Salah satu gangguan mental serius yang umum menyerang orang lanjut usia atau lansia yakni delirium. Meski dampaknya fatal, kondisi ini masih bisa dicegah pada orang yang berisiko.
Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Salah satu gangguan mental serius yang umum menyerang orang lanjut usia atau lansia yakni delirium. Meski dampaknya fatal, kondisi ini masih bisa dicegah pada orang yang berisiko.
Delirium adalah penyakit mental serius yang membuat seseorang mengalami kebingungan dan tidak mampu memerhatikan lingkungan sekitar.
Pengidapnya kerap tidak bisa berpikir dan mengingat dengan jelas sehingga mudah teralihkan.
Gangguan ini umumnya terjadi tiba-tiba, cepat, dan sementara. Pengidapnya bisa merasa kebingungan dalam beberapa jam atau hari, yang mungkin datang dan pergi.
Terkadang, disorientasi yang timbul kerap kali sulit dibedakan dengan gejala demensia. Terlebih lagi, kondisi ini lebih berisiko terjadi seiring pertambahan usia.
Perlu dipahami bahwa delirium tergolong kondisi yang lebih serius. Pengidapnya bahkan butuh menjalani rawat inap di rumah sakit.
Meski begitu, gangguan mental ini masih bisa diobati dengan perawatan medis yang diberikan.
Para ahli membagi delirium ke dalam tiga jenis berdasarkan tanda dan gejala yang ditunjukkan.
Gangguan ini menimbulkan perubahan perilaku yang sangat jelas, seperti kegelisahan, agitasi atau mudah marah, perubahan suasana hati yang cepat, dan halusinasi.
Kebalikan dari hiperaktif, jenis delirium ini menunjukkan perilaku tidak aktif, yakni berkurangnya aktivitas motorik, kelesuan, rasa kantuk tidak normal, linglung, atau lambat merespons.
Meski begitu, delirium hipoaktif merupakan yang paling sering terjadi dan sulit terdeteksi. Diperkirakan kasusnya mencapai 75% dari seluruh pengidap gangguan mental ini.
Sesuai namanya, delirium campuran ditandai dengan gejala hiperaktif dan hipoaktif secara bergantian.
Pengidapnya bisa menjadi sangat agresif dan aktif selama satu menit, tetapi selanjutnya tampak lesu atau mengantuk pada menit berikutnya.
Tanda dan gejala delirium umumnya muncul secara mendadak dan cenderung memburuk dalam beberapa jam atau hari.
Terkadang, gejala muncul naik-turun sepanjang hari, yang cenderung lebih buruk pada malam hari dan kerap diikuti dengan periode tanpa gejala.
Dikutip dari Cleveland Clinic, gejala utama delirium adalah kebingungan. Itu artinya, pengidapnya mungkin mengalami hal-hal berikut ini.
Pengidap delirium juga bisa menunjukkan gejala fisik, termasuk tremor dan kehilangan kontrol terhadap usus atau kandung kemih (inkontinensia).
Mungkin ada tanda dan gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda merasa khawatir terhadap gejala tertentu, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Delirium adalah kondisi yang terjadi saat proses pengiriman dan penerimaan sinyal saraf di otak terganggu. Berbagai faktor bisa membuat otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang mungkin menjadi penyebabnya.
Apabila Anda melihat orang terdekat Anda mengalami gejala delirium, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menentukan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Dokter akan mendiagnosis setelah melihat gejala dan riwayat kesehatan pasien. Untuk makin menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan serangkaian tes berikut ini.
Langkah pertama yang dilakukan dokter untuk mengobati delirium adalah menangani kondisi medis yang menyebabkan gangguan mental ini.
Sebagai contoh, menghentikan penggunaan obat-obatan tertentu, mengobati infeksi, maupun mengatasi malnutrisi yang terjadi.
Dengan mengobati penyebabnya, diharapkan pengidap bisa untuk kembali pulih sepenuhnya.
Pengidap masalah ini mungkin juga membutuhkan pengobatan lain yang berfokus untuk mengatasi gejala. Berikut ini beberapa metode pengobatan yang biasa dilakukan.
Pada kondisi yang parah, pengidap delirium bisa saja memerlukan rawat inap. Masa pemulihan kondisi ini bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu atau terkadang berbulan-bulan.
Selalu konsultasikan dengan dokter Anda untuk mengetahui prosedur penanganan yang tepat.
Berikut ini beberapa perubahan gaya hidup yang dapat membantu Anda merawat orang terdekat yang berisiko mengidap kondisi ini.
Apabila ada pertanyaan, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik dari masalah Anda.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar