backup og meta

Kegunaan Suntik Silikon dan Bahaya yang Mengintai di Baliknya

Kegunaan Suntik Silikon dan Bahaya yang Mengintai di Baliknya

Suntik silikon bukan lagi sesuatu yang asing dalam dunia kecantikan. Namun, sejak kemunculan pertamanya hingga kini suntik silikon masih menuai pro dan kontra.

Apa saja kegunaan dan bahaya prosedur ini? Simak jawabannya dalam ulasan berikut.

Apa itu suntik silikon?

suntik silikon

Selama lebih dari lima puluh tahun, suntik silikon telah digunakan secara umum untuk berbagai keperluan kosmetik.

Tidak sedikit yang akhirnya memilih mengikuti tren membesarkan bibir, payudara, bokong, hingga penis demi meraih bentuk tubuh ideal dengan suntik silikon

Silikon sendiri merupakan suatu polimer alias zat sintetis dengan fungsi yang beragam. Sifatnya permanen dan tidak dapat terurai.

Suntik silikon berbeda dengan implan silikon. Implan silikon merupakan suatu kantong berbentuk cakram yang berisikan bahan cair.

Pada prosedur pembesaran payudara, dokter membuat sayatan pada payudara untuk memasukkan implan ini ke dalamnya.

Sementara itu, suntik silikon melibatkan penggunaan silikon dalam bentuk cair.

Silikon cair, yang juga dikenal sebagai minyak silikon, memiliki konsistensi yang mirip dengan oli motor. 

Saat dokter menyuntikkan silikon cair ke dalam kulit, tubuh Anda akan bereaksi karena menganggapnya sebagai zat asing.

Sistem imun akan mengirimkan sel darah putih dan memulai reaksi peradangan untuk melawannya. Namun, sel-sel imun tidak bisa menghancurkan silikon.

Sebagai gantinya, tubuh akan “mengamankan” silikon dengan membungkusnya dalam jaringan kolagen. Kolagen menjaga silikon tetap pada tempatnya.

Kegunaan suntik silikon

Penggunaan silikon cair juga terbukti dapat memperbaiki sejumlah masalah kosmetik seperti bekas jerawat dan operasi hidung nonbedah.

Suntikan silikon cair juga dapat mengisi massa lemak yang hilang dari jaringan akibat AIDS.

Praktisi suntik silikon umumnya juga memilih silikon cair karena harganya jauh lebih terjangkau.

Tidak bisa dipungkiri, material ini lebih terjangkau ketimbang bahan filler (pengisi) lain seperti kolagen atau restylane (gel dari asam hialuronat).

Selain itu, penggunaan silikon cair lebih mudah. Efeknya pun permanen dan dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Apakah suntik silikon aman?

Kendati penggunaan silikon cair tergolong legal, perdebatan mengenai keamanannya masih berlangsung hingga sekarang.

Pihak yang pro menganggap prosedur ini aman selama dilakukan di bawah pengawasan dokter dengan bahan berkualitas tinggi.

Jika menilik dari segi keamanannya, efek sampingnya pun hanya terjadi pada kurang dari 1% pasien.

Meski begitu, FDA US tidak menyetujui penggunaan suntik silikon cair ataupun gel untuk mengurangi kerutan atau memperbesar anggota tubuh mana pun.

FDA membatasi penggunaan implan silikon hanya untuk wanita yang menjalankan prosedur rekonstruksi payudara setelah operasi kanker payudara dan pembesaran payudara dengan alasan kosmetik.

Efek samping suntik silikon

Meski belum ada laporan ilmiah yang membuktikan suntik silikon menyebabkan komplikasi, sejumlah penelitian menunjukkan dampak negatif prosedur ini.

Salah satunya ialah pembentukan granuloma yang langka, tapi sangat mungkin terjadi.

Granuloma merupakan penumpukan sel darah putih atau jaringan lainnya pada suatu bagian tubuh.

Penumpukan ini terjadi akibat reaksi sistem imun terhadap benda asing yang memasuki tubuh. Dalam hal ini, benda asing tersebut adalah silikon cair.

Jika sewaktu-waktu terjadi kebocoran silikon, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi dengan menyerang zat asing ini.

Karena tubuh Anda tidak bisa menghancurkan silikon, tubuh akan mengumpulkan sel darah putih dan jaringan lainnya menjadi granuloma.

Selain pembentukan granuloma, FDA US mengingatkan efek samping lainnya dari suntik silikon. Berikut beberapa contohnya.

  • Nyeri, infeksi, atau peradangan pada area tubuh yang disuntik dengan silikon.
  • Migrasi (perpindahan) silikon ke bagian tubuh yang lain.
  • Silikon tampak semakin jelas sehingga tekstur kulit terlihat tidak rata. Hal ini terjadi karena kulit menipis seiring pertambahan usia.
  • Kecacatan pada anggota tubuh yang terdampak.
  • Bekas luka yang lebih besar bila terjadi masalah dengan silikon.

Penyuntikan silikon cair merupakan prosedur yang sangat berisiko.

Meski tergolong legal di banyak negara, tidak sedikit pula negara yang melarang prosedur suntik silikon untuk alasan kosmetik.

Jika Anda ingin meningkatkan penampilan dengan prosedur kecantikan, berdiskusilah lebih dulu kepada dokter untuk memahami risikonya.

Hindari prosedur perawatan kulit yang belum jelas keamanannya, terutama bila melibatkan penyuntikan zat tertentu ke dalam tubuh Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

FDA warns about illegal use of injectable silicone for body contouring and associated health risks. (2020). Retrieved 15 November 2021, from https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-warns-about-illegal-use-injectable-silicone-body-contouring-and-associated-health-risks

Wollina, U. (2012). Silicone Injections. Journal Of Cutaneous And Aesthetic Surgery, 5(3), 197. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3483578/

Lixia Z. Ellis, W. (2012). Granulomatous Reaction to Silicone Injection. The Journal Of Clinical And Aesthetic Dermatology, 5(7), 44. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3396457/

Pavicic, T., & Funt, D. (2013). Dermal fillers in aesthetics: an overview of adverse events and treatment approaches. Clinical, Cosmetic And Investigational Dermatology, 295. doi: 10.2147/ccid.s50546

Versi Terbaru

25/11/2021

Ditulis oleh Diah Ayu Lestari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Serba-serbi Filler dari Manfaat hingga Efek Sampingnya

Plus Minus Membesarkan Payudara Dengan Implan Silikon dan Saline


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 25/11/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan