backup og meta

Fakta Penting tentang Menumbuhkan Jenggot pada Pria

Fakta Penting tentang Menumbuhkan Jenggot pada Pria

Tren menumbuhkan jenggot kian populer belakangan ini. Namun, tak jarang banyak pria yang gagal setelah berusaha keras untuk menumbuhkannya. Untuk mengenal lebih jauh tentang rambut wajah pada pria ini, simak terlebih dahulu ulasan berikut ini.

Mengenal fungsi jenggot

Jenggot merupakan rambut yang tumbuh pada area sekitar dagu, pipi, dan leher pria. Sebagian orang juga mengenalnya sebagai janggut atau brewok.

Rambut wajah ini akan tumbuh pada pria setelah masa pubertas hingga dewasa. Meski begitu, janggut juga bisa tumbuh pada wanita yang mengidap kelainan hormonal. 

Hirsutisme adalah kelainan hormonal yang memicu pertumbuhan rambut berlebih pada wanita, termasuk pada jenggot dan kumis. Kondisi ini sekiranya memengaruhi 5–10% wanita.

Fungsi jenggot pada pria seringnya dinilai sebagai estetika yang meningkatkan penampilan semata. Umumnya, jenggot juga diasosiasikan sebagai simbol maskulinitas, kebijaksanaan, dan status sosial dalam masyarakat.

Namun, ternyata jenggot memiliki manfaat bagi kesehatan. Berikut adalah beberapa fungsi janggut menurut Dave Harvey, MD, dokter kulit dari Piedmont Healthcare.

  • Melindungi kulit wajah dari kerusakan akibat sinar matahari, di mana hal ini membantu mengurangi risiko perkembangan kanker kulit.
  • Membantu menyaring debu, serbuk sari, dan bakteri berbahaya yang masuk ke dalam sistem pernapasan.
  • Menjaga kehangatan pada wajah terutama untuk orang yang tinggal di daerah yang beriklim lebih dingin.

Meski begitu, sebagian pria lain juga memilih untuk mencukur jenggotnya. Hal ini dikarenakan orang berjenggot dianggap kurang rapi dan memiliki kebersihan yang buruk.

Bagaimana jenggot pada pria bisa tumbuh?

fungsi jenggot

Rambut wajah pria, termasuk janggut dan kumis tumbuh selama masa pubertas. Hal ini akan ditandai dengan pertumbuhan beberapa helai rambut sebelum sisanya tumbuh.

Biasanya, kebanyakan pria memiliki jenggot pada usia 18 atau 19 tahun. Namun, ada pula yang baru memilikinya sampai pertengahan hingga akhir usia 20 tahun atau lebih.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan jenggot pria, di mana dua hal yang paling menentukan adalah hormon dan keturunan.

1. Hormon

Pertumbuhan rambut wajah sebagian besar dipengaruhi oleh kadar hormon testosteron dalam tubuh. Produksi testosteron pria umumnya meningkat selama masa pubertas.

Sebuah studi dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (2017) menyebutkan kadar normal testosteron pria berusia 19 hingga 39 tahun berkisar antara 264–916 mg/dL.

Pria dengan kadar testosteron rendah tentu akan lebih sulit untuk menumbuhkan jenggotnya.

Meskipun begitu, pria dengan kadar testosteron normal sekalipun mungkin juga mengalami kesulitan untuk menumbuhkan rambut wajah mereka.

Hal ini bisa disebabkan oleh kepekaan dan reaksi tubuh yang berbeda terhadap hormon ini.

2. Keturunan

Jenggot pada sebagian pria mungkin tumbuh lebih sedikit meskipun kadar testosteron tergolong normal. Hal ini utamanya dipengaruhi oleh faktor keturunan, genetik, dan etnis.

Untuk melihat peluang memiliki rambut wajah yang lebat, cobalah untuk memperhatikan jenggot yang dimiliki oleh ayah dan kakek dari ibu Anda.

Setiap orang mewarisi gen dari kedua orangtua. Setiap gen akan menimbulkan reaksi berbeda terhadap hormon dihidrotestosteron (DHT) yang mengatur pertumbuhan rambut.

DHT merupakan turunan dari hormon androgen (testosteron) yang mengatur karakterisitik pria.

Janggut akan tumbuh tebal bila gen dalam tubuh sensitif terhadap hormon. Sebaliknya, rambut wajah akan tumbuh lebih tipis bila tubuh Anda tidak sensitif.

Kenapa jenggot tidak tumbuh pada sebagian pria?

kumis dan jenggot tidak tumbuh

Selain faktor hormon dan keturunan, beberapa gangguan juga dapat menjadi penyebab jenggot tidak tumbuh pada sebagian pria.

Kebotakan atau alopecia bisa menyebabkan kerontokan, baik pada kulit kepala maupun rambut pada bagian tubuh lain, termasuk kumis dan janggut.

Alopecia areata adalah jenis kebotakan paling umum yang memicu kerontokan berbentuk bulat.

