Ereksi normalnya terjadi saat Anda merasakan rangsangan. Entah itu dari sentuhan, ciuman, melihat, atau membayangkan sesuatu yang menggoda birahi. Namun pada beberapa orang, ereksi bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa rangsangan apa pun hingga bahkan terasa sakit. Kenapa seseorang bisa ereksi tiba-tiba? Yuk, cari tahu jawabannya berikut ini.
Penyebab ereksi tiba-tiba disertai rasa nyeri
Ereksi tidak hanya terjadi pada pria tapi juga wanita. Pada pria, ereksi ditandai dengan menegangnya atau berdirinya penis. Sementara pada wanita, ereksi membuat klitoris jadi membesar dan mengeras. Keduanya terjadi akibat darah mengalir ke area penis atau vagina sehingga ukurannya membesar, memanjang, dan lebih keras.
Ereksi ternyata bisa terjadi tanpa dirangsang lebih dulu dengan hal-hal yang berbau seks. Produksi hormon dalam jumlah besar oleh tubuh juga bisa jadi penyebabnya. Nah, kondisi ini sering disebut juga dengan ereksi spontan dan wajar terjadi.
Namun, Anda perlu mewaspadai jika ereksi tiba-tiba disertai rasa nyeri. Bisa jadi kondisi tersebut menandakan gejala sindrom gairah seksual persisten atau persistent genital arousal disorder (PGAD).
Pada beberapa kasus, orang dengan PGAD akan mengalami ereksi selama berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu. Kondisi ini tentu sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Apa saja gejala PGAD?
Dibanding pria, PGAD lebih sering terjadi pada wanita. Gejala PGAD pada pria adalah ereksi penis tanpa sebab disertai rasa sakit. Sementara pada wanita, tidak hanya klitoris yang akan membengkak. Bagian vagina, bibir vagina, anus, dan puting payudara juga ikut membengkak disertai munculnya sensasi aneh dan rasa gatal.
Selain menegangnya organ intim, beberapa gejala lainnya saat PGAD terjadi, antara lain:
- Wajah dan leher memerah
- Tekanan darah melonjak tinggi dan tidak normal
- Denyut jantung jadi sangat cepat
- Napas terengah-engah
- Otot di seluruh tubuh terasa kejang
- Pandangan jadi kabur
Apa sih penyebab ereksi tiba-tiba disertai rasa nyeri?
Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang mengalami PGAD, seperti adanya tekanan berlebihan pada saraf pudenda di klitoris atau masalah aliran darah yang masuk dan keluar dari penis maupun klitoris.
Pada beberapa kasus, PGAD juga sering terjadi pada orang dengan masalah kejiwaan, seperti depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar tipe I, gangguan obsesif kompulsif, dan lain-lainnya. Selain itu, PGAD juga bisa terjadi pada orang baru saja menjalani operasi otak, efek samping prosedur vasektomi, atau memiliki stroke.
Bagaimana cara meringankan gejala ini?
Mengatasi PGAD harus sesuai dengan penyebabnya. Jika disebabkan oleh masalah jiwa, berarti pasein harus melakukan pengobatan psikis untuk penyakit tersebut. Beberapa cara untuk mengurangi gejala PGAD yang mungkin dilakukan, antara lain:
- Teknik masturbasi hingga orgasme untuk mengurangi gejala. Namun, metode ini tidak selalu ampuh jika dilakukan dalam jangka panjang.
- Mengikuti terapi elektrokonvulsif (ECT) untuk PGAD pada pasien gangguan bipolar atau gangguan kecemasan
- Melakukan TENS atau stimulasi saraf listrik transkutan untuk meredakan nyeri saraf.
- Mengikuti terapi perilaku kognitif untuk mengatasi masalah kejiwaan dengan melatih kemampuan pasien dalam mengendalikan emosi dan memberinya dukungan.
- Minum obat yang diresepkan dokter, seperti antidepresan dan clomipramine untuk mengobati gangguan obsesif kompulsif, gel lignocaine untuk membuat area tubuh tertentu jadi mati rasa, serta fluoxetine untuk mengobati serangan panik dan bulimia.
Berapa Pengeluaran Rokok Anda Sehari?
Hitung dan coba alihkan uang itu untuk aktivitas lain yang membantu kesehatan Anda.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.