Gusi adalah jaringan yang berperan penting untuk menahan gigi supaya tetap berada di posisi yang sesuai. Jika Anda mengalami penyakit gusi, besar kemungkinan gigi Anda juga merasakan dampaknya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Gusi adalah jaringan yang berperan penting untuk menahan gigi supaya tetap berada di posisi yang sesuai. Jika Anda mengalami penyakit gusi, besar kemungkinan gigi Anda juga merasakan dampaknya.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali penyakit gusi sedini mungkin sehingga Anda bisa mendapatkan perawatan terbaik.
Penyakit gusi atau gum disease adalah kondisi saat gusi meradang atau terinfeksi. Kondisi ini biasanya ditandai dengan pembengkakan pada gusi, perdarahan dari mulut, dan bau mulut.
Sebagian besar penyakit gusi berawal dari kebersihan gigi dan mulut yang tidak terjaga.
Namun, seseorang orang dengan diabetes, penyakit autoimun, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol berisiko lebih besar untuk mengalaminya.
Meski awalnya hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, gum disease yang dibiarkan bisa bertambah parah dan menimbulkan berbagai komplikasi.
Secara garis besar, penyakit gusi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gingivitis atau radang gusi dan periodontitis atau infeksi gusi serius.
Supaya tidak salah menentukan pengobatannya, simak penjelasan mengenai macam-macam penyakit gusi berikut ini.
Radang gusi atau gingivitis adalah bentuk gum disease yang paling sering ditemukan. Di antara jenis penyakit gusi lainnya, gingivitis adalah yang paling ringan.
Gejalanya yaitu gusi bengkak, memerah, dan sedikit nyeri. Peradangan biasanya juga membuat gusi mudah berdarah, terutama ketika terkena sikat gigi.
Penyebab utama gingivitis adalah plak atau sisa makanan yang sudah bercampur dengan bakteri di dalam mulut.
Karena disebabkan oleh plak, beberapa kasus gingivitis dapat diatasi dengan cara rumahan, seperti menggosok gigi, menggunakan benang gigi, hingga memakai obat kumur yang mengandung antiseptik.
Sementara itu, perawatan gingivitis di dokter gigi biasanya cukup dilakukan dengan scaling dan root planing untuk membersihkan plak dan karang gigi serta mencegah infeksi.
Infeksi gusi atau periodontitis adalah penyakit gusi lanjutan akibat gingivitis yang tidak segera diatasi.
Pada tahap ini, bakteri tidak hanya membentuk plak, tetapi juga mulai merusak tulang penyangga gigi sehingga bau mulut akan semakin menyengat.
Keberadaan bakteri tersebut secara perlahan akan melonggarkan gigi dari gusi sehingga terbentuk celah di antara gusi dan gigi.
Celah ini kemudian akan menjadi tempat sempurna untuk pembentukan plak karena tidak terjangkau sikat gigi.
Karena hal tersebut, periodontitis perlu diatasi oleh dokter gigi. Dokter akan melakukan scaling gigi dan root planing untuk mengeluarkan plak dari celah gigi dan gusi.
Pada dasarnya, periodontitis agresif dan periodontitis kronis adalah dua penyakit gusi yang sama.
Namun, perkembangan infeksi pada periodontitis agresif bisa 3–4 kali lebih cepat dibandingkan dengan tipe kronis. Hal ini bahkan bisa meningkatkan risiko komplikasi berupa gigi copot.
Selain gejala penyakit gusi pada umumnya, gejala lain yang mungkin dialami seseorang dengan periodontitis agresif adalah gusi bernanah atau mulut berasa logam.
Meski bisa terjadi pada siapa saja, buku berjudul Periodontologi dan Implantologi Gigi menyebutkan bahwa periodontitis agresif lebih banyak ditemukan pada orang berusia di bawah 30 tahun.
Untuk mengobati periodontitis agresif, dokter biasanya melakukan scaling atau memberikan antibiotik. Namun, jika celah gusi dan gigi sudah terlalu lebar, dokter bisa menyarankan cabut gigi atau pembedahan.
Meski penyebab utama gum disease adalah kebersihan gigi dan mulut yang buruk, kondisi ini juga bisa menjadi gejala penyakit lain.
Masalah pada gusi yang berkembang karena penyakit tertentu disebut periodontitis sistemik. Sistemik artinya penyakit ini memengaruhi keseluruhan tubuh, bukan hanya satu organ.
Beberapa penyakit yang dapat memunculkan komplikasi berupa periodontitis adalah diabetes, penyakit jantung, penyakit Alzheimer, kanker usus besar, dan infeksi saluran pernapasan.
Selain gejala khas periodontitis, gum disease yang bersifat sistemik biasanya juga disertai gejala lain terkait penyakit yang mendasarinya.
Jenis gum disease selanjutnya adalah periodontitis nekrotikans. Sesuai namanya, penyakit ini ditandai dengan kematian (nekrosis) jaringan periodontal, seperti gingiva, ligamen periodontal, dan tulang alveolar.
Nekrosis jaringan akibat infeksi bakteri akan menimbulkan nyeri gusi yang cukup kuat, perdarahan, hingga gigi lepas. Beberapa orang mungkin juga mengalami demam.
Masalah gusi ini paling banyak ditemukan pada seseorang dengan HIV, imunosupresi (penurunan sistem kekebalan tubuh), dan malnutrisi.
Dibandingkan jenis masalah gusi lainnya, periodontitis nekrotikans adalah penyakit gusi yang paling jarang ditemukan.
Anda perlu segera pergi ke dokter gigi jika gingivitis sudah berkembang menjadi periodontitis. Pasalnya, pada tahapan ini, plak sudah tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi dua kali sehari.
Sayangnya, peradangan pada gusi sering kali tidak disadari karena gejalanya tidak spesifik. Gingivitis yang ringan bahkan bisa membaik dengan sendirinya.
Anda patut curiga gingivitis telah berkembang menjadi periodontitis ketika nyeri atau pembengkakan gusi masih terus terjadi meski Anda sudah gosok gigi dengan benar.
Namun, terlepas dari macam-macam penyakit gusi di atas, Anda sebaiknya tetap mengunjungi dokter gigi secara rutin, minimal enam bulan sekali.
Dengan begitu, dokter bisa mengamati kondisi gusi Anda dan langsung melakukan perawatan jika memang dibutuhkan.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar