backup og meta

Bule vs. Asia, Dari Warna Hingga Struktur Kulit

Bule vs. Asia, Dari Warna Hingga Struktur Kulit

Banyak warga di berbagai belahan dunia yang menganggap bahwa orang Asia, termasuk di Indonesia, tampak lebih awet muda. Tak heran bila perawatan kulit orang Asia sering dibanding-bandingkan dengan bule, alias orang kulit putih yang berasal dari Eropa. Lantas, apa yang membedakan antara bule vs. asia?

Karakteristik kulit orang bule vs. asia

Pada dasarnya, karakteristik kulit setiap orang berbeda-beda, tergantung bagaimana Anda merawat kulit. 

Bahkan, kesehatan kulit tersebut tidak hanya berasal dari diet yang dilakukan, melainkan juga karakteristik dan faktor genetik yang diperoleh. 

Hal ini ternyata juga berlaku ketika membedakan kesehatan kulit orang asia dengan bule. Guna memudahkan Anda, ada beberapa perbedaan karakteristik kulit diantara kedua etnis ini.

1. Warna kulit

kulit putih belum tentu kulit sehat

Seperti yang Anda ketahui, warna kulit orang Asia dengan bule tentu berbeda. Orang Asia, seperti Indonesia, cenderung berkulit sawo matang, sementara kulit bule, sesuai namanya, berwarna putih. 

Begini, warna kulit manusia memang dapat bervariasi, mulai dari sangat pucat ke sangat gelap. Ragam warna ini berasal dari jumlah dan jenis pigmen kulit (melanin). 

Pigmen kulit ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu eumelanin dan pheomelanin. Keduanya dikendalikan oleh gen dan masing-masing bekerja sama menghasilkan warna kulit Anda. 

Beberapa orang mungkin memiliki kulit putih atau sangat pucat, seperti pada ras kaukasia. Pasalnya, mereka mempunyai lebih banyak pheomelanin, sehingga menghasilkan warna kulit yang terang. 

Sementara itu, banyak ras di Asia yang berkulit sawo matang karena jumlah eumelanin yang lebih banyak. 

Jadi, semakin banyak eumelanin di kulit, semakin gelap warna kulit Anda. Sedangkan, orang dengan pheomelanin lebih banyak akan memiliki kulit yang lebih pucat dan berbintik (freckles). 

Alasan kulit gelap dianggap lebih sehat

Meski banyak orang Asia yang ingin memiliki kulit putih layaknya bule, kenyataannya kulit yang lebih gelap dianggap menyehatkan. 

Hal ini dikarenakan semakin gelap kulit seseorang, seperti pada ras Afrika, lebih banyak melanin yang dimiliki di kulit mereka. 

Di lain sisi, melanin berperan penting dalam melindungi kulit akibat kerusakan dari paparan sinar matahari. 

Terlebih lagi, melanin pada kulit menunjukkan aktivitas antioksidan yang berkontribusi mencegah peningkatan stres oksidatif. 

Itu sebabnya, tak selamanya kulit putih menjadi salah satu ciri-ciri dari kulit sehat, tetapi bisa jadi kulit gelap yang dimiliki termasuk sehat.

2. Kandungan kolagen pada kulit

Selain warna, kandungan kolagen kulit pada orang Asia dan bule ternyata juga memengaruhi proses penuaan diantara keduanya. 

Kulit orang Asia dilaporkan memiliki lapisan yang lebih tebal dan mengandung lebih banyak kolagen. Hal ini tentu membuat kulit mereka terasa lebih kenyal, bukan? 

Di lain sisi, kulit Kaukasia memang lebih kencang dengan dukungan kerangka yang lebih baik dari kulit Asia. 

Sayangnya, kandungan pigmen yang lebih tinggi membuat orang Asia menunjukkan tanda-tanda penuaan lebih lambat dibandingkan bule. 

3. Ketebalan kulit

tips cara menjaga kesehatan kulit

Meski memiliki kandungan pigmen dan kolagen yang lebih banyak, kulit orang Asia lebih tipis dibandingkan para bule yang sering Anda lihat. 

Orang Asia memiliki stratum korneum yang tipis, yaitu lapisan terluar epidermis yang terdiri dari sel-sel mati. Sementara itu, stratum korneum merupakan penghalang kulit yang melindungi jaringan di bawahnya. 

Jadi, stratum korneum yang lebih tipis membuat seseorang lebih berisiko terhadap bekas luka, terutama bekas jerawat

Maka dari itu, Anda perlu berhati-hati ketika merawat lapisan kulit terluar mengingat ketebalannya yang cukup tipis hingga bisa menimbulkan bekas luka. 

4. Kandungan minyak kulit

Pada dasarnya, ada banyak hal yang memeranguhi kandungan minyak, alias sebum, pada kulit, baik dari dalam maupun dari luar. 

Bila dibandingkan dengan kaukasia, kulit orang Asia jauh lebih berminyak. Ada beberapa hal yang memengaruhi hal ini. 

Pertama, kulit orang Asia mengandung lebih banyak kelenjar sebaceous yang menghasilkan sebum. Hal ini memang membuat kulit kenyal dan halus. 

Namun, terlalu banyak minyak pada kulit tentu bisa membuat kulit berminyak dan rentan terhadap jerawat. 

Selain itu, kondisi ini dipengaruhi oleh kelembapan udara yang disebabkan oleh iklim. Alhasil, produksi kelenjar minyak pun meningkat dan memicu kulit berminyak. 

Meski begitu, baik orang Asia maupun bule sama-sama mempunyai beragam jenis kulit tergantung perawatan dan faktor genetik yang dimiliki setiap orang. 

Intinya, kulit setiap orang berbeda-beda, baik pada orang Asia maupun bule satu sama lainnya. Guna mendapatkan kulit yang sehat, kenali dahulu kondisi kulit Anda sendiri. 

Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter kulit atau ahli dermatologi guna memahami solusi yang tepat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Vashi, N. A., de Castro Maymone, M. B., & Kundu, R. V. (2016). Aging Differences in Ethnic Skin. The Journal of clinical and aesthetic dermatology, 9(1), 31–38. Retrieved 22 June 2021. 

Knaggs, H. (2009). Skin Aging in the Asian Population. Skin Aging Handbook, 177-201. doi: 10.1016/b978-0-8155-1584-5.50013-2. Retrieved 22 June 2021. 

Lockett, E. (2021). Understanding the Benefits of Melanin. Healthline. Retrieved 22 June 2021, from https://www.healthline.com/health/skin/benefits-of-melanin 

Pappas, A., Fantasia, J., & Chen, T. (2013). Age and ethnic variations in sebaceous lipids. Dermato-endocrinology, 5(2), 319–324. https://doi.org/10.4161/derm.25366. Retrieved 22 June 2021. 

Ginn, L. (n.d). Ethnic Skin Types. Skinsight. Retrieved 22 June 2021, from https://www.skinsight.com/health-topics/ethnic-skin-types

Versi Terbaru

22/06/2021

Ditulis oleh Ajeng Quamila

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Nabila Azmi


Artikel Terkait

Eritema Multiformis

Fototerapi, Terapi Cahaya untuk Penyakit Kulit dengan Sinar UV


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 22/06/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan