Konsumsi makanan yang mengandung gluten bisa menyebabkan masalah pencernaan, bahkan kelelahan, pada beberapa orang. Kondisi ini disebut dengan intoleransi gluten. Meski tidak seberbahaya penyakit celiac, intoleransi gluten tetap memerlukan perhatian serius agar kualitas hidup tetap terjaga.
Apa itu intoleransi gluten?
Intoleransi gluten (gluten intolerance), dikenal sebagai sensitivitas gluten non-celiac, adalah kondisi munculnya ketidaknyamanan seperti sakit perut, kembung, hingga kelelahan, setelah mengonsumsi gluten.
Hal ini dapat terjadi meski seseorang tidak memiliki penyakit celiac atau alergi gandum.
Gluten adalah protein yang ditemukan dalam gandum, barley, dan jelai. Gejala yang umum termasuk sakit perut, kembung, diare, sakit kepala, kelelahan, dan nyeri sendi.
Meskipun kondisi ini tidak merusak usus, gejala-gejalanya bisa cukup mengganggu sehingga penderitanya sering memilih untuk menghindari makanan yang mengandung gluten.
Jenis intoleransi makanan ini sering kali tidak terdiagnosis atau keliru dianggap sebagai gangguan pencernaan lainnya, seperti alergi makanan, atau penyakit celiac.
Seberapa umum kondisi ini?
Gluten intolerance cukup umum terjadi. Siapa pun dapat mengalami kondisi ini meski lebih umum terjadi pada wanita.
Tanda dan gejala intoleransi gluten
Penderita intoleransi gluten bisa merasakan gejala beberapa jam atau hari setelah mengonsumsi makanan dengan gluten. Gejala umumnya meliputi daftar berikut.
- Sakit perut.
- Anemia.
- Kecemasan.
- Perut kembung.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Depresi.
- Diare atau sembelit.
- Kelelahan.
- Sakit kepala.
- Nyeri sendi.
- Mual dan muntah.
- Ruam kulit.
Kapan harus periksa ke dokter?
Segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami salah satu atau beberapa kondisi berikut ini.
- Mengalami gejala intoleransi gluten terus-menerus atau semakin parah.
- Mengalami penurunan berat badan tiba-tiba yang sulit dijelaskan atau memiliki gejala malnutrisi.
- Memiliki anggota keluarga dengan penyakit celiac atau gangguan autoimun lainnya. Ada risiko lebih tinggi Anda mungkin memiliki penyakit celiac, bukan hanya gluten intolerance.
- Sudah mencoba menghindari gluten tetapi tidak melihat perbaikan dalam gejala.
Penyebab dan faktor risiko intoleransi gluten
Penyebab gluten intolerance belum dipahami sepenuhnya. Namun, para ahli mengetahui sejumlah fakta mengenai reaksi intoleransi gluten di dalam tubuh.
Dikutip dari Cleveland Clinic, tubuh orang dengan gluten intolerance tidak mampu menyerap karbohidrat sebagaimana mestinya.
Gluten tetap berada dalam usus sehingga terjadi reaksi fermentasi yang menimbulkan sejumlah keluhan.
Terdapat beberapa faktor yang diduga berperan dalam reaksi intoleransi protein pada gandum ini.
- Respons imun abnormal. Meskipun tidak menyebabkan kerusakan usus, gluten intolerance berkaitan dengan respons imun yang abnormal.
- Genetika. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit celiac, gluten intolerance, atau gangguan autoimun lainnya lebih rentan mengalami sensitivitas gluten.
- Ketidakseimbangan mikrobiota usus atau gangguan dalam fungsi usus dapat berkontribusi pada pengembangan gluten intolerance.
- Stres fisik atau emosional serta faktor lingkungan tertentu bisa memperburuk atau memicu gejala intoleransi gluten.
Diagnosis intoleransi gluten
Sebenarnya tidak ada tes tertentu untuk mendiagnosis gluten intolerance. Namun, dokter biasanya akan menerapkan cara-cara berikut untuk menegakkan diagnosis.
- Anda akan diminta mengonsumsi makanan yang mengandung gluten selama sekitar enam minggu.
- Selama waktu ini, dokter akan melakukan tes darah dan tes kulit untuk menyingkirkan kemungkinan alergi gandum atau penyakit celiac.
- Selama waktu ini, Anda juga diminta menuliskan gejala-gejala yang muncul dan gejala yang yang membaik.
- Apabila selama mengonsumsi gluten ini gejala memburuk, dokter akan mendiagnosis Anda terkena gluten intolerance.
Pengobatan intoleransi gluten
Pengobatan utama untuk intoleransi gluten adalah menghindari gluten sepenuhnya dari diet atau dikenal sebagai gluten-free diet.
Tidak ada obat atau terapi khusus untuk gluten intolerance sehingga pengelolaan kondisi ini berfokus pada perubahan pola makan.
Berikut adalah gaya hidup lebih sehat untuk mencegah gejala intoleransi yang bisa Anda terapkan.
- Menghindari makanan yang mengandung gluten. Hindari semua makanan yang mengandung gandum, barley, jelai, dan produk turunan mereka. Ini termasuk roti, pasta, sereal, kue, dan banyak makanan olahan.
- Baca label makanan. Pelajari cara membaca label makanan untuk memastikan bahwa produk yang Anda konsumsi benar-benar bebas gluten. Gluten bisa tersembunyi dalam bahan-bahan seperti saus, bumbu, dan makanan ringan.
- Pilih alternatif bebas gluten. Ada banyak makanan bebas gluten yang tersedia, seperti roti bebas gluten, pasta dari beras atau jagung, dan tepung bebas gluten (misalnya tepung beras, tepung almon, dan tepung jagung).
- Menghindari kontaminasi silang. Pastikan bahwa makanan bebas gluten tidak terkontaminasi dengan gluten saat dimasak atau disiapkan. Ini termasuk menggunakan peralatan dan permukaan yang bersih.
Demikian informasi tentang intoleransi gluten yang perlu Anda ketahui. Apabila Anda sering mengalami gejala intoleransi makanan, jangan ragu konsultasikan dengan dokter.
Ringkasan
- Intoleransi gluten memunculkan sejumlah keluhan setelah mengonsumsi makanan mengandung gluten, tapi kondisi ini tidak seberbahaya penyakit celiac.
- Gejala yang muncul dapat bervariasi, mulai dari sakit perut, kembung, mual, cemas, hingga kelelahan.
- Pengelolaan utama glucose intolerance adalah diet bebas gluten. Hindari sepenuhnya makanan yang berbahan dasar dan mengandung gluten.
[embed-health-tool-bmr]