Alat ventilator umum digunakan dalam pengobatan di rumah sakit. Fungsinya membantu meningkatkan fungsi pernapasan pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan. Namun, terkadang penggunaan alat ini bisa memicu terjadinya gangguan pernapasan yang disebut ventilator associated pneumonia (VAP).
Lantas, apa yang dimaksud dengan VAP? Ketahui selengkapnya di bawah ini.
Apa itu VAP?
Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah jenis penyakit pneumonia yang terjadi pada pasien yang menerima ventilasi mekanis melalui intubasi endotrakeal atau trakeostomi selama lebih dari 48 hingga 72 jam.
VAP merupakan infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit) yang umum di unit perawatan intensif (ICU) dan termasuk dalam jenis hospital acquired pneumonia.
Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada orang yang rentan terhadap penyakit menular, menggunakan ventilasi mekanis, dan tinggal di ICU dalam waktu yang lama
Melansir dari jurnal Springer Nature, kasus VAP memengaruhi antara 5% hingga 40% pasien yang menerima ventilasi mekanis selama lebih dari 2 hari, tergantung pada lingkungan dan gejala yang dialami.
Diagnosis kondisi ini sering kali sulit dilakukan karena gejalanya tidak spesifik. Namun, definisi dan gejala VAP telah berkembang seiring waktu untuk meningkatkan ketepatan dan konsistensi dalam diagnosis.
Pencegahan kondisi ini merupakan fokus utama dalam perawatan pasien yang memerlukan ventilasi mekanis.
Cara pencegahan yang menyeluruh telah terbukti efektif dalam mengurangi kasus VAP di berbagai lingkungan perawatan kesehatan.
Apa saja gejala VAP?
Gejala pneumonia jenis ini dapat bervariasi, tetapi umumnya meliputi kondisi berikut.
- Demam atau hipotermia. Peningkatan suhu tubuh di atas 38°C atau penurunan di bawah 36°C.
- Leukositosis atau leukopenia. Jumlah sel darah putih yang meningkat di atas 12.000/mm³ atau menurun di bawah 4.000/mm³.
- Sekresi trakeal purulen. Produksi dahak yang kental dan berwarna kuning atau hijau, yang menunjukkan adanya infeksi.
- Hipoksemia. Penurunan kadar oksigen dalam darah, yang dapat menyebabkan sesak napas atau peningkatan kebutuhan oksigen melalui ventilator.
- Peningkatan kebutuhan ventilator. Kebutuhan peningkatan dukungan ventilasi mekanis, seperti peningkatan tekanan atau volume, untuk mempertahankan kadar oksigen yang cukup di dalam tubuh.
Penting untuk dicatat bahwa gejala-gejala ini tidak spesifik untuk VAP dan dapat terjadi pada kondisi lain.
Apa penyebab VAP?
Penyebab utama VAP adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi saluran pernapasan bawah. Berikut beberapa patogen yang sering dikaitkan dengan kondisi ini.
Bakteri Gram-negatif
- Pseudomonas aeruginosa.
- Escherichia coli.
- Klebsiella pneumoniae.
- Acinetobacter baumannii.
Bakteri Gram-positif
- Staphylococcus aureus, termasuk strain yang resisten terhadap metisilin (MRSA).
Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya VAP meliputi durasi penggunaan ventilasi mekanis yang lama, lama tinggal di rumah sakit dan unit perawatan intensif (ICU), serta jangka waktu paparan terhadap antibiotik.
Selain itu, perubahan dalam pertahanan saluran napas akibat intubasi endotrakeal dapat mempermudah kolonisasi mikroorganisme patogen, yang kemudian dapat menyebabkan infeksi.
Bagaimana dokter mendiagnosis kondisi ini?
Diagnosis ventilator associated pneumonia umumnya cukup sulit karena gejalanya sering tidak spesifik dan dapat tumpang tindih dengan gejala pneumonia umum atau kondisi lainnya.
Maka dari itu, pemeriksaan biasanya melibatkan kombinasi antara pemeriksaan gejala, radiologis, dan mikrobiologis.
Dalam pemeriksaan radiologis, kondisi ini dapat ditandai dengan adanya bayangan baru atau yang memburuk pada foto rontgen dada. Ini menunjukkan area infeksi atau peradangan di paru-paru.
Sementara itu, pemeriksaan mikrobiologis bisa mendeteksi pneumonia jenis ini jika pemeriksaan kultur dari sekresi saluran napas bawah menunjukkan hasil positif.
Sampel dapat diperoleh melalui aspirasi trakeal, bronkoskopi dengan bronchoalveolar lavage (BAL), atau teknik invasif lainnya.
Kultur kuantitatif dengan jumlah bakteri yang cukup banyak dapat membantu memastikan diagnosis.
Apa pengobatan ventilator associated pneumonia?
Pengobatan pneumonia jenis ini biasanya dimulai dengan pemberian antibiotik empiris yang mencakup spektrum luas untuk menargetkan patogen yang umum terkait dengan VAP.
Pemilihan antibiotik empiris harus mempertimbangkan pola resistensi lokal dan faktor risiko setiap pasien.
Setelah hasil kultur mikrobiologis tersedia, terapi antibiotik harus disesuaikan (de-eskalasi) berdasarkan sensitivitas patogen yang teridentifikasi.
Durasi terapi antibiotik yang optimal untuk VAP biasanya berkisar antara 7 hingga 14 hari, tergantung pada respons klinis pasien dan jenis patogen yang menjadi penyebabnya.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi risiko resistansi antibiotik dan efek samping terkait penggunaan antibiotik jangka panjang.
Penting untuk melakukan pemeriksaan klinis secara berkala dan menyesuaikan metode pengobatan berdasarkan respons pasien dan temuan mikrobiologis.
Adakah cara untuk mencegah VAP?
Pencegahan ventilator associated pneumonia sangat penting untuk mengurangi risiko penularan penyakit, kematian, dan peningkatan biaya perawatan kesehatan.
Umumnya, pencegahan pneumonia jenis ini dapat dilakukan melalui penerapan “VAP bundle care” yang telah terbukti efektif dalam menurunkan kasus VAP. Berikut metode pencegahannya.
- Evaluasi harian kesiapan ekstubasi. Menilai setiap hari apakah pasien siap untuk dihentikan dari ventilasi mekanis guna meminimalkan durasi penggunaan ventilator.
- Profilaksis ulkus stres. Memberikan profilaksis untuk mencegah ulkus stres yang dapat menjadi sumber infeksi.
- Mengatur tekanan cuff endotrakeal. Mempertahankan tekanan cuff endotrakeal ≥20 cmH₂O untuk mencegah kebocoran dan aspirasi mikro.
Selain metode tersebut, ada juga beberapa upaya pencegahan lain yang direkomendasikan, yaitu sebagai berikut.
- Menjaga posisi kepala tempat tidur. Jaga posisi kepala tempat tidur pada sudut 30° hingga 45° dapat mengurangi risiko aspirasi, yang merupakan faktor terjadinya VAP.
- Menjaga kebersihan mulut. Perawatan kebersihan mulut dengan antiseptik, seperti klorheksidin, dapat menurunkan kolonisasi bakteri di orofaring dan mengurangi insiden VAP.
- Drainase sekresi subglotis. Menggunakan endotracheal tube dengan kemampuan drainase sekresi subglotis dapat mencegah akumulasi sekresi di atas cuff, yang dapat mengurangi risiko aspirasi dan infeksi.
- Mengurangi penggunaan sedasi. Membatasi penggunaan obat-obatan sedatif dan agen paralitik yang dapat menekan refleks batuk dan meningkatkan risiko aspirasi.
- Menggunakan probiotik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan probiotik dapat menurunkan risiko VAP dengan menghambat pertumbuhan bakteri patogen di saluran pencernaan.
- Menggunakan endotracheal tube dengan lapisan khusus. Penggunaan endotracheal tube berlapis perak atau dengan modifikasi lain telah diteliti untuk mencegah kolonisasi bakteri dan mengurangi insiden VAP.
Untuk mencapai hasil yang optimal, upaya pencegahan di atas perlu dilakukan sesuai dengan faktor risiko pada masing-masing pasien.
Perawat atau tenaga kesehatan di rumah sakit akan membantu Anda untuk terhindar dari risiko terjadinya gangguan pernapasan tersebut.
Kesimpulan
- Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah infeksi paru-paru yang terjadi pada pasien yang menerima ventilasi mekanis selama lebih dari 48 hingga 72 jam, dengan penyebab utama bakteri Gram-negatif seperti Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae, serta Staphylococcus aureus.
- Pengobatan kondisi ini melibatkan terapi antibiotik empiris yang disesuaikan berdasarkan hasil kultur dan durasi pengobatan.
- Pencegahan VAP dapat dicapai melalui pendekatan berbasis bukti seperti ventilator care bundle, posisi kepala tempat tidur yang tepat, kebersihan mulut dengan antiseptik, dan drainase sekresi subglotis.