah siapa sih? Hayo, kalian lagi dekat ya.”
Perbincangan santai dengan anak penting untuk menjalin kedekatan Anda dengannya. Jika mungkin sekarang ini Anda yang memancingnya untuk bercerita, bisa jadi nanti anak yang akan bercerita duluan.
Hal ini mungkin terjadi ketika anak sudah merasa bahwa Anda adalah orang yang bisa diceritakan soal apa pun, terutama tentang masalah yang dihadapinya, termasuk krisis identitas.
Sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk mempelajari berbagai hal tentang perkembangan anak.
Hal ini untuk membantu Anda mengetahui tanda atau gejala anak yang mengalami depresi serta pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan.
Setelah mengetahui tentang gejala depresi, Anda akan lebih mudah mengenali mana tanda depresi dan mana yang hanya sedih biasa.
Anda juga akan lebih peka terhadap apa yang ditunjukkan anak kepada Anda, baik perasaan dan perilakunya.
Itulah beberapa ciri dan penyebab depresi yang perlu orangtua waspadai.
Dengan mengetahui tanda depresi lebih awal, maka bisa membantu mengatasi gejala yang timbul lebih cepat, memperbaiki hubungan dengan kerabat dan keluarga, serta masalah akademik dari waktu ke waktu.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar