Penularan tuberkulosis terjadi saat seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri. Namun, tidak semua orang yang tertular akan merasakan gejala tuberkulosis. Bisa jadi orang tersebut mengalami TB laten sehingga tidak menunjukkan gejala apa pun.
Lantas, apa yang dimaksud dengan TB laten? Simak penjelasannya di bawah ini.
Apa itu TB laten?
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit infeksi mematikan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru.
Menurut World Health Organization (WHO), tuberkulosis masuk ke dalam 10 besar penyebab kematian manusia terbesar di dunia. Per tahun, sekitar 1,5 juta orang meninggal akibat TBC.
TB laten adalah infeksi TBC tanpa gejala yang terjadi karena bakteri tuberkulosis berada dalam keadaan dorman atau tidur di dalam tubuh.
Meski terinfeksi bakteri penyebab TBC, seseorang dengan TB laten atau TB nonaktif tidak menunjukkan gejala yang umum dialami pengidap TBC (asimtomatik).
Mereka tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi TBC karena tidak merasa sakit atau mengalami gangguan pernapasan, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada.
Kondisi TB laten dipengaruhi oleh respons kekebalan tubuh yang lebih tahan terhadap infeksi bakteri.
Orang dengan TB nonaktif tidak akan menularkan TBC ke orang lain. Kondisi ini juga tidak bisa dideteksi saat pemeriksaan awal TBC dengan tes kulit.
Penyebab infeksi TB laten
TB laten alias tuberkulosis tanpa gejala terjadi karena bakteri yang masuk ke dalam tubuh berada dalam keadaan dorman atau tidak aktif menginfeksi.
Itu artinya, bakteri tuberkulosis tidak memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel paru-paru yang sehat. Bisa dikatakan juga bakteri ini dalam kondisi “tidur”.
Ada tiga tahap infeksi bakteri TBC, yakni infeksi primer ketika bakteri masuk ke dalam tubuh, infeksi laten, dan infeksi aktif saat bakteri aktif berkembang biak.
Infeksi laten bisa membuat bakteri tertidur selama bertahun-tahun di dalam tubuh. Kondisi ini yang menandakan TB laten.
Sistem imun yang bekerja dengan optimal saat penularan berlangsung dan minimnya jumlah bakteri yang masuk menyebabkan infeksi bakteri penyebab TBC bisa dilawan.
Makrofag, yaitu sel darah putih yang berada di lini pertama perlawanan sistem imun, berhasil membentuk dinding pelindung yang disebut granuloma.
Granuloma inilah yang mampu menghalau bakteri TBC untuk menginfeksi paru-paru sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan apa pun.
Akan tetapi, bila suatu waktu kondisi sistem imun melemah, bakteri TBC yang tertidur ini bisa “terbangun” dan berubah menjadi TB aktif.
Siapa yang berisiko tinggi mengalami TB laten?
Orang yang paling berisiko mengalami TBC perlu melakukan pemeriksaan TB laten. Beberapa kelompok dengan risiko tinggi tersebut adalah sebagai berikut.
- Orang dewasa, remaja, anak-anak, dan balita yang tinggal dengan pasien HIV. Inilah mengapa pasien HIV harus cek TB.
- Balita dan anak-anak berusia di bawah lima tahun yang baru saja melakukan kontak langsung dengan pasien tuberkulosis.
- Orang dengan sistem imun lemah (imunosupresan) dan sering berinteraksi dengan pengidap TBC.
- Orang yang mengidap diabetes melitus dan berinteraksi dengan pengidap TBC.
- Pasien yang memulai pengobatan anti-TNF (Tumor Necrosis Factor) untuk rematik, melakukan dialisis (cuci darah), atau sedang mempersiapkan transplantasi organ.
- Tenaga kesehatan, yaitu dokter dan perawat yang merawat pasien TBC resisten obat (TB-MDR).
Kelompok orang di bawah ini pun memiliki risiko TB laten yang lebih rendah, tetapi disarankan melakukan pemeriksaan TBC.
- Anak-anak di atas usia lima tahun yang HIV-negatif.
