backup og meta

Apa Perbedaan Salep dan Krim untuk Kulit?

Apa Perbedaan Salep dan Krim untuk Kulit?

Ketika berobat ke dokter untuk masalah kulit seperti bekas luka, sering kali Anda diberikan obat luar yang harus dioleskan. Dokter mungkin memberikan obat salep hingga krim. Sebenarnya, apa perbedaan salep dan krim?

Perbedaan salep dan krim

Salep dan krim merupakan salah satu jenis obat topikal atau obat untuk pemakaian luar saja. Hal ini berarti obat hanya bisa dioleskan di kulit, bukan diminum atau disuntik. 

Meski sama-sama dioleskan, ternyata salep dan krim ini memiliki perbedaan. Apa saja?

1. Kandungan penyusun

krim pemutih wajah

Salep biasanya mengandung sedikit air, bahkan tanpa air sama sekali. Sebagian besar kandungannya tersusun atas 80% minyak. 

Minyak yang sering digunakan untuk menyusun salep, yaitu parafin, lanolin, beeswax, atau minyak nabati.

Sementara itu, kandungan air pada salep relatif lebih banyak daripada salep. Perbandingan campuran minyak dan air pada salep, yaitu 1:1.

2. Tekstur

Perbedaan salep dan krim terletak pada teksturnya. Salep memiliki tekstur yang sangat pekat dan kental. 

Mengutip situs Dermnet NZ, salep bahkan bisa dianggap memiliki tekstur semi-padat. Artinya, cairan yang ada pada salep cenderung membentuk benda padat.

Sementara itu, tekstur krim tidak sekental dan sepekat salep. Meski begitu, teksturnya cenderung stabil, mirip dengan body butter.

Dalam hal ini, krim tidak bisa mengalir dan bentuknya relatif sama saat sebelum atau setelah diberi tekanan.

3. Fungsi

Biasanya salep digunakan pada penyakit kulit yang menyebabkan kulit kering terus-menerus. 

Daya penyerapan salep paling kuat dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. 

Salep juga dapat digunakan pada kulit dengan penyakit kulit yang bersisik, sedangkan krim banyak dipakai pada kosmetik. 

Dokter biasanya juga akan memberikan krim untuk mengobati penyakit kulit yang sifatnya luas dan sudah lama diderita, tetapi belum sampai menjadi kronis. 

Alasannya, penyerapan krim lebih baik dibandingkan dengan obat topikal bedak. 

Krim juga boleh digunakan di berbagai bagian tubuh, bahkan di bagian tubuh yang berambut.

4. Sensasi di kulit

Perbedaan salep dan krim selanjutnya adalah salep cenderung terasa berminyak dan lengket karena mengandung minyak yang lebih banyak.

Karena sebagian besar tersusun atas minyak, salep sulit dibilas dengan air 

Hal ini tentu berbeda dengan krim. Obat topikal krim bisa dicuci dengan air, bahkan tidak meninggalkan rasa berminyak setelahnya. 

Krim juga cenderung lebih mudah dioles dan merata pada kulit. Jadi, krim lebih cocok dioles pada area kulit yang lebih luas.

Penggunaan salep hanya dapat digunakan pada bagian tubuh tertentu dan tidak dianjurkan dipakai di seluruh tubuh.

5. Bahan tambahan

Perbedaan salep dan krim yang harus Anda ketahui adalah salep biasanya tidak mengandung bahan pewangi. 

Jadi, risiko Anda terkena alergi kulit atau dermatitis cenderung jarang.

Kebalikannya, krim biasanya ditambah dengan bahan pengawet, misalnya paraben. Dalam beberapa kasus, krim kulit juga dapat dicampur dengan parfum.

Pengawet cenderung diberikan pada krim karena krim lebih banyak mengandung air. Perlu diketahui, air bisa mempercepat pertumbuhan kuman yang bisa merusak produk perawatan kulit.

6. Kekurangan

Tidak seperti krim, salep sebaiknya tidak digunakan pada bagian tubuh yang berambut dan kulit yang rentan terhadap bisul atau folikulitis

Salep juga sangat lengket dan menahan keringat sehingga kurang cocok digunakan pada cuaca yang panas. Ini membuat banyak orang enggan menggunakan salep secara rutin. 

Sementara itu, krim lebih banyak mengandung air sehingga rentan menguap. Hal ini bisa membuat penyerapannya tidak merata pada kulit. 

Pengawet pada krim memang membantu mencegah pertumbuhan kuman sehingga krim lebih awet. Sayangnya, ini mungkin dapat menimbulkan reaksi alergi kulit pada sebagian orang.

Jadi, obat kulit mana yang paling ampuh?

Memilih sediaan obat topikal yang tepat penting dilakukan untuk mengatasi masalah kulit. 

Dari perbedaan salep dan krim yang sudah dijelaskan di atas, mana yang lebih ampuh?

Ini tergantung dari jenis penyakit kulit, keadaan kelainan kulit setiap pasien–kering atau berminyak—dan area kulit mana yang akan diobati.

Kesimpulannya, keampuhan obat kulit tidak bisa dilihat dari bentuk sediaannya saja. Dokter juga harus memperhitungkan faktor lainnya. 

Sebagai contoh, biasanya dokter akan memberikan obat kulit dalam bentuk salep bila kulit kering.

Itulah mengapa ketika memilih obat topikal, jangan lupa untuk berkonsultasi langsung dengan dokter agar Anda mendapat penanganan yang paling tepat dan efektif.

Rangkuman

  • Salep lebih lengket dan padat daripada krim.
  • Krim cocok untuk mengobati area kulit yang lebih luas.
  • Krim biasanya mengandung pengawet dan pewangi.
  • Salep biasanya relatif aman untuk kulit kering dan sensitif.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Wang, Y., & Burgess, D. J. (2010). Drug–device combination products. In Drug-device combination products (pp. 3-28). Woodhead Publishing.

5-5. TYPES OF TOPICAL FORMULATIONS. (2022). Retrieved 15 August 2022, from http://nursing411.org/Courses/MD0575_Integumentar_System/5-05_Integum_Syst.html

Topical formulations | DermNet NZ. (2022). Retrieved 15 August 2022, from https://dermnetnz.org/topics/topical-formulations

Tekade, R. K. (2019). Basic fundamentals of drug delivery. Academic Press.

Microbiological Safety and Cosmetics. (2022). Retrieved 15 August 2022, from https://www.fda.gov/cosmetics/potential-contaminants-cosmetics/microbiological-safety-and-cosmetics

Versi Terbaru

09/09/2022

Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

7 Salep Gatal yang Ampuh dan Aman Digunakan pada Kulit

5 Ciri-Ciri Krim yang Mengandung Merkuri Berbahaya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 09/09/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan