Tahukah Anda bahwa sebagian besar sakit kepala pada wanita ternyata disebabkan oleh hormon? Ini mungkin bisa menjawab pertanyaan banyak wanita yang sering merasa sakit kepala, bahkan migrain, di waktu-waktu tertentu tanpa penyebab yang jelas. Tapi apa sebenarnya yang menyebabkan sakit kepala hormonal ini, dan kenapa seringnya terjadi pada wanita?
Ciri-ciri sakit kepala hormonal
Gejala sakit kepala hormonal umumnya berkaitan dengan perubahan kadar hormon, khususnya estrogen dan progesteron.
Beberapa gejala yang sering muncul meliputi berikut ini.
- Nyeri kepala berdenyut atau migrain, biasanya pada satu sisi kepala.
- Sensitivitas terhadap cahaya, suara, atau bau.
- Mual atau muntah.
- Perubahan mood atau mudah marah (iritabilitas).
- Gangguan tidur dan kelelahan.
Pemicu utama sakit kepala hormonal pada wanita
Sakit kepala hormonal terjadi karena perubahan hormon, terutama estrogen dan progesteron, yang mempengaruhi sensitivitas otak terhadap rasa sakit.
Beberapa penyebab utama sakit kepala hormonal meliputi berikut ini.
1. Menstruasi
Menurut para ahli di National Migraine Centre, lebih dari separuh wanita yang rutin mengalami migrain, akan mengalami migrain yang lebih parah menjelang atau selama haid.
Para ahli ini menemukan bahwa migrain biasanya muncul antara dua hari menjelang haid, hingga tiga hari pertama menstruasi.
Ini diakibatkan oleh menurunnya kadar estrogen pada masa menstruasi. Penurunan estrogen ini memengaruhi neurotransmiter di otak, seperti serotonin, yang terkait dengan regulasi nyeri.
2. Pil KB kombinasi
Beberapa wanita merasa sakit kepala mereka membaik setelah minum pil KB. Namun, serangan sakit kepala menjadi lebih sering di masa “libur” pil KB kombinasi, saat kadar estrogen turun.
Ini karena pil KB kombinasi mengandung estrogen dan progestin, sehingga dapat menyebabkan atau memperburuk sakit kepala hormonal pada sebagian wanita saat sedang tidak mengonsumsinya.
Pasalnya, estrogen dalam pil KB ini memengaruhi kadar hormon alami tubuh, dan perubahan kadar estrogen, khususnya selama periode bebas pil (jeda menstruasi), sering memicu migrain atau sakit kepala pada wanita yang sensitif terhadap perubahan hormon.
3. Menopause
Sakit kepala hormonal biasanya akan menjadi lebih parah semakin dekatnya Anda dengan usia menopause. Ini dikarenakan siklus hormonal Anda yang mulai terganggu dan sering naik turun.
Perubahan hormon estrogen diketahui dapat memperburuk sakit kepala atau migrain bagi sebagian wanita, terutama bagi mereka yang sudah memiliki riwayat migrain.
Penurunan estrogen menyebabkan ketidakseimbangan yang memengaruhi sistem saraf, sehinga meningkatkan sensitivitas terhadap rasa sakit dan menyebabkan migrain atau sakit kepala berdenyut.
4. Kehamilan
Selama trimester pertama, kadar estrogen meningkat tajam, tetapi mungkin menurun di trimester berikutnya.
Perubahan hormon ini bisa memicu sakit kepala bagi sebagian wanita, walaupun beberapa wanita justru merasakan pengurangan migrain selama kehamilan.
Sakit kepala pada kondisi ini biasanya tidak berbahaya bagi bayi dan akan membaik bahkan hilang sama sekali setelah trimester pertama.
Bagaimana cara mengetahui apakah sakit kepala saya akibat hormon?
Pengobatan sakit kepala akibat hormon
Beberapa pengobatan ini bisa Anda gunakan untuk mengatasi dan mengobati sakit kepala hormonal agar tak muncul lagi.
1. Terapi hormon
Bagi wanita yang mengalami sakit kepala karena perubahan estrogen selama perimenopause atau menopause, terapi hormon dapat membantu menstabilkan kadar estrogen.
Terapi ini bisa dilakukan dengan suplemen estrogen yang diresepkan dokter, biasanya berupa gel yang dioles ke kulit, atau koyo yang ditempel.
Hindari terapi hormon dalam bentuk tablet karena dikhawatirkan malah ada risiko memicu sakit kepala.
Terapi ini harus dilakukan dengan hati-hati karena tidak semua orang cocok, dan ada risiko tertentu yang perlu dipertimbangkan.
2. Obat-obatan
Obat penghilang rasa sakit seperti NSAID (ibuprofen atau naproxen) sering digunakan untuk meredakan migrain hormonal.
Beberapa wanita mungkin juga memerlukan obat-obatan khusus untuk migrain, seperti triptan, ergotamin, atau asam mefenamat.
Bagi mereka yang mengalami migrain menstruasi, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan pencegahan sebelum menstruasi dimulai.
3. Pil KB berkelanjutan
Jika Anda menggunakan pil KB yang memiliki “hari libur” di mana Anda tak perlu minum pil, mintalah pada dokter untuk menggantinya dengan pil KB yang berkelanjutan.
Hal ini untuk mencegah migrain menyerang di hari-hari saat Anda sedang tidak minum pil.
Cara kerja pil KB ini adalah dengan menstabilkan kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh, sehingga mengurangi perubahan hormon yang dapat memicu sakit kepala.
3. Mengelola stres
Stres adalah pemicu utama migrain dan sakit kepala, terutama selama perubahan hormonal.
Teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, dan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres dan, pada akhirnya, frekuensi sakit kepala.
Dengan berfokus pada pernapasan atau menggunakan visualisasi, tubuh bisa lebih rileks dan mengurangi ketegangan otot yang sering memicu sakit kepala.
4. Perubahan gaya hidup
Menjaga gula darah dengan makan secara teratur dapat mencegah migrain.
Anda dapat mengonsumsi makanan yang rendah gula tambahan, tinggi serat, dan mengandung banyak buah, sayuran, serta lemak sehat untuk membantu menyeimbangkan kadar hormon.
Selain itu, menghindari makanan dan minuman tertentu, seperti kafein, alkohol, dan makanan olahan, juga dapat mencegah sakit kepala.
5. Asupan magnesium
Magnesium sering kali dianjurkan untuk mengurangi migrain, terutama pada wanita yang mengalami sakit kepala sebelum menstruasi.
Penelitian yang dilansir dari National Center for Complimentary and Integrative Health menunjukkan bahwa suplemen magnesium dapat membantu mengurangi migrain menstruasi.
Mineral ini berperan penting dalam regulasi hormon dan pengurangan kontraksi pembuluh darah.
Kesimpulan
- Sakit kepala hormonal terutama dipicu oleh perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh, yang terjadi selama siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause.
- Gejalanya bisa mencakup migrain dengan nyeri berdenyut, sensitivitas terhadap cahaya, dan kadang-kadang mual.
- Perubahan gaya hidup seperti diet seimbang, olahraga teratur, mengelola stres, serta tidur yang cukup dapat membantu mengurangi frekuensi sakit kepala ini. Bila diperlukan, asupan magnesium juga bisa diberikan untuk mengurangi migrain.
[embed-health-tool-bmi]