backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Alergi Pembalut, dari Gejala Hingga Tips Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    Mengenal Alergi Pembalut, dari Gejala Hingga Tips Mengatasinya

    Pembalut merupakan alat yang dibutuhkan wanita untuk menampung darah pada saat menstruasi atau sehabis melahirkan. Meskipun fungsinya amat penting, ternyata tidak semua wanita bisa memakai pembalut. Bagi beberapa wanita, memakai pembalut justru dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi.

    Apa ciri-ciri dan penyebab alergi pembalut, serta bagaimana cara mengatasinya?

    Ciri-ciri alergi pembalut

    vagina gatal

    Alergi pembalut dapat menimbulkan gejala dengan bentuk dan tingkat keparahan yang beragam. Akan tetapi, ciri-ciri yang paling umum dari alergi ini antara lain:

  • ruam kulit serta gatal-gatal di selangkangan dan vulva (bibir vagina),
  • rasa panas seperti terbakar,
  • keputihan,
  • vagina tampak membengkak,
  • kulit kemerahan, serta
  • timbul benjolan yang terasa gatal.
  • Penyebab alergi pembalut

    telat haid

    Alergi pembalut sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari dermatitis kontak. Ini sebabnya alergi pembalut juga sering disebut sebagai napkin dermatitis, sanitary pad dermatitis, atau pad rash.

    Dermatitis secara sederhana bisa diartikan sebagai peradangan kulit. Pada dermatitis kontak, penyebabnya adalah kontak antara kulit dengan berbagai zat yang bisa memicu alergi (dermatitis kontak alergi) atau iritasi (dermatitis kontak iritan).

    Berbagai bahan yang digunakan untuk membuat pembalut dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi. Namun, masalah kulit akibat pembalut yang murni disebabkan oleh alergi (reaksi sistem imun terhadap zat asing) sebenarnya sangat langka.

    Menurut studi yang dimuat dalam laman National Library of Medicine, kasus alergi murni akibat pembalut diperkirakan hanya sebesar 0,7 persen. Reaksi alergi biasanya disebabkan oleh zat perekat mengandung methyldibromo glutaronitrile (MDBGN).

    Di sisi lain, sebagian besar masalah ruam, iritasi, dan gatal yang dialami pengguna pembalut justru disebabkan karena kontak antara kulit dengan berbagai bahan dalam pembalut. Terkadang, iritasi pun bisa dipicu oleh gesekan pada kulit selangkangan.

    Jika MDBGN adalah pemicunya, berarti pemakaian pembalut menyebabkan kondisi yang disebut dermatitis kontak alergi. Sementara itu, bahan penyebab iritasi dalam pembalut dan gesekan antar kulit menyebabkan dermatitis kontak iritan.

    Bahan-bahan dalam pembalut yang memicu gatal dan iritasi

    cara pakai pembalut

    Menurut dr. Rachna Pande dari Ruhengeri Hospital di Rwanda, pembalut wanita tidak sepenuhnya murni terbuat dari kapas. Banyak produsen pembalut mengklaim bahwa pembalut berisi kapas memiliki kekuatan menyerap darah secara maksimal. Namun, di sinilah letak bahaya dari pembalut.

    Sebagian besar bantalan gel pembalut mengandung dioksin, serat sintetis, dan produk petrokimia. Sebagian kandungan di dalam beberapa merek pembalut pun mengandung plastik yang bisa menimbulkan reaksi tertentu pada vulva.

    Pembalut umumnya juga mengandung infinicel, yakni gel yang mampu menampung sepuluh kali daya berat cairan. Pembalut yang mengandung infinicel jika dibakar akan menghasilkan asap hitam mengepul karena kandungan zat kimia di dalamnya, beda dengan pembalut organik yang terbuat dari 100% kapas.

    Beberapa jenis pembalut juga mengandung zat pewangi. Area selangkangan biasanya terdiri atas kulit sensitif. Bahan pewangi yang mungkin tidak menimbulkan reaksi pada bagian tubuh Anda yang lain bisa saja menyebabkan iritasi pada area ini.

    Cara mengatasi alergi pembalut

    mitos pembalut

    Reaksi alergi dan iritasi yang muncul akibat penggunaan pembalut memiliki dampak besar mengingat produk ini merupakan kebutuhan penting bagi wanita. Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk mengatasinya:

    1. Memilih pembalut organik atau herbal

    Pembalut organik adalah pembalut yang dibuat dari 100% kapas organik. Pembalut herbal atau organik memang tidak dijamin lebih sehat, tapi bahannya kemungkinan bisa mencegah alergi bila dibandingkan dengan pembalut mengandung bahan kimia.

    Gunakan juga pembalut dengan bantalan mengandung bahan hipoalergenik. Produk dengan jenis ini biasanya agak lebih mahal dibandingkan dengan pembalut biasa, tapi mereka akan membantu kulit Anda yang sensitif terhadap pembalut.

    2. Menjaga kebersihan area intim

    Gejala alergi dapat bertambah parah bila kebersihan area intim tidak terjaga dengan baik. Pasalnya, bantalan atau zat perekat pembalut bisa saja menempel pada  permukaan vulva sehingga menimbulkan gatal dan ruam.

    Ganti pembalut setidaknya setiap empat jam sekali, bahkan ketika Anda tidak lagi mengeluarkan banyak darah. Anda pun harus sering membersihkan selangkangan dan vulva selama masa menstruasi, tapi cukup gunakan air dan hindari produk pembersih vagina.

    4. Menggunakan menstrual cup

    Menstrual cup adalah alat penampung darah menstruasi yang dibuat dari sejenis karet dengan bentuk menyerupai corong. Beda dengan pembalut, alat ini tidak mengandung bahan tambahan sehingga risiko alergi dan iritasi jauh lebih kecil.

    Menstrual cup sering jadi pilihan bagi wanita yang sensitif terhadap pembalut karena praktis dan tidak menyebabkan gatal. Jika Anda ingin mencoba alat ini, jangan lupa mensterilkannya dengan merebusnya sebentar sebelum dan setelah pemakaian.

    Apa pun yang berkontak langsung dengan kulit berpotensi menimbulkan reaksi alergi dan iritasi, tidak terkecuali pembalut. Terlebih lagi, pembalut biasanya dipakai selama berjam-jam dalam area intim yang lembap dan rentan.

    Cobalah berkonsultasi dengan dokter bila Anda kerap merasakan gatal ataupun gejala lainnya karena memakai pembalut. Jika Anda terbukti alergi terhadap produk ini, Anda bisa menggunakan produk alternatif dengan risiko alergi yang lebih kecil.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan