Saluran napas berperan penting dalam membawa oksigen ke paru-paru dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Kelancaran fungsi ini sangat bergantung pada jalan napas yang terbuka dan tidak terhalang. Namun, obstruksi jalan napas adalah salah satu kondisi yang bisa menyumbat saluran ini dan mengganggu sistem pernapasan. Ketahui lebih lanjut terkait kondisi ini di ulasan berikut.
Apa itu obstruksi jalan napas?
Obstruksi jalan napas adalah kondisi serius ketika saluran pernapasan tersumbat atau menyempit di bagian atas (tenggorokan), tengah (trakea), atau bawah (saluran ke paru-paru), sehingga udara sulit masuk atau keluar dari paru-paru.
Sumbatan jalan napas bisa terjadi secara mendadak (akut), seperti karena tersedak benda asing, reaksi alergi, atau infeksi tenggorokan, maupun secara bertahap (kronis) karena pembesaran amandel, tumor, atau gangguan tidur seperti sleep apnea.
Ketika saluran napas menyempit, tubuh akan kesulitan mendapatkan oksigen, yang dapat menimbulkan gejala seperti napas berbunyi (ngorok atau “ngik“), suara serak, batuk terus-menerus, hingga wajah pucat atau kebiruan.
Dalam kasus berat, obstruksi saluran napas bisa menyebabkan sesak berat, penurunan kesadaran, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.
Gejala obstruksi jalan napas
Gejala obstruksi saluran napas bisa ringan sampai berat, tergantung seberapa parah dan di mana letak penyumbatan.
Namun, umumnya gejala dapat meliputi kondisi berikut ini.
- Sesak napas.
- Batuk dan mengi.
- Stridor atau stertor, yaitu bunyi napas tinggi atau berat saat menarik napas, terutama pada sumbatan saluran napas atas.
- Suara napas berkurang atau tidak terdengar.
- Warna kebiruan pada kulit, bibir, atau kuku.
- Napas cepat atau dangkal.
- Cemas, gelisah, atau bingung.
- Tersedak, muntah, atau mual.
- Sulit menelan, suara serak, dan air liur berlebih.
- Pingsan atau henti napas/jantung.
Semua gejala ini perlu dikenali dengan cepat, karena obstruksi jalan napas bisa berkembang cepat dan mengancam jiwa.
Penyebab obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang menghambat aliran udara ke paru-paru. Berikut beberapa penyebabnya.
- Benda asing. Sering terjadi pada anak, misalnya kacang, koin, atau baterai, dan dapat menyebabkan sumbatan mendadak.
- Infeksi. Infeksi pada saluran napas atas/bawah seperti epiglotitis, croup, abses leher dalam, pneumonia, maupun infeksi jamur/bakteri/virus sistemik bisa menyebabkan penyumbatan.
- Pembengkakan/edema akibat alergi atau anafilaksis. Respons alergi yang berat dapat menyebabkan pembengkakan akut di area laring/faring.
- Trauma dan cedera saluran napas. Termasuk cedera benda tumpul, luka tusuk, atau luka bakar pada saluran napas atas.
- Iritasi iatrogenik (pascaintubasi/trakeostomi). Prosedur medis bisa menyebabkan stenosis laring, granulasi, atau cedera saluran napas.
- Tumor jinak atau ganas. Pertumbuhan tumor seperti penyakit gondok, lipoma leher, kanker laring/trakea, dan tumor jinak bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
- Kelainan bawaan pada saluran pernapasan. Misalnya laringomalasia, atresia trakea, lengkung aorta ganda, dan kelainan cincin tulang rawan pada bayi.
- Penyakit inflamasi dan autoimun. Kondisi seperti granuloma dan polikondritis kambuhan dapat menyebabkan obstruksi saluran napas tengah.
- Penyakit saluran napas kronis (PPOK dan asma). Pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau asma terjadi peradangan kronis, peningkatan lendir, dan bronkokonstriksi yang menyebabkan obstruksi progresif.
- Tracheomalacia/bronkomalacia dan atelektasis. Dinding saluran napas melemah dan menyebabkan saluran kolaps saat bernapas.
Diagnosis obstruksi jalan napas
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami obstruksi jalan napas, dokter akan melakukan beberapa langkah pemeriksaan.
Pertama-tama, dokter akan bertanya tentang gejala seperti sesak napas, suara napas yang aneh (seperti mengi atau bunyi tinggi), batuk lama, suara serak, atau napas pendek.
Lalu dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama mendengarkan suara napas di dada dan leher.
Guna memastikan penyebabnya, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan, yang meliputi berikut ini.
1. Tes fungsi paru-paru (PFT atau spirometri)
Tes ini mengukur seberapa baik udara bisa keluar dan masuk dari paru-paru. Salah satu bentuknya adalah flow-volume loop, yang bisa menunjukkan lokasi sumbatan (di tenggorokan, trakea, atau bronkus).
Jika hasil tes fungsi paru ini menunjukkan aliran udara sangat terganggu, maka ini bisa jadi tanda obstruksi.
2. Pemeriksaan pencitraan (CT scan atau rontgen)
CT scan dada atau leher sangat membantu untuk melihat secara jelas di mana letak penyumbatan dan seberapa parah kondisinya.
Jenis pemeriksaan ini lebih akurat dibandingkan dengan rontgen biasa.
3. Pemeriksaan langsung dengan kamera kecil (endoskopi)
Dokter bisa memasukkan alat seperti kamera kecil ke saluran napas untuk melihat langsung lokasi dan bentuk penyumbatannya.
Pemeriksaan ini sering dilakukan jika hasil tes sebelumnya menunjukkan ada masalah serius.
Selain untuk melihat, prosedur ini bisa digunakan untuk mengambil sampel atau langsung mengatasi penyumbatan (misalnya dengan balon atau stent).
Pengobatan obstruksi jalan napas
Pengobatan obstruksi saluran napas tergantung pada penyebab, lokasi, dan seberapa parah sumbatannya.
Tujuan utama pengobatan obstruksi jalan napas adalah untuk membuka jalan napas agar udara bisa masuk dan keluar dengan lancar. Berikut beberapa penanganan yang bisa dilakukan.
1. Membuka jalan napas
Jika sumbatan terjadi secara mendadak (misalnya karena tersedak atau reaksi alergi), langkah pertama adalah memberi oksigen dan membuka jalan napas.
Dokter bisa memasukkan selang ke tenggorokan (intubasi) atau membuat lubang di leher untuk bernapas (trakeostomi/cricothyrotomy) jika saluran napas benar-benar tertutup.
2. Bronkoskopi
Jika sumbatan terjadi di bagian tengah (seperti trakea atau bronkus), dokter bisa menggunakan alat seperti kamera kecil (bronkoskopi) untuk melihat dan langsung membersihkan sumbatan.
Ini bisa dilakukan dengan cara mengikis jaringan penyumbat, membuka saluran dengan balon, atau memasang stent (penyangga kecil berbentuk tabung agar saluran tetap terbuka).
3. Stent jalan napas
Melansir dari Current Opinion in Pulmonary Medicine, stent digunakan jika saluran napas sangat sempit atau menyempit kembali setelah dibuka.
Alat ini membantu menjaga jalan napas tetap terbuka dalam jangka panjang.
4. Operasi bedah
Jika sumbatan tidak bisa diatasi dengan alat, dokter bisa melakukan operasi pengangkatan bagian saluran napas yang rusak atau menyempit.
Ini terutama jika penyebabnya adalah tumor, jaringan parut, atau kelainan bawaan.
5. Penanganan sleep apnea
Pada kondisi seperti sleep apnea (saluran napas tertutup saat tidur), pengobatannya bisa berupa:
- alat bantu napas CPAP,
- operasi ringan seperti mengatur posisi tulang dan otot tenggorokan, atau
- memasang alat khusus untuk merangsang otot agar tidak menutup saat tidur.
Pada dasarnya, obstruksi jalan napas dapat pulih atau dikontrol dengan baik, terutama jika disebabkan oleh kondisi akut atau jika penanganan medis diberikan secara tepat dan cepat.
Untuk penyebab kronis, terapi dapat memperbaiki kondisi dan meningkatkan kualitas hidup, meski mungkin diperlukan pemantauan dan perawatan lanjutan.
Kesimpulan
- Obstruksi jalan napas adalah kondisi saat saluran pernapasan tersumbat atau menyempit sehingga mengganggu aliran udara ke paru-paru.
- Kondisi ini bisa bersifat mendadak atau berlangsung lama, dengan penyebab yang bervariasi seperti tersedak, infeksi, alergi, tumor, atau kelainan struktur saluran napas.
- Gejalanya bisa berupa sesak napas, napas berbunyi, batuk, hingga kehilangan kesadaran.
- Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes paru, pencitraan, dan endoskopi.
- Pengobatannya tergantung penyebab dan tingkat keparahan, bisa berupa tindakan darurat, terapi medis, hingga operasi.