Tanning dapat dilakukan di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Kerap dilakukan untuk mempercantik tampilan kulit, apa sebenarnya efek yang akan diberikan dari perawatan kulit ini? Lalu, apakah tanning benar-benar aman untuk kulit?
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanning dapat dilakukan di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Kerap dilakukan untuk mempercantik tampilan kulit, apa sebenarnya efek yang akan diberikan dari perawatan kulit ini? Lalu, apakah tanning benar-benar aman untuk kulit?
Tanning adalah sebuah prosedur yang dilakukan untuk membuat kulit agar berwarna lebih coklat.
Kebanyakan orang melakukan tanning dengan tujuan kecantikan, tapi ada juga yang ingin membuat kulit agar lebih tahan terhadap sunburn. Prosedur ini memanfaatkan radiasi dari sinar UV.
Tanning yang paling mudah dan tanpa biaya cukup dilakukan dengan berjemur di bawah sinar matahari. Namun, banyak orang khawatir dengan dampak yang akan terjadi setelahnya meski telah menggunakan tabir surya sekalipun.
Sebab, matahari mengeluarkan sinar UVB yang dapat menebalkan jaringan epidermis kulit sehingga akan menyebabkan struktur kulit manusia terbakar. UVB juga dapat meningkatkan risiko terhadap melanoma, jenis kanker kulit yang berbahaya.
Oleh karena itu, banyak orang beralih pada indoor tanning yang ditawarkan oleh salon atau klinik kecantikan. Tanning di dalam ruangan menggunakan alat bernama tanning bed yang berbentuk tempat tidur dan dilengkapi dengan penutup.
Tanning bed bekerja dengan cara melepas radiasi sinar UV. Tidak seperti sinar matahari, sinar UV yang diradiasikan pada alat ini adalah sinar UVA. Sinar UVA tidak bersifat membakar kulit seperti sinar UVB, jadi penggunaannya dirasa lebih aman.
Meski risiko akan terkena sunburn lebih kecil, tapi sinar UVA ternyata memiliki bahaya tersendiri. Pasalnya, sinar UVA bisa menembus lebih dalam ke jaringan kulit jika dibandingkan dengan sinar UVB.
Memang, secara kasat mata sinar UVA tidak terlihat memberikan efek samping, tapi sinar UVA bisa saja merusak jaringan dan pembuluh darah pada kulit bila digunakan terlalu sering.
Terlebih lagi efek tanning terutama yang di dalam ruangan tidak akan langsung tampak setelah melakukan perawatannya. Alhasil Anda harus melakukan perawatan ini berulang kali.
Kekuatan sinar UVA yang digunakan pada tanning bed bisa 12 kali lipat lebih kuat daripada sinar UVA yang dihasilkan dari matahari.
Orang-orang yang terlalu sering melakukan indoor tanning memiliki risiko 2,5 kali lebih besar terhadap kanker sel squamous di kemudian hari, serta 1,5 kali lebih besar untuk menderita kanker sel basal.
Gejala kerusakan kulit ini tidak terlihat dalam waktu dekat, tetapi baru bisa muncul setelah bertahun-tahun kemudian.
Selain itu, terlepas dari jenisnya, paparan sinar UV yang berlebih juga akan membuat kulit mengalami gejala seperti:
Tak hanya merusak kulit, efek sinar UVA juga dapat mempengaruhi sistem imun. Ini karena radiasi sinar UV diserap kulit hingga ke level molekul dan memicu terjadinya perubahan pada molekul dan sel yang berperan dalam sistem imun.
Gangguan kesehatan kulit yang lebih parah bisa terjadi setelah menjalani tanning selama bertahun-tahun, di antaranya adalah:
Bagaimana pun, jika Anda menginginkan warna kulit yang lebih coklat, cahaya matahari alami jauh lebih baik dibandingkan tanning bed di salon. Hindari berjemur di bawah sinar matahari tanpa menggunakan sunblock atau suncreen.
Jangan lupa bahwa produk-produk ini harus dioleskan ulang ke kulit setiap 1 – 2 jam sekali (tergantung SPF-nya), dan setiap setelah Anda berenang. Batasi juga waktu berjemur agar tak terlalu lama.
Untuk mengurangi efek tanning yang membahayakan bagi kesehatan, Anda bisa mencoba sunless tanning, yang tidak melibatkan sinar UVA maupun UVB.
Sunless tanning ini biasanya berupa produk-produk yang dapat menggelapkan warna kulit. Bentuknya berupa lotion, krim, dan spray yang diaplikasikan ke kulit sehingga menciptakan efek seperti sehabis tanning.
Bahan dasarnya adalah pewarna dan dihydroxyacetone (DHA). Saat dioleskan ke kulit, DHA akan bereaksi dengan sel-sel kulit mati yang berada pada permukaan kulit dan menggelapkan warna kulit sementara. Sunless tanning ini biasanya akan bertahan selama beberapa hari.
Cara apa pun yang Anda pilih nantinya, sebaiknya konsultasikan dahulu kepada dokter spesialis kulit untuk mendapatkan solusi terbaik.
Baik tanning di dalam ruangan maupun di luar ruangan dapat menimbulkan risiko kanker kulit, jadi Anda tetap harus berhati-hati dan mempertimbangkan segala efek sampingnya.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar