backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Perbedaan Penyakit Emfisema dan Empiema

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 26/10/2021

    Perbedaan Penyakit Emfisema dan Empiema

    Emfisema dan empiema adalah penyakit yang menyerang paru-paru. Meski namanya hampir sama, kedua istilah tersebut merujuk pada dua kondisi yang sangat berbeda. Simak penjelasannya di bawah ini untuk mengetahui perbedaan di antara emfisema dan empiema.

    Mengenal emfisema dan empiema

    Emfisema adalah sebuah kondisi ketika alveoli, kantung udara yang ada pada paru-paru, mengalami kerusakan.

    Setiap paru-paru memiliki sekitar 300 juta alveoli. Saat Anda menghirup udara, alveoli meregang untuk menarik oksigen masuk dan mengangkutnya ke dalam darah. Lalu ketika Anda menghembuskan napas, alveoli menyusut untuk mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

    Pada orang-orang dengan emfisema, alveoli yang rusak lama kelamaan akan hancur. Akibatnya, udara yang tersumbat akan terperangkap dalam paru-paru, sehingga tidak ada ruang bagi oksigen untuk masuk.

    Pasien yang memiliki emfisema umumnya juga memiliki bronkitis kronis. Keduanya dapat menimbulkan penyakit paru obstruktif.

    Sementara empiema merupakan kumpulan nanah pada ruang pleura, rongga antara paru-paru dan permukaan bagian dalam dinding dada.

    Kondisi ini dapat muncul bila infeksi bakteri dalam paru-paru tidak segera diatasi. Kemudian, cairan pleura pun menumpuk dan turut terinfeksi. Cairan pleura yang semakin menebal membuat area pleura saling menempel dan menciptakan kantung nanah.

    Semakin banyak kantung nanah yang terbentuk, maka paru-paru akan semakin tertekan dan menimbulkan sesak napas atau nyeri.

    Perbedaan penyebab emfisema dan empiema

    Kebiasaan merokok adalah faktor utama yang menyebabkan emfisema. Merokok tidak hanya merusak jaringan paru-paru tetapi juga mengiritasi saluran udara.

    Zat-zat yang ada di dalam rokok dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada silia yang melapisi saluran bronkial. Akibatnya, saluran udara membengkak dan produksi lendir meningkat. Saluran udara jadi lebih lebih sulit dibersihkan sehingga membuat penderitanya sesak napas.

    Tak hanya kebiasaan merokok, paparan polutan di tempat kerja atau luar ruangan, faktor genetik, serta usia juga bisa menjadi pemicunya.

    Sedangkan, empiema umumnya terjadi sebagai komplikasi dari penyakit pneumonia karena infeksi bakteri pada paru-paru. Pneumonia yang gagal diobati dapat berkembang menjadi empiema. Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah Streptococcus, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas. 

    Penyebab lain empiema meliputi pelebaran saluran udara paru-paru secara abnormal (bronkiektasis), gumpalan darah dalam jaringan paru-paru, komplikasi akibat infeksi setelah operasi dan endoskopi, dan tuberkulosis.

    Anda lebih rentan terkena penyakit ini bila Anda menderita diabetes, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, memiliki refluks asam, atau melakukan kebiasaan minum alkohol berlebihan.

    Apa perbedaan gejala antara emfisema dan empiema?

    Kedua kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang serupa. Beberapa persamaan yang dapat dialami oleh pasien dengan emfisema dan empiema meliputi:

    • sulit bernapas, terutama saat melakukan aktivitas fisik,
    • nyeri dada,
    • kegelisahan sebab tidak bisa menghirup udara yang cukup,
    • batuk terus-menerus, dan
    • merasa lemah dan tidak berenergi.

    Bedanya, orang-orang yang memiliki penyakit emfisema biasanya juga mengalami perubahan penampilan tubuh berupa tampilan dada yang terlihat lebih menonjol dan bundar. Kondisi ini disebut barrel chest.

    Barrel chest dapat terjadi akibat adanya penumpukan udara dalam dada. Pasien yang mengalami gejala ini berarti sudah memasuki emfisema tahap lanjutan.

    Gejala awal emfisema seringkali tidak terasa sampai jaringan alveoli paru-paru hancur hingga 50% atau lebih. Satu-satunya tanda pada awal penyakit hanyalah sesak napas dan kelelahan yang kerap disalahartikan sebagai penyakit lain.

    Maka dari itu, Anda bisa saja telah mengalami emfisema selama bertahun-tahun sebelum mulai menyadari gejalanya.

    Sementara itu, pasien yang memiliki penyakit empiema bisa merasakan gejala berupa demam. Batuk karena empiema juga kerap diikuti dengan keluarnya dahak yang mengandung nanah.

    Banyak pasien empiema yang baru berobat atau periksa ke dokter setelah 15 hari mengalami gejala.

    Bagaimana perbedaan dalam pengobatan keduanya?

    Sampai saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan emfisema. Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk meringankan gejala dan memperlambat kerusakan pada alveoli. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan keparahan penyakitnya.

    Berbeda dengan emfisema, tujuan pengobatan empiema adalah menyembuhkan infeksi dan menghilangkan kumpulan nanah dari paru-paru. Setelah pengobatan, orang-orang dengan empiema bisa sembuh total.

    Pada penyakit emfisema, jenis pengobatan bisa meliputi pemberian obat-obatan, terapi, dan operasi. Biasanya obat-obatan yang digunakan adalah obat bronkodilator dan obat anti-inflamasi.

    Obat bronkodilator berfungsi untuk meredakan batuk dan sesak napas dengan mengendurkan otot-otot di sekitar saluran udara. Sedangkan obat anti-inflamasi bekerja untuk mengurangi peradangan di saluran udara.

    Terkadang, dokter menyarankan pasien untuk menjalani terapi oksigen. Biasanya terapi ini dilakukan oleh pasien yang tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup ke darah, sehingga perlu mendapatkan lebih banyak oksigen melalui mesin.

    Bila kondisi Anda mengharuskan untuk operasi, dokter dapat melakukan prosedur pengurangan volume paru guna mengangkat sebagian jaringan paru-paru yang sakit. Ini dilakukan dengan tujuan mengurangi tekanan pada otot pernapasan dan meningkatkan elastisitas paru-paru.

    Sedangkan dalam mengobati empiema, biasanya dokter akan memberikan obat antibiotik untuk melawan bakteri. Antibiotik bisa diberikan dengan cara diminum atau dimasukkan langsung ke pembuluh darah melalui infus.

    Selain itu, pasien juga harus menjalani prosedur drainase dada untuk mengeluarkan nanah yang ada dalam paru-paru. Prosedur ini melibatkan pengeluaran cairan lewat selang plastik yang dimasukkan melalui dinding dada.

    Jika kondisi pasien tidak kunjung membaik meski sudah melakukan dua pengobatan sebelumnya, dokter dapat melakukan pembedahan untuk menghilangkan lapisan pleura yang menebal agar paru-paru dapat bekerja seperti sedia kala.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 26/10/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan