backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Beda Nyeri Pinggang Biasa dan Nyeri Pinggang Akibat Saraf Kejepit

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    Beda Nyeri Pinggang Biasa dan Nyeri Pinggang Akibat Saraf Kejepit

    Nyeri pinggang merupakan salah satu keluhan yang umum dirasakan orang segala usia. Nyeri pinggang bisa muncul setelah mengangkat barang berat, terlalu lama duduk, atau terlalu lama berdiri. Namun, tidak semua nyeri pinggang dapat hilang dengan sendirinya. Jika nyeri di pinggang Anda berlangsung lama, mungkin ini tandanya Anda mengalami saraf kejepit. Nah, bagaimana cara membedakannya dari nyeri pinggang biasa?

    Memahami kondisi saraf kejepit di pinggang

    Walau kerap mengganggu aktivitas, banyak orang seringkali membiarkan nyeri pinggang tanpa diobati, menunggu sampai nyeri hilang sendiri.

    Nyeri pinggang atau low back pain (LBP) kebanyakan bersifat ringan dan bisa dialami setiap orang setidaknya sekali seumur hidup. Kondisi ini terjadi ketika otot menegang akibat melakukan aktivitas fisik yang berat.

    Namun, Anda sebaiknya tidak menganggap nyeri pinggang sebagai hal yang sepele. Pasalnya, nyeri di pinggang juga dapat menandakan suatu kondisi tertentu yang membutuhkan penanganan, salah satunya adalah saraf kejepit.

    Saraf kejepit di pinggang atau herniated nucleus pulposus (HNP) adalah gangguan yang muncul ketika bantalan ruas tulang belakang (nucleus pulposus) menonjol atau bergeser sehingga menekan saraf tulang belakang dan saraf tepi.

    Bila ini terjadi, orang yang mengalaminya akan merasakan gejala berupa nyeri pinggang atau punggung bawah dan nyeri punggung atas.

    Tonjolan bantalan tulang tersebut dapat mengiritasi dan bahkan merusak akar saraf tulang belakang atau terkadang sumsum tulang belakang.

    Biasanya, HNP disebabkan oleh proses penuaan. Perlu Anda ketahui, piringan sendi akan kehilangan kadar air seiring dengan bertambahnya usia. Ini membuat piringan sendi menjadi rapuh, bergeser, dan kaku.

    Ada pula beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami HNP, yaitu melakukan olahraga yang terlalu berat, melakukan kegiatan yang berulang dan berlangsung lama seperti membungkuk, dan kelebihan berat badan.

    Perbedaan gejala nyeri pinggang biasa dan akibat saraf kejepit

    Perbedaan gejala nyeri pinggang biasa dan nyeri pinggang karena saraf kejepit bisa dibedakan dari jenis dan lokasi timbulnya nyeri, serta intensitas keparahan rasa nyeri.

    Pada nyeri pinggang biasa, gejalanya berawal dari rasa sakit pada bagian punggung bawah, bagian bawah tulang rusuk, hingga ke area pinggang.

    Mulanya pinggang hanya terasa pegal, tapi lama kelamaan sakitnya terasa menusuk sehingga membuat Anda sulit bergerak atau berdiri tegak. Untungnya, nyeri pinggang biasa dapat membaik dengan sendirinya.

    Beda dengan LBP, bila nyeri di pinggang terjadi karena HNP, maka gejala yang muncul lebih parah dan intens seperti di bawah ini.

    • Nyeri atau mati rasa, paling sering pada satu sisi tubuh
    • Rasa sakit meluas ke lengan atau tungkai
    • Nyeri akan semakin hebat di malam hari atau bila Anda melakukan gerakan tertentu
    • Nyeri memburuk setelah berdiri atau duduk
    • Mudah merasa nyeri walau hanya berjalan sebentar
    • Kelemahan otot berlebih
    • Kesemutan
    • Sensasi terbakar pada area yang bermasalah
    • Rasa sakit berkepanjangan dan tidak kunjung menghilang

    Rasa nyeri akibat saraf kejepit bahkan bisa muncul dengan sendirinya tanpa melakukan kegiatan fisik yang berat terlebih dahulu, misalnya ketika Anda beristirahat. Bila Anda mulai mengalami gejala di atas, atau mengalami nyeri pinggang yang tak kunjung menghilang setelah 3 hari, segera konsultasikan kondisi Anda pada dokter.

    Cara mencegah saraf kejepit di pinggang

    Nyeri akibat saraf kejepit di pinggang dapat mengganggu aktivitas Anda sehari-hari. Sebelum ini terjadi, ada baiknya Anda melakukan kebiasaan sehat untuk mencegah kondisi ini terjadi.

    Aktivitas fisik yang berlebihan dapat menimbulkan risiko terhadap HNP. Namun, hal ini bukan alasan untuk membuat Anda malas olahraga.

    Olahraga tetap bisa menjadi cara yang efektif untuk mencegah saraf kejepit. Beberapa latihan seperti aerobik atau peregangan otot dapat meningkatkan tingkat kebugaran tubuh dan memperkuat otot.

    Selain itu, Anda bisa melakukan latihan khusus untuk memperkuat otot-otot di perut, bokong, dan punggung guna menstabilkan tulang belakang dan mengurangi ketegangan pada cakram yang melindungi tulang belakang.

    Olahraga juga dapat membantu mempertahankan berat badan. Ini tentunya sejalan dengan tujuan pencegahan, mengingat obesitas adalah salah satu faktor risiko saraf kejepit di pinggang.

    Hanya saja, Anda harus melakukan olahraga dengan hati-hati. Jangan langsung melakukan olahraga dengan intensitas tinggi bila Anda belum terbiasa. Mulailah dengan perlahan, tapi konsisten dan rutin.

    Selanjutnya, pertahankan postur tubuh yang baik saat berdiri, duduk, atau tidur. Hindari membungkuk terlalu sering serta duduk dan berdiri dalam waktu lama. Alih-alih menyilangkan kaki, duduklah dengan posisi kaki menapak lantai.

    Bila Anda mau mengangkat sesuatu yang berat, maka lakukan dengan teknik yang aman. Caranya, tekuk lutut terlebih dahulu, baru kemudian angkat barangnya. Jangan langsung mengangkat barang dengan posisi membungkuk karena ini akan membuat Anda rentan mengalami saraf kejepit.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan