backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

6 Pilihan Obat Osteoporosis untuk Mencegah Tulang Makin Keropos

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 09/11/2021

    6 Pilihan Obat Osteoporosis untuk Mencegah Tulang Makin Keropos

    Sebelum menentukan jenis pengobatan osteoporosis yang sesuai, dokter biasanya akan melakukan tes kepadatan tulang (bone densitrometri test) untuk memastikan atau memprediksi respons tubuh pasien.  Hasil tes akan membantu dokter menentukan jenis obat osteoporosis yang tepat dalam meringankan gejala osteoporosis maupun mencegah patah tulang yang mungkin terjadi. Jadi, apa saja kira-kira obat-obatan untuk mengatasi gangguan sistem gerak yang dapat menjadi pilihan?

    Pilihan obat untuk mengatasi osteoporosis

    suplemen kalsium

    Perlu diketahui sebelumnya bahwa penggunaan obat-obatan osteoporosis pada dasarnya hanya dapat membantu meringankan gejala, memperlambat proses pengeroposan tulang, memperkuat tulang, dan mencegah terjadinya patah tulang. Beberapa obat-obatan tersebut antara lain:

    1. Bifosfonat

    Salah satu jenis obat yang utamanya digunakan untuk mengatasi osteoporosis adalah bifosfonat. Menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal berjudul Theurapetic Advances in Chronic Disease, kelas obat ini dapat membantu mencegah terjadinya patah tulang akibat tulang yang sudah keropos.

    Salah satu obat yang termasuk ke dalam kelas obat bifosfonat adalah alendronat. Obat ini bekerja dalam memperlambat laju pengeroposan tulang, sehingga mencegah patah tulang.

    Biasanya, alendronat digunakan sebagai pengobatan untuk tulang keropos yang disebabkan oleh menopause, atau penggunaan steroid berlebih. Obat ini juga sering diresepkan untuk orang yang berisiko tinggi mengalami patah tulang karena sudah tulang sudah keropos.

    Selain alendronat, ada pula beberapa obat lain yang termasuk ke dalam kelas bifosfonat, di antaranya:

    • Risedronat (Actonel, Atelvia).
    • Ibandronat (Boniva).
    • Asam zolendronat (Reclast, Zometa).

    Dalam penggunaannya sebagai obat osteoporosis, obat yang tergolong ke dalam bifosfonat dapat memberikan efek samping berupa:

    • Mual.
    • Perut terasa sakit.
    • Gejala seperti heartburn.
    • Susah menelan.

    2. Denosumab

    Denosumab adalah salah satu jenis obat osteoporosis yang biasanya diberikan pada pasien yang tidak bisa menggunakan bifosfonat sebagai pengobatan yang efektif. Obat ini diberikan dalam bentuk injeksi.

    Jika dibandingkan dengan bifosfonat, obat osteoporosis ini dapat lebih efektif dalam meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang.

    Umumnya, denosumab digunakan untuk mengatasi osteoporosis pada wanita yang telah mengalami menopause. Selain itu, obat ini juga diberikan pada pasien osteoporosis yang memiliki risiko patah tulang yang lebih tinggi dibanding orang lain.

    Denosumab juga bisa digunakan untuk mengatasi osteoporosis yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan steroid selama kurang lebih 6 bulan lamanya. Obat ini juga bisa diberikan kepada pasien osteoporosis yang juga mengalami kanker prostat atau kanker payudara.

    3. Raloxifene

    Obat ini termasuk ke dalam golongan obat selective oestrogen receptor modulators (SERMs). Menurut National Health Security, SERMs memberikan efek pada tulang yang sama dengan hormon estrogen. Obat osteoporosis ini membantu menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang, khususnya pada tulang belakang.

    Raloxifene adalah satu-satunya SERM yang efektif dalam mengobati osteoporosis. Obat osteoporosis ini dikonsumsi dengan cara diminum setiap hari, akan tetapi ada beberapa efek samping yang perlu diperhatikan, termasuk:

  • Kram pada kaki.
  • Risiko penggumpalan darah.
  • Tubuh menjadi cepat panas.
  • 4. Teripatide

    Teriparatide (Forteo) biasa diperuntukkan untuk mengatasi osteoporosis yang tingkatannya sudah parah dan sudah tidak bisa lagi diatasi dengan obat lainnya. Obat osteoporosis ini menstimulasi sel-sel tubuh dalam proses pembentukan tulang sehingga tulang semakin kuat.

    Obat ini biasanya akan diresepkan oleh dokter, dan hanya bisa digunakan dalam jangka waktu 18 bulan. Jika pengobatan menggunakan teriparatide telah usai, dokter akan meresepkan obat lainnya untuk memastikan bahwa tulang baru yang terbentuk tetap terjaga kepadatannya.

    5. Terapi pengganti hormon

    Salah satu faktor penyebab terjadinya osteoporosis adalah ketidakseimbangan hormon pada tubuh. Oleh sebab itu, pengobatan dari penyakit tulang keropos ini dapat diatasi dengan terapi hormon.

    Obat-obatan yang diberikan saat terapi hormon dapat membantu memperlambat proses pengeroposan tulang dan mengurangi risiko patah tulang pada wanita yang telah mengalami menopause. Bahkan, terapi ini juga dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap osteoporosis.

    Terapi ini juga bisa dilakukan pada wanita yang masih di bawah 60 tahun tapi tidak bisa mengonsumsi obat-obatan osteoporosis lainnya karena kondisi kesehatan yang tak memungkinkan.

    6. Suplemen vitamin D dan kalsium

    Hampir setiap obat yang diresepkan dokter untuk melindungi tulang Anda akan dibarengi juga dengan pemberian suplemen kalsium dan vitamin D. Kombinasi antara obat resep dan suplemen kedua vitamin ini dibutuhkan untuk memaksimalkan efek pengobatan osteoporosis.

    Orang dewasa muda memerlukan asupan sekitar 1.000 miligram kalsium per hari untuk menjaga tulang tetap sehat dan kuat. Apabila Anda saat ini berusia 51 ke atas dan memiliki osteoporosis, Anda perlu mengonsumsi suplemen kalsium berdosis 1.200 miligram per hari.

    Meski begitu, penggunaan suplemen kombinasi kalsium dan vitamin D tentu saja harus berdasar resep dokter. Jika tidak, suplemen ini dikhawatirkan dapat mengganggu kerja obat osteoporosis yang lainnya.

    Suplemen yang berisi kombinasi kalsium dan vitamin D memiliki efek samping, yaitu:

    • Detak jantung yang tidak teratur.
    • Badan lemah.
    • Sakit kepala.
    • Mulut kering atau sensasi rasa logam di mulut.
    • Nyeri otot atau tulang.

    Suplemen baik dikonsumsi ketika Anda tidak bisa mendapatkan cukup asupan kalsium dan vitamin D harian. Namun, akan selalu lebih baik untuk mengutamakan perolehan kalsium dan vitamin dari makanan.

    Sumber kalsium dan vitamin D bisa didapat dari makanan dan minuman seperti ikan, brokoli, bayam, kacang almond, susu dan buah jeruk.

    Beberapa jenis obat herbal untuk osteoporosis

    Selain obat-obatan kimia, ada pula beberapa tanaman herbal yang diduga dapat membantu meredakan gejala osteoporosis. Di antaranya adalah red clover atau semanggi merah dan paku ekor kuda.

    Dilansir dari penelitian yang diterbitkan dalam Evidence Based Complementary and Alternative Medicine, ekstrak semanggi merah dipercaya dapat menjadi obat herbal bagi pengidap osteoporosis.

    Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa mengonsumsi esktrak semanggi merah selama 12 minggu berefek baik untuk kesehatan tulang wanita menopause. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa suplemen ini membantu melindungi tulang punggung dari efek penuaan tulang akibat usia dan osteoporosis.

    Sementara, kandungan silikon di dalam paku ekor kuda dipercaya mampu membantu mengurangi pengeroposan tulang. Selain itu, tanaman dengan nama latin Equisetum arvense ini juga diduga kuat bisa merangsang regenerasi tulang.

    Meski begitu, sebelum menggunakan kedua obat herbal ini, Anda perlu memastikan terlebih dahulu keamanan dari penggunaannya. Lebih baik tanyakan kepada dokter apakah aman menggunakan obat-obatan herbal dalam pengobatan osteoporosis.

    Hindari penggunaan obat-obatan tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu, baik obat kimia maupun obat herbal, demi keamanan dan kesehatan tulang Anda. Selain itu, dokter juga akan menyarankan Anda untuk menerapkan gaya hidup sehat untuk kesehatan tulang selama menjalani pengobatan untuk osteoporosis.

    Gaya hidup sehat yang bisa Anda lakukan termasuk melakukan senam sehat untuk osteoporosis dan mengonsumsi makanan penguat tulang.  Dengan begitu, pengobatan mungkin akan berjalan lebih efektif, dan risiko mengalami komplikasi osteoporosis seperti patah tulang juga bisa dihindari.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 09/11/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan