Tingkat pernapasan adalah jumlah napas yang Anda ambil per menit. Ukuran tersebut dapat dipengaruhi oleh usia seseorang hingga aktivitas fisik yang dilakukan. Ketika Anda mengalami bradipnea, tingkat pernapasan Anda menjadi lebih rendah daripada rata-rata tingkat pernapasan normal. Kondisi itu bisa saja membahayakan nyawa Anda. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui gejala dan penyebab bradipnea di bawah ini.
Apa itu bradipnea?
Bradipnea atau bradypnea adalah kondisi yang menandakan tingkat bernapas berkurang drastis dan melambat, sehingga total napas per menit jauh di bawah angka rata-rata normal.
Bradipnea merupakan salah satu kondisi yang dapat menandakan adanya kondisi penyakit lain yang mungkin harus diwaspadai.
Kondisi ini umumnya sering terjadi ketika Anda sedang tertidur atau bangun.
Namun, bradipnea berbeda dengan sleep apnea (pernapasan berhenti sejenak ketika tidur) ataupun dispnea (napas terengah-engah atau sesak napas).
Proses pernapasan melibatkan banyak organ di dalam tubuh, tidak hanya saluran pernapasan.
Batang otak juga berperan untuk mengontrol pernapasan dengan cara mengirimkan sinyal ke sumsum tulang belakang sampai ke otot yang bertugas membawa oksigen ke paru-paru.
Kemudian, pembuluh darah bertugas memeriksa jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah untuk disesuaikan dengan tingkat pernapasan.
Menurut pakar dari John Hopkins Medicine, tingkat pernapasan normal pada orang dewasa berkisar antara 12—16 kali napas per menit.
Jika melakukan aktivitas berat, tingkat pernapasan normal dapat meningkat hingga 45 kali napas per menit.
Sementara itu, menurut dokter dari Children’s Hospital of Philadelphia, tingkat pernapasan normal pada bayi adalah 40 kali per menit dan dapat melambat menjadi 20 kali napas per menit saat tidur.
Bila tingkat pernapasan berada di bawah atau lebih dari angka yang ditentukan dan terjadi saat tidak melakukan aktivitas, ini bisa menjadi tanda adanya masalah medis pada tubuh.
Apa gejala bradipnea?
Selain napas pendek, gejala bradipnea lain tergantung pada penyebab dan pemicunya. Berikut gejala pengiring bradipnea yang bisa muncul.
- Penyalahgunaan opioid dapat menunjukkan gejala berupa gangguan tidur, gugup, mual, sembelit, hingga napas menjadi lambat.
- Hipotiroidisme dapat menyebabkan kelelahan, terlalu sensitif dengan dingin, kenaikan berat badan, sembelit, depresi, nyeri otot, kulit terasa kasar, hingga sakit dan mati rasa pada tangan dan jari.
- Jika bradipnea disebabkan oleh keracunan, Anda mungkin akan merasakan mual, muntah, diare, sakit kepala, hilang penglihatan, hingga kejang.
- Cedera di bagian kepala dapat menyebabkan kehilangan daya ingat sementara, kebingungan, linglung, sulit mengingat, sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, hingga mual dan muntah.
Napas yang tiba-tiba melambat drastis dapat mengancam nyawa Anda.
Oleh karena itu, penting untuk segera menghubungi dokter jika mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas. Anda bisa memeriksa gejala yang Anda rasakan di sini.
Apa saja penyebab bradipnea?
Bradipnea yang umumnya terjadi saat tidur atau bangun tidur bisa disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti berikut ini.
1. Menggunakan opioid
Opioid merupakan zat penghilang rasa sakit yang menyebabkan kecanduan tingkat tinggi. Zat ini sering disalahgunakan sehingga penggunaannya di beberapa negara tidak diperbolehkan.
Opioid memengaruhi reseptor yang ada di otak sehingga dapat memperlambat tingkat pernapasan.
Efek sampingnya dapat mengancam jiwa dan menyebabkan napas berhenti total, terutama pada orang yang memiliki sleep apnea obstruktif dan penyakit paru.
Beberapa opioid yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin, kodein, hidrokon, dan oksikodon.
Risiko efek samping jadi lebih besar jika obat ini digunakan bersamaan dengan rokok, alkohol, atau obat penenang.
2. Hipotiroidisme
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar pada tubuh, yang memiliki banyak fungsi penting, salah satunya memproduksi hormon.
Hipotiroidisme adalah gangguan pada kelenjar tiroid yang menyebabkan produksi hormon menjadi kurang aktif.
Akibatnya, kadar hormon menurun dan bisa memperlambat berbagai proses dalam tubuh, termasuk pernapasan.
Kondisi ini dapat melemahkan otot-otot pernapasan dan menyebabkan kapasitas oksigen di paru-paru menjadi berkurang. Hal itu dapat menyebabkan bradipnea.