- Remaja dan orang dewasa yang melakukan kontak dengan pasien tuberkulosis paru dan kontak dengan pasien tuberkulosis yang resisten terhadap beberapa obat.
- Narapidana di penjara yang terdapat wabah tuberkulosis.
- Imigran dari negara wabah tuberkulosis.
- Pengguna narkoba.
Apakah ada tes untuk mengetahui TB laten?
Kondisi TB laten tidak bisa diketahui begitu saja. Guna mendeteksinya, Anda tidak cukup melakukan tes kulit.
Hasil diagnosis yang lebih pasti baru bisa diperoleh dengan melakukan pemeriksaan yang lebih lengkap, seperti melalui tes darah dan pemeriksaan rontgen dada.
1. Tes kulit tuberkulosis
Tes kulit tuberkulosis atau tes Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan tuberkulin ke kulit pada bagian bawah lengan.
Hasil tes ini sebatas menunjukkan apakah Anda terinfeksi bakteri TBC atau tidak. Infeksi aktif atau nonaktif tidak dapat diketahui melalui pemeriksaan ini.
2. Tes darah
Tes darah untuk TB disebut tes pelepasan interferon-gamma (IGRA). Pemeriksaan ini dilakukan bila tes kulit menunjukkan hasil positif.
Tes IGRA bekerja dengan cara mendeteksi interferon-gamma dalam sampel darah. Hal ini bisa menandakan adanya respons sistem imun terhadap infeksi bakteri tuberkulosis.
3. Tes dahak
Selain itu, dokter juga dapat mengetahui TB laten melalui tes dahak BTA (bakteri tahan asam). Tingkat keakuratan tes ini lebih besar daripada tes kulit TBC.
Sampel dahak yang diambil dari pasien akan diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi keberadaan dan jumlah bakteri tuberkulosis.
4. Rontgen dada
Pemeriksaan ini bertujuan melengkapi diagnosis dari hasil tes kulit dan sputum. Hasil rontgen dada dapat menunjukkan tanda-tanda kerusakan paru yang disebabkan infeksi bakteri TBC.
Pengobatan untuk mencegah TB laten menjadi TB aktif
Sekitar 5–10% orang dengan TB nonaktif akan mengalami TB aktif pada suatu waktu dalam hidupnya. Orang-orang dengan HIV/AIDS paling berisiko tinggi mengalami TB aktif.
Kondisi ini bisa terjadi bila sistem imun orang tersebut menurun sehingga memberikan ruang bagi bakteri untuk berkembang menjadi lebih parah.
Oleh karena itu, orang yang terinfeksi bakteri TBC perlu menjalani perawatan dengan dokter meski tidak merasakan gejala apa pun.
Lain hal dengan TB paru aktif yang pengobatannya juga membantu mencegah penularan TBC, pengobatan TB laten dilakukan untuk mencegah aktifnya infeksi bakteri tuberkulosis.
Beberapa jenis obat yang umumnya digunakan untuk TB laten yaitu isoniazid (INH), rifapentine (RPT), dan rifampisin (RIF).
Dosis dan aturan minum obat antituberkulosis ini akan disesuaikan berdasarkan kondisi setiap orang, kerentanan obat pada sumber infeksi bakteri, dan potensi interaksi obat.
Orang dengan HIV biasanya membutuhkan waktu sembilan bulan untuk bisa mencegah perkembangan menjadi TB aktif.
Sementara untuk kondisi biasa, TB nonaktif bisa sembuh melalui pengobatan ini dalam waktu lebih singkat.
Kesimpulan
- TB laten adalah infeksi TBC tanpa gejala yang terjadi karena bakteri tuberkulosis berada dalam keadaan dorman atau tidur dalam tubuh.
- Kondisi ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh bekerja optimal saat infeksi terjadi atau jumlah bakteri yang menginfeksi terlalu sedikit.
- Ketika sistem imun melemah, TB laten atau TB nonaktif bisa berkembang jadi TB aktif.
- Pengobatan dengan kombinasi isoniazid (INH), rifapentine (RPT), dan rifampisin (RIF) dapat dilakukan untuk mencegah kondisi tersebut.