Anda mungkin bertanya apakah menopause bisa terjadi pada pria? Pria juga mengalami perubahan hormon seiring bertambahnya usia yang disebut dengan andropause. Ketahui apakah andropause sama dengan menopause pada pria.
Apa itu andropause?
Andropause berakar dari kata Yunani kuno “Andras” (pria) dan “pause” (berhenti).
Andropause atau menopause pada pria adalah sekumpulan tanda menurunnya testosteron pada pria, yang mirip menopause pada perempuan. Kondisi ini terjadi pada usia 40 – 60 tahun.
Namun, andropause pada pria berbeda dengan menopause pada wanita.
Pada wanita, menopause menyebabkan berhentinya ovulasi dan penurunan hormon dalam waktu singkat.
Pada pria, andropause membuat testosteron dan hormon pria lainnya menurun selama bertahun-tahun, secara bertahap. Kondisi ini juga bisa disebut dengan hipogonadisme terkait usia.
Di dunia kedokteran, ada berbagai istilah lain yang diberikan untuk menyebut andropause.
- Klimakterik pada pria.
- Androclise.
- Androgen Decline in Ageing Male (ADAM).
- Partial Androgen Deficiency of the Aging Male (PADAM).
- Sindrom penuaan pria (ageing male syndrome).
Gejala andropause
Jika menopause menyebabkan wanita tidak lagi memproduksi sel telur, perubahan kondisi kesehatan pria ini tidak mengakibatkan terhentinya produksi sel sperma.
Meski kadang tak disadari, penurunan hormon pria ini sebenarnya menimbulkan beberapa gejala khas.
Mengutip studi terbitan Annals of International Medicine (2020), beberapa gejala yang muncul adalah sebagai berikut.
Penyebab dan faktor risiko andropause
Perlu diketahui, hormon testosteron pria menurun sekitar 1,6% per tahun, dimulai pada usia pertengahan 30 tahun.
Selain karena faktor usia, penurunan kadar testosteron ini juga berkaitan dengan tingginya lemak viseral alias lemak yang berada di antara organ.
Lemak ini biasanya terlihat dengan jelas pada perut buncit.
Tumpukan lemak tersebut akan mengacaukan sistem metabolisme, mengganggu hormon insulin, hingga menyumbat pembuluh darah.
Penyumbatan ini akan memengaruhi respons sistem saraf terhadap testosteron.
Ketika tubuh tidak mendeteksi adanya testosteron, akhirnya hasrat dan gairah seksual pun menurun.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko andropause adalah sebagai berikut.
1. Faktor lingkungan
Biasanya kondisi ini dipicu karena tubuh terkena polusi lingkungan serta pengaruh bahan kimia, termasuk bahan pengawet makanan dan limbah.
Penerapan diet dan pola makan yang tidak baik juga bisa menjadi hal pemicu andropause.
2. Faktor dari dalam tubuh
Hal yang merangsang andropause terjadi adalah perubahan hormon pada laki-laki. Inilah jenis hormon pria yang mengalami perubahan.
- Testosteron.
- DHEA (dehidroepiandrosteron).
- DHEA-S (dehidroepiandrosteron sulfat).
- Melatonin.
- GH (Growth Hormone).
- IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1).
- Prolaktin.
3. Faktor psikologis
Stres psikis dan fisik juga menjadi penyebab andropause. Biasanya, pria mengalami stres ketika memasuki masa pensiun.
Perubahan kondisi lingkungan serta sosial menjadi salah satu pemicu stres pada pria paruh baya dan lanjut usia.
4. Faktor risiko lain
Pria yang mengalami penyakit kronis akan cenderung lebih cepat mengalami andropause. Penyakit kronik yang dimaksud adalah sebagai berikut.
- Diabetes melitus.
- Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
- Penyakit artritis inflamasi
- Sindrom metabolik.
- Obesitas.
- Penyakit terkait HIV dan hemokromatosis.
- Kolitis akut.
- Infarksi miokardia.
- Stroke.
- Penyakit ginjal.
Berikut beberapa masalah lainnya yang menjadi faktor risiko andropause.
- Sindrom klinefelter.
- Sindrom noonan.
- Kerusakan testis akibat kecelakaan.
- Penyakit autoimun.
- Pengangkatan testis akibat kanker.
- Trauma pada kepala.
- Operasi kantung empedu.
5. Mengonsumsi obat-obatan tertentu
Ternyata, ada beberapa obat yang memicu penurunan testosteron. Beberapa daftar obat pemicu andropause, yaitu:
- methadone,
- tramadol,
- kortikosteroid,
- benzodiazepine,
- barbiturate, dan
- kemoterapi.
6. Faktor gaya hidup
Aktivitas dan kebiasaan bisa menjadi akar pemicu menopause pada pria.
Hal ini bisa menyebabkan penurunan gairah seksual, suasana hati tidak stabil, dan tidak ada motivasi.
Gaya hidup yang bisa memicu andropause, yaitu:
- pola makan tidak sehat,
- kurang olahraga,
- kurang tidur, dan
- merokok.
Apakah andropause perlu diobati?
Sebenarnya, andropause adalah kondisi yang terjadi secara alami. Namun, Anda bisa melakukan beberapa hal untuk mencegah efek andropause kian parah.
Anda bisa mengonsumsi multivitamin, seperti D serta tambahan kalsium. Ini berguna untuk mengurangi efek kepadatan mineral tulang.
Sementara untuk masalah gairah yang kian menurun, dokter biasanya akan memberikan pengobatan supaya kadar hormon testosteron tetap stabil, entah itu melalui terapi hormon untuk pria atau pemberian obat-obatan.
Lagi-lagi, sebaiknya diskusikan pada dokter Anda sebelum menjalani pengobatan tertentu. Pasalnya, beberapa pengobatan memiliki efek samping bagi tubuh.
Perlu diketahui, terapi testosteron yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker prostat.
Apakah andropause bisa dicegah?
Karena proses ini terjadi secara alami, Anda hanya dapat memperlambat kedatangannya.
Caranya yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, menghindari berbagai paparan polusi dari lingkungan.
Mulai sekarang hindari makan makanan berpengawet, berkalori dan berlemak tinggi sebagai tips mengecilkan perut buncit.
Sebagai gantinya, makan makanan yang penuh gizi dan serat supaya tubuh tetap sehat.
Iringi pola makan sehat dengan olahraga rutin yang membuat tubuh makin kuat.Jangan lupa juga untuk mengelola stres dengan baik.
Bila Anda perlu bantuan, Anda bisa meminta pertolongan dengan teman, keluarga, kelompok pendukung, atau menemui dengan psikolog dan psikiater.
Segeralah berkonsultasi dengan dokter jika penis nyeri, terasa sakit saat kencing, beser, ejakulasi dini, kencing mengejan, atau tidak lancar.
Rangkuman
- Andropause adalah penurunan testosteron seiring bertambahnya usia.
- Kondisi ini dipicu oleh penyakit kronis, trauma pada testis, konsumsi obat, hingga masalah psikologis.
- Gejalanya yang timbul relatif bertahap dan mungkin tak terasa secara signifikan.
- Penurunan testosteron tidak mengurangi jumlah sperma.
- Selain terapi hormon testosteron, pengobatan hanya untuk kendalikan gejala.
[embed-health-tool-bmi]