Meskipun tidak berbahaya bagi kesehatan, alopecia areata bisa menyebabkan kebotakan parah bila tidak segera mendapatkan perawatan.

Dokter umumnya merekomendasikan pengobatan, seperti injeksi atau krim kortikosteroid untuk menangani masalah ini.

Anda memang tidak bisa mengubah faktor genetik dan hormon. Namun, pada dasarnya kondisi kesehatan secara keseluruhan akan memengaruhi pertumbuhan jenggot.

Berikut ini adalah sejumlah perubahan gaya hidup yang bisa Anda lakukan untuk membantu menumbuhkan jenggot lebih cepat.

  • Tetap sabar karena tidak semua pria akan mendapatkan pertumbuhan jenggot secara maksimal pada usia remaja atau sekitar 20 tahunan.
  • Rutin berolahraga untuk meningkatkan aliran darah yang akan membantu merangsang pertumbuhan folikel rambut.
  • Menjaga pola makan sehat dengan memperhatikan asupan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan rambut, seperti protein, zat besi, zinc, dan vitamin.
  • Istirahat dan tidur cukup untuk memberikan waktu tubuh memperbaiki diri, termasuk dalam melepaskan hormon testosteron lebih baik.
  • Mengurangi stres yang bisa menyebabkan kehilangan rambut kepala dan memengaruhi ketebalan pertumbuhan janggut.
  • Mencuci wajah pria dan melakukan eksfoliasi secara rutin untuk membantu menghilangkan sel-sel kulit mati serta kotoran dari sekitar folikel rambut.
  • Mengoleskan pelembap khusus untuk jenggot yang membantu menutrisi rambut dan menjaga kondisinya agar tetap lembut dan lembap.
  • Berhenti merokok karena kebiasaan ini dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan kulit dan rambut.

Hal lain tentang pertumbuhan janggut

Anda juga perlu menghindari penggunaan suplemen atau obat penumbuh jenggot yang dijual bebas sebelum konsultasi dengan dokter. 

Pasalnya, masih sedikit penelitian yang membuktikan keberhasilannya untuk meningkatkan pertumbuhan janggut pada pria.

Apabila Anda merasa kesulitan menumbuhkan rambut wajah karena kadar testosteron rendah, lebih baik konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan suntik hormon testosteron atau minum suplemen tertentu, seperti zat besi. 

Meski begitu, terapi ini tidak menjamin pertumbuhannya akan optimal. Hal ini karena faktor genetik yang sangat menentukan karakteristik rambut wajah yang Anda miliki.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Beard. Encyclopedia Britannica. (2011). Retrieved 17 January 2022, from https://www.britannica.com/topic/beard

Are there health benefits to having a beard?. Piedmont Healthcare. Retrieved 17 January 2022, from https://www.piedmont.org/living-better/are-there-health-benefits-to-having-a-beard

Can’t Grow a Full Beard? There’s an Explanation for That. Cleveland Clinic. (2019). Retrieved 17 January 2022, from https://health.clevelandclinic.org/cant-grow-a-full-beard-theres-an-explanation-for-that/

Excessive Hair Growth (Hirsutism). Cleveland Clinic. (2018). Retrieved 17 January 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14523-excessive-hair-growth-hirsutism

Hair loss types: Alopecia areata overview. American Academy of Dermatology Association. Retrieved 17 January 2022, from https://www.aad.org/public/diseases/hair-loss/types/alopecia

Travison, T., Vesper, H., Orwoll, E., Wu, F., Kaufman, J., & Wang, Y. et al. (2017). Harmonized Reference Ranges for Circulating Testosterone Levels in Men of Four Cohort Studies in the United States and Europe. The Journal Of Clinical Endocrinology & Metabolism, 102(4), 1161-1173. https://doi.org/10.1210/jc.2016-2935

Peters, E., Müller, Y., Snaga, W., Fliege, H., Reißhauer, A., Schmidt-Rose, T., Max, H., Schweiger, D., Rose, M., & Kruse, J. (2017). Hair and stress: A pilot study of hair and cytokine balance alteration in healthy young women under major exam stress. PloS one, 12(4), e0175904. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0175904

Ingprasert, S., Tanglertsampan, C., Tangphianphan, N., & Reanmanee, C. (2016). Efficacy and safety of minoxidil 3% lotion for beard enhancement: A randomized, double-masked, placebo-controlled study. The Journal Of Dermatology, 43(8), 968-969. https://doi.org/10.1111/1346-8138.13312

Leproult, R., & Van Cauter, E. (2011). Effect of 1 week of sleep restriction on testosterone levels in young healthy men. JAMA, 305(21), 2173–2174. https://doi.org/10.1001/jama.2011.710

Versi Terbaru

31/01/2022

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Mengapa Pria Memiliki Puting Susu Meski Tidak Menyusui?

10 Kesalahan Paling Umum Pria Saat Mencukur Jenggot


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 31/01/